OM DUDA, NIKAH YUK!

Masih sambil jalan berdua di gelapnya malam Arfan menyahut ucapannya Ragil. "Tuan. Menurut Anda aneh nggak sih sikap Adele?"

"Maksudnya Anda percaya dengan semua ucapannya tuan Anton tentang Adele?" tanya Arfan.

"Percaya nggak percaya tapi nyatanya Adele mirip anak kecil sesuka hatinya dan tidak merasa jaim seperti gadis PUBER lainnya," jawab Ragil.

"Atau jangan-jangan Adele sengaja pura-pura seperti itu cuma untuk mendekati saya saja, Arfan?" ujar Ragil.

"Semua orang kan tahu jika saya anti dengan perempuan dan tidak suka menjalin hubungan. Terus Adele tahu beritanya dan pura-pura idiot," tebak Ragil.

"Bisa jadi, Tuan." Jawab Arfan.

"Tapi alangkah baiknya kita jangan langsung menuduhnya karena takutnya Adele beneran seperti itu nanti kita sendiri yang merasa bersalah kepadanya," kata Arfan.

Ragil menganggukkan kepalanya lalu Arfan bertanya lagi kepadanya. "Tuan."

"Tadi kenapa Anda berbohong soal sudah punya istri?"

"Ah biarkan saja. Saya juga tidak tahu kenapa saya bisa menjawab seperti itu," jawab Ragil.

"Sekarang status saya di mata mereka seorang duda ditinggal mati istrinya," kata Ragil.

Arfan hanya mengangguk-ngangguk saja, lalu masuk ke dalam rumah bersama Ragil. Dan kedatangan mereka disambut sopan oleh para anak buah yang berjaga.

Ketika Ragil dan Arfan sudah masuk ke dalam, para anak buah langsung membicarakannya.

"Sebenarnya gadis tadi rumahnya ada di mana sih?"

"Ko' tuan Ragil dan tuan Arfan jalan kaki."

"Entahlah, mungkin sebelah rumah," ujar salah satunya.

"Kita jangan macam-macam sama gadis tadi, bisa digorok leher kita sama tuan Ragil," tegur sang teman dan yang lainnya menganggukkan kepalanya.

Lalu berpindah kepada Clara sejenak.

Tadi sore Clara sangat sebal sekali sebab Ragil mengingkari ucapannya. Dirinya sudah menunggu selama dua jam lamanya tapi Ragil tidak kunjung terlihat.

Saat ini Clara yang sudah masuk ke dalam kamarnya berbicara sendiri. "Di mana ya aku bisa menemukan tuan Ragil?"

"Sepertinya dia orang kaya dan sayang sekali jika dilewatkan."

"Pokoknya aku harus bisa mendapatkannya."

"Tapi bagaimana caranya," ujarnya lagi.

"Ah, atau aku minta tolong saja sama papa?"

"Jangan-jangan. Nanti papa takutnya malah memata-matainya dan membuat tuan Ragil tidak nyaman dekat denganku," ucapnya.

"Lebih baik aku berusaha sendiri dulu. Kalau sudah bisa mendapatkan tuan Ragil, barulah aku akan jujur kepada papa."

Ya seperti itulah yang dikatakan oleh Clara sendirian di dalam kamarnya.

Justru orang yang sedang dia harapkan menjadi miliknya malah sudah menyusun rencana untuk menghancurkanmu, mamamu dan juga Dika papamu.

Sedangkan untuk istri sahnya Dika dan kedua anaknya juga akan mendapatkan balasan atas apa yang sudah Dika lakukan kepada kedua orang tuanya Ragil.

Ragil merasa mereka semua pantas mendapatkannya sebab dari ulah Dika, mereka semua merasakan harta dan uang yang tidak seharusnya mereka nikmati.

Saat ini terlihat seseorang yang sedang berada di sebuah diskotik. Orang itu adalah anak pertamanya Dika yang bernama Ridwan.

Ridwan yang sedang bersantai berdua saja bersama temannya tiba-tiba didekati oleh seorang pel4cur yang siap menggodanya.

Ini pertama kalinya bagi Ridwan pergi ke tempat seperti itu karena otaknya sedang suntuk dan kebetulan diajak oleh sang teman.

"Hai. Boleh gabung nggak?" ujar sang pel4cur.

"Ridwan. Cantik tuh," ujar sang teman.

"Saya malas," jawab Ridwan.

"Cobainlah sekali-sekali. Nanti stresmu akan hilang," kata sang teman sedangkan sang pel4cur itu masih diam memperhatikan Ridwan.

"Dina," pel4cur itu memperkenalkan diri.

Ridwan memperhatikan uluran tangannya Dina. Perlahan dia membalasnya. "Ridwan."

"Eh, saya pindah ke sana ya. Biar kalian bisa mengobrol enak," kata sang teman.

"Mau ke mana kamu?" tanya Ridwan.

"Sudahlah, bye," jawab sang teman lalu pergi meninggalkan Ridwan dengan Dina.

Dina mendekat kearah Ridwan lalu mengusap pahanya. Seperti para wanita penghibur pada umumnya Dina mencoba merayu Ridwan.

Ridwan yang laki-laki normal akhirnya termakan bujuk rayuannya Dina lalu mereka masuk ke dalam salah satu bilik untuk memadu kasih.

Di seberang sana Ragil tersenyum sendiri. Dirinya sudah tidak sabar menunggu hari esok. Karena di hari esok pasti akan ada berita menggemparkan dari Ridwan.

Seperti yang sudah diharapkan oleh Ragil, saat ini Arfan sedang menemui Ragil untuk melapor kepadanya.

"Tuan. Semuanya berjalan lancar, lihatlah berita ini," Arfan memberikan ipadnya kepada Ragil.

Ragil membaca dan melihatnya. "Ridwan Gunawan putra sulung dari Dika Gunawan tertangkap kamera dan sengaja ada yang menyebarkan video syurnya dengan seorang pel4cur di salah satu kamar di diskotik."

"Sampai video ini tayang belum ada tanggapan atau klarifikasi dari Ridwan."

"Namun bisa dipastikan saham perusahaan yang tuan Dika Gunawan miliki merosot tajam karena ulah sang putra."

Ragil membaca semua tulisan itu yang tertera di dalam berita.

"Hah. Kerja yang bagus," gumam Ragil.

"Kamu beri bonus dan uang tutup mulut kepada pel4cur yang semalam dan juga temannya," perintah Ragil kepada Arfan. Dan ternyata temannya Ridwan sudah berkhianat dengannya. Serta pel4cur itu ternyata suruhannya Ragil.

"Baik, Tuan," jawab Arfan lalu pergi dari hadapannya Ragil.

Ragil memasukkan kedua tangannya di saku celananya. "Perlahan, Dika."

"Perlahan kamu akan merasakan rasa sakit hatiku selama ini," gumamnya.

Di rumah Dika sendiri.

Plak!

Dika terlihat sedang menampar Ridwan yang baru saja pulang dari diskotik.

"Kamu anak yang tidak tahu diuntung, Ridwan," ucap Dika.

"Lihatlah semua beritamu sudah menyebar di media sosial!" teriak Dika dan Ridwan hanya bisa diam menunduk.

"Ridwan dijebak, Pa," jawabnya.

"Dijebak katamu, hah!"

"Kamu begitu menikmatinya masih dikata dijebak!" kata Dika.

"Makanya kalau mau melakukan itu di tempat yang aman supaya tidak ada yang diam-diam merekammu. Dasar anak bodoh!" marah Dika.

Kembali kepada Ragil.

"Tuan. Semuanya beres untuk urusan mobil. Sebentar lagi salah satu dari mereka akan tamat riwayatnya," lapor Arfan lagi dan Ragil mengangguk-ngangguk senang sekali mendengar kabar tersebut.

Sedang senang mendapatkan laporan dari Arfan, eh kesenangan itu terganggu karena tiba-tiba Adele sudah masuk ke dalam rumah.

"Om!" panggilnya.

Ragil dan Arfan sama-sama langsung terkejut sampai terjingkat kaget.

"Astaga, Adele!" geram Ragil.

Sedangkan Arfan langsung mengusap dadanya untuk menetralkan rasa terkejutnya.

Bersambung ....