NovelToon NovelToon
Seindah Cinta Bulan Dan Bintang

Seindah Cinta Bulan Dan Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Teen / Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Kisah cinta masa kecil / Idola sekolah
Popularitas:508
Nilai: 5
Nama Author: NdahDhani

Apa jadinya jika dua orang sahabat memiliki perasaan yang sama, tapi sama-sama memilih untuk memendam perasaan itu daripada harus mengorbankan persahabatan mereka? Itulah yang saat ini dirasakan oleh dua orang sahabat, Bulan dan Bintang.

Bulan, sahabat sejak kecil seorang Bintang, menyukai pemuda itu sejak lama tapi perasaan itu tak pernah terungkap. Sementara Bintang, baru menyadari perasaannya terhadap gadis cantik itu setelah dirinya mengalami kecelakaan.

Keduanya terjebak dalam perasaan yang tak terungkap. Mereka tidak tahu harus melakukan apa. Keduanya hanya tahu bahwa mereka saling membutuhkan satu sama lain. Tapi, akankah persahabatan itu berubah menjadi sesuatu yang lebih?

---------------------------------------------------------------------------

"Lo keras kepala banget! Lo gak tau apa gue khawatir, gue sayang sama lo." gumam gadis itu lirih, bahkan hampir tak terdengar.

"Lo ngomong apa tadi?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NdahDhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7: Kemana Bintang pergi?

Hari ini Bulan pergi ke sekolahnya sendirian. Bintang tidak menunggunya hari ini, bahkan sejak kemarin Bintang tidak menghubungi Bulan walaupun hanya untuk sekedar berbincang santai.

Tak biasanya Bintang seperti ini, biasanya ia selalu menyempatkan diri untuk berbicara dengan sahabatnya itu walaupun hanya sebentar. Bulan tidak mempermasalahkan, mungkin Bintang sudah pergi ke sekolah lebih dulu.

Bulan pun berjalan menyusuri jalanan kota yang sibuk. Sekolahnya ada di pusat kota, tapi Bulan lebih memilih untuk berjalan kaki. Ia lebih suka berjalan kaki jika sedang sendirian, terlebih jarak sekolahnya tidak terlalu jauh dari rumahnya.

Tiba di sekolahnya, Bulan langsung berjalan menuju kelasnya. Bulan tidak memiliki teman dekat di sekolahnya selain Bintang dan Alvian.

Tidak kebanyakan gadis pada umumnya, Bulan lebih akrab berteman dengan teman lawan jenis. Tak jarang, ia kerap mendapatkan perkataan tidak menyenangkan dari siswi-siswi di sekolah itu.

Banyak dari mereka yang mengatakan bahwa Bulan keganjelan hanya karena berteman dengan cowok-cowok. Oleh karena itu, Bulan jarang memiliki teman seorang gadis.

Tapi, Bulan tidak menghiraukannya. Baginya yang terpenting adalah kenyamanan untuk bersosialisasi serta tujuan awalnya untuk belajar, bukan mencari musuh.

"Bulan," panggil seseorang membuat langkah Bulan terhenti.

Bulan membalikkan badannya, ia melihat Reva berdiri di belakangnya. Sialnya, hanya dengan melihat gadis itu saja sudah berhasil membuat hati Bulan sedikit cemburu.

Cukup lama terdiam, akhirnya Bulan tersenyum setelah mencoba menetralkan rasa cemburu yang sempat menguasai. Ia juga penasaran, apa yang ingin dikatakan oleh Reva. Terlebih sangat jarang bahkan hampir tidak pernah Reva mau berbicara dengannya.

"Ya, ada apa?" ujar Bulan pada akhirnya.

"Gue cuma mau nanya, Bintang kemana ya? Dari semalam gue hubungi gak aktif. Biasanya kan dia sama lo, jadi ya mungkin lo tau kemana dia." Ujar Reva yang ternyata mencari Bintang juga.

Bulan mengernyitkan dahinya, ia berpikir bahwa mungkin Bintang ada bersama gadis di hadapannya itu. Terlebih hari sebelumnya memang mereka menghabiskan waktu berdua.

"Bukannya kemarin sama lo?" Tanya Bulan bingung.

"Iya, kemarin dia sama gue. Tapi pas dia udah anterin gue pulang, dia sama sekali gak ada ngabarin gue. Gue malah ngira dia lagi sama lo. Terlebih lo kan sahabatnya sejak kecil." Ujar Reva sambil memutarkan bola matanya.

Bulan tidak menghiraukan reaksi Reva terhadapnya. Pikiran Bulan justru melayang ke arah Bintang yang pergi entah kemana. Bulan sangat tahu apa yang terjadi dalam keluarga Bintang, tapi dengan Bintang yang sama sekali tanpa kabar jelas ini bukan sebuah kebiasaan Bintang.

"Sorry, gue gak tau. Lagipula gue gak ngobrol apa-apa lagi sama dia setelah latihan gue berakhir." Ujar Bulan lalu melangkahkan kakinya.

Reva terlihat kesal dan menghentakkan kakinya. Ia berpikir bahwa Bulan menyembunyikan sesuatu tentang Bintang. Tanpa kata lagi, ia pun berbalik arah menuju kelasnya.

Bulan tiba di kelasnya dan langsung duduk di bangkunya. Ia menaikkan sebelah alisnya ketika melihat bangku Zai yang ternyata juga kosong. Tatapannya tajam ke arah bangku Zai. Sudah pasti mereka berdua akan bolos sekolah jika tidak hadir bersamaan seperti ini.

Bulan menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. Bintang jauh berubah semenjak mengenal ketiga pemuda itu. Zai memang terlihat santai dan kalem, tapi bagaimanapun Zai juga membawa pengaruh negatif untuk sahabatnya itu.

Saat itu, suara bel berbunyi. Diikuti oleh seorang guru yang memasuki kelas dan memulai materi.

Bulan mencoba untuk memfokuskan diri pada pelajaran, mengesampingkan tentang Bintang untuk sejenak. Tapi tatapannya tetap saja melirik ke arah bangku Bintang. Ia merasa ada yang kosong ketika Bintang tidak ada di kelas itu.

"Lo pergi kemana, Bintang?" Batin Bulan.

...✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧...

Bintang sedang berada di apartemen milik Zai. Keduanya sedang menikmati camilan dan minuman yang tergeletak di atas meja, setelah sebelumnya menghabiskan waktu yang cukup lama untuk memainkan game di PC.

"Lo bener gak mau ke sekolah hari ini?" Tanya Zai sambil meletakkan ponselnya di atas meja.

"Gak mood gue, gue butuh ketenangan." Balas Bintang dengan nada dinginnya.

Zai mengangguk pemahaman, lalu meneguk minuman dingin miliknya. Ia sudah terbiasa untuk bolos sekolah, tapi Bintang jadi ikut-ikutan sejak dekat dengannya.

"Sorry gara-gara gue, lo jadi candu bolos sekolah." Ujar Zai merasa tidak enak.

"No problem. Lagipula ini keinginan gue sendiri kok." Ujar Bintang sambil menepuk pundak Zai.

Pandangan Bulan dan Bintang terhadap Zai memang sangat jauh berbeda. Jika bagi Bulan Zai juga membawa pengaruh buruk untuk Bintang, berbeda dengan Bintang yang memandang Zai sebagai teman yang selalu ada untuknya.

Bagi Bintang, Zai memang berbeda dari Farhan maupun Bryan. Hanya Zai yang benar-benar mengerti apa yang dialaminya. Berbeda dengan Farhan dan Bryan yang hanya sebatas teman untuk bersenang-senang bagi Bintang.

"Gue ikut prihatin atas apa yang terjadi sama lo. Lo datang aja kesini kapan pun lo mau. Pintu terbuka lebar buat lo." Ujar Zai di sela-sela keheningan.

"Thanks," balas Bintang dengan anggukan singkat.

Sementara itu, di kelasnya, Bulan sedang menjawab soal yang diberikan oleh guru. Tapi ia tidak bisa berhenti memikirkan Bintang. Ia takut teman-teman Bintang akan mempengaruhinya lebih dalam lagi.

Karena kurangnya fokus, tanpa sadar Bulan menulis nama Bintang di buku catatannya. Ketika sadar, ia pun langsung mencoret nya dan menepuk jidatnya sendiri.

"Fokus dulu, Bulan!" Bisiknya pada dirinya sendiri.

Untung saja teman sebangkunya tidak mendengarkan gumaman Bulan. Temannya itu terlihat sangat fokus dan tidak terpengaruh oleh apapun di sekitarnya.

Bulan pun memutuskan untuk pergi ke toilet, ia membutuhkan air untuk membasuh wajahnya agar sedikit fokus pada pelajaran yang sedang berlangsung.

"Permisi Bu, saya ingin ke toilet sebentar." Ujar Bulan ketika menghampiri meja guru.

"Silahkan, tapi jangan terlalu lama!" Ujar guru itu mengingatkan.

Bulan hanya mengangguk singkat lalu berjalan menuju ke toilet. Saat melewati ujung koridor yang sepi, langkahnya terhenti ketika melihat Farhan dan Bryan yang membolos jam pelajaran. Bulan mengira dua teman Bintang itu juga ikut membolos sekolah, tapi ternyata mereka sedang tidak bersama Bintang.

"Kemana sebenarnya lo pergi, Bintang?" Lirih Bulan dengan helaan nafas yang cukup panjang, sebelum akhirnya kembali melangkahkan kakinya menuju tempat tujuan awalnya.

Tiba di toilet, Bulan langsung membasuh wajahnya dengan air yang mengalir dari keran. Setelahnya ia mengambil tisu dan mengeringkan wajahnya. Ia menatap cermin untuk beberapa saat, sebelum akhirnya mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Bintang.

Awalnya Bulan menghubungi melalui panggilan telepon, tapi panggilan itu tidak tersambung. Bulan pun mengirimkan pesan singkat, berharap ada balasan dari Bintang. Tapi pesan di ponselnya hanya menunjukkan centang satu abu-abu, yang menandakan bahwa ponsel Bintang sedang tidak aktif.

Bulan lagi-lagi menghela nafas panjang, ia pun kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku rok nya. Lalu berbalik pergi kembali ke ruang kelas, mengingat sudah sekitar 10 menit ia berada di dalam toilet.

Bulan kembali ke kelasnya dan menjawab kembali soal yang sempat ia tinggalkan. Kali ini, ia benar-benar mencoba untuk fokus tanpa memikirkan tentang Bintang untuk sejenak.

...✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧...

Bulan membaringkan dirinya di atas tempat tidur, mencoba menghilangkan rasa lelah setelah kegiatan hari ini.

Bulan memandangi langit-langit kamarnya, dengan sebuah boneka kecil dalam pelukannya. Boneka itu merupakan boneka kesayangannya, terlebih boneka itu adalah hadiah ulang tahun untuknya dari Bintang.

Bulan bolak-balik mengecek ponselnya, berharap Bintang akan memberinya kabar walaupun hanya sedikit. Tapi, semua itu mustahil. Bahkan, pesannya pun masih dengan logo yang sama.

Bintang melirik jam di atas mejanya, menunjukkan pukul sembilan malam. Tapi, Bintang sama sekali tidak memberikan tanda-tanda bahwa ponselnya aktif. Mungkin bagi Bintang itu tidak penting, tapi bagi Bulan sangatlah berarti.

"Bulan, kamu kenapa kok kayak murung gitu?" Ujar ibu Bulan yang tiba-tiba saja berdiri di depan pintu kamar yang tidak ditutup oleh Bulan.

"Eh, Bunda... Gapapa kok Bun." Ujarnya mencoba untuk menutupi apa yang sebenarnya terjadi.

Ibunya tersenyum dan berjalan mendekat ke arah anak gadisnya itu. Sungguh, ia lebih tahu isi hati anaknya daripada dirinya sendiri.

"Jangan bohong sama Bunda, pasti soal Bintang kan?" Ujar ibunya lembut.

Bulan akhirnya mengangguk pasrah, entah mengapa ketika bersama ibunya Bulan terasa berat jika harus menyembunyikan sesuatu.

"Apa lagi yang terjadi dengan Bintang, sayang? Coba cerita, mungkin Bunda bisa bantu."

Bulan menghela nafas dan akhirnya menceritakan tentang Bintang yang tidak ada kabar sejak kemarin malam. Ibunya mendengarkan dengan sabar tanpa sedikitpun menyela pembicaraan putrinya.

"Bulan, kamu tau kan Bintang seperti apa di rumahnya... Dia berubah gitu karena dia tertekan, nak. Untuk sekarang, berikan pengertian untuknya. Nanti kamu bisa hibur Bintang lagi setelah dia merasa cukup baik." Ujar ibunya menasihati dengan nada yang lembut.

Bulan mengangguk perlahan, merasa sedikit lega setelah bertukar pikiran dengan ibunya. Ia pun tersenyum sedikit membenarkan perkataan ibunya.

"Iya Bunda, terima kasih."

Hanya kalimat singkat itu yang diucapkan oleh Bulan. Ibunya hanya tersenyum sebelum akhirnya beranjak dari duduknya.

"Sekarang istirahat ya, nak. Sudah malam, Bunda ke kamar dulu."

"Iya Bunda." Ujar Bulan singkat.

Ibunya keluar dari kamarnya dan menutup pintu di belakangnya, meninggalkan Bulan yang masih tenggelam dalam pikirannya sendiri.

^^^Bersambung...^^^

1
JJ Official
Hai Kak, Saya Sudah membaca Novel Kaka dari Bab 1 - 7 dan saat saya baca novel Kaka, Saya sedikit Kebingungan, sebenarnya Konflik Apa yang sebenarnya Dihadapi Oleh bintang sehingga dia menjadi anak yang nakal dan acuh tak acuh? dan apa pekerjaan Orang Tua Bulan sehingga dia bisa tinggal di keluarga yang Tidak Terlalu Kaya dan tidak terlalu Miskin? dari Bab 1 Bintang dan Bulan Tampaknya sudah Kenal, tidak dijelaskan bahwa mereka ketemu dimana? kenalan dimana? dan suka ngobrolin apa? begitu ya kak. itu saja kritik dari saya semoga Kaka bisa Up Episode 8 Dengan Alur yang Lurus ya kak 😊
ndah_rmdhani0510: Sudah di revisi, semoga suka ya sama ceritanya... Happy reading 🤗
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!