"Yang kalian lakukan salah."
Baik Meyra maupun Fero tidak mempedulikan apa yang mereka lakukan itu salah atau benar. Yang mereka tau ialah mereka senang dan puas karena melakukan hal yang mereka inginkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aalgy Sabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Temptation
———
"Kok lama banget sih?"
"Geblek banget lagi tu orang, abis ngegarap bibir gue malah kaborr!"
"Tidak bertanggung jawab sama sekali kamu wahai keturunan Daddy Ando."
"Apalagi kalau nanti enaena sama gue, bisa bisa kabur ke kutub utara si Fero."
"Awas aja kalau kelakuannya kayak Bapak gue, gue geprek burungnya."
Masih banyak lagi praduga yang Mayra ucapkan pada dirinya sendiri.
Gimana gak nethink, kalau sehabis Fero menciumnya dengan tiba-tiba-setelah kegiatan itu selesai dikerjakan, Si Bule Blangsak itu malah kabor ke apartemennya. Kan goblok.
Atau ada yang salah dengan dirinya sendiri? Apakah balasannya kurang pro sehingga Fero kurang puas?
Eh?
Otak lu udah kotor Mayra. Gara-gara si Fero nih, main nyosor aja. Kan Mayra jadi gak bisa nolak.
Stop.
Jangan mikirin itu lagi.
Mayra pergi ke dapur untuk mengambil semua pakaiannya yang sudah dikeringkan dan menjemurnya sebentar di dekat kamar mandi, agar tak terlalu dingin. Sambil menunggu beberapa menit, Mayra mencuci piring kotor dan membersihkan apartemen ini tak lupa dengan pakaian khususnya yang selalu digunakan setiap membersihkan apartemen. Setelah itu kembali ke dapur mengambil pakaian yang dijemurnya dan membawanya ke kamar, disetrikanya dan disimpan di lemari.
Mayra melepas sweater yang dipakainya, menyisakan atasan dengan lengan berupa tali spaghetti. Lalu merebahkan tubuhnya di kasur. Ia mengerang nikmat saat seluruh tubuhnya menyentuh kasur. Tak ada yang lebih nikmat dari ini-setelah dari tadi dirinya bercapek ria.
Tapi kenikmatannya itu tak berlangsung lama, karena setelahnya ia teringat kalau ada pr yang harus dikerjakannya. Mungkin ia membutuhkan waktu 10 menit lagi rebahan.
Melewati 10 menit tanpa memikirkan kejadian tadi rasanya aneh. Jadi sambil memasang alarm 10 menit, Mayra mulai memikirkan kejadian beberapa jam yang lalu.
Apakah keputusannya sudah benar? Ia hanya bisa berharap semoga pilihannya tidak mendatangkan kesalahan di masa depan. Apakah Fero hanya penasaran padanya? Lalu meninggalkannya?
Kalau seperti itu jadinya, lebih baik Mayra menyiapkan hatinya terlebih dahulu. Jangan sampai ia terlalu mencintai Fero hingga akhirnya dapat melukai dirinya sendiri.
Drt drt drt
Hana dul set! Niga neomu joha ottoke ottoke niga neomu yeppeo ottoke ottoke ~
Mayra langsung terbangun dari rebahannya dan mulai mengerjakan tugasnya di meja belajar. Ia memasang timer 30 menit untuk mengerjakan tugas dari satu pelajaran. Sebelum memasang timer, Mayra pergi ke dapur dan mengambil segelas air putih serta setoples biskuit yang sebentar lagi expired.
By the way, anyway busway, suara alarmnya itu merupakan suara Fero. Nanti Mayra ceritakan bagaimana caranya ia bisa membujuk Fero untuk membuat video seperti itu. Ngakak abis kalau diinget-inget.
Belum juga 30 menit ia sudah menyelesaikan tugasnya yang ternyata tak terlalu sulit, sisa waktunya ia manfaatkan untuk menonton video pembelajaran untuk praktek besok. Besok ada praktek kimia, setidaknya ia harus memahami dasar-dasarnya-walaupun sebenarnya tak perlu karena minggu lalu di sekolahnya terdahulu ia sudah memparktekan yang akan dipraktekan besok.
Saat di kelas tadi, Mayra menanyakan seluruh tugas untuk minggu ini pada Ella. Ia tak mau tertinggal pelajaran, jadi sebisa mungkin ia harus mengejarnya. Namun ternyata sebagian besar pelajaran itu sudah ia dapatkan di Sma Nusa 1, dan sisanya ia harus mempelajarinya. Mungkin esok hari, karena sekarang sudah hampir malam. Ia harus segera membersihkan tubuhnya.
"Kebiasaan," decak Mayra kesal.
Fero mengedikkan bahu acuh.
Ya. Fero.
Si bule itu sudah kembali lagi entah kapan Mayra tak tau, yang pasti saat ia membuka pintu-di ruang keluarga ia melihat Fero yang duduk santuy.
"Mau apa lo?"
"Ngapelin pacar."
"Halah, gaya lu ngapelin pacar. Tadi aja abis merawanin bibir gue, lo malah kabur."
"Bukannya itu kedua kalinya?"
"Ya, tetep aja! Kan waktu itu gue gak sadar sepenuhnya!"
Fero menghela napas lelah. Ia mengaku salah, karena tadi main pergi saja setelah melakukan hal itu pada Mayra, tapi hanya itu yang bisa dilakukannya untuk pertahanan diri-liat saja sekarang, apakah Fero harus kabur lagi seperti tadi?
"Lo tau alasan gue tadi pergi?"
Mayra menggeleng.
"Lo."
"Apa?"
"Gue harus bisa nahan diri gue. Liat lo sekarang?"
Mayra memperhatikan penampilannya dengan seksama. Tak ada yang salah.
Fero hampir saja memutar bola matanya jengah-melihat wajah tanpa dosa Mayra. "Gimana kalau gue kepancing? Lo gak punya piyama?"
Mayra memberikan cengiran lebarnya lalu pergi dari hadapan Fero untuk kembali ke kamarnya.
Ternyata itu yang membuat Fero tadi langsung pergi. Mayra perlu bersyukur untuk itu. Sepertinya Fero menghargainya dengan tidak melakukan suatu hal yang lebih dari sekedar ciuman dan bahkan barusan mengingatkannya untuk berpakaian dengan sopan.
Setelah memakai piyama yang panjangnya sampai pergelangan tangan dan mata kaki Mayra keluar dari kamar. Btw, pakaian yang dipakai Mayra tadi memang cukup membuat Fero menarik napas dengan berat-crop top dan celana tidur pendek yang bahkan kalau Mayra duduk terlihat seperti memakai celana dalam saja.
Jangan tiru Mayra kawan-kawan. Dia contoh yang buruk.
Helaan napas lega keluar dari mulut Fero saat Mayra sudah berpakaian dengan normal.
"Gue gak punya apa-apa Fer, makanan udah hampir habis," ucap Mayra setelah duduk di samping Fero.
"Belanja?"
Mayra mengangguk antusias. "Tapi jangan banyak-banyak di apartemen lo juga banyak, tinggal angkut aja."
Fero menyentil pelan dahi Mayra.
"Kalau bukan gue siapa lagi yang ngabisin segitu banyaknya makanan sama bahan makanan punya lo? Emang lo bakalan habis?"
Fero terdiam. Benar juga apa ucapan Mayra, daripada mubajir mending dibagi-bagikan saja.
"Ayo."
"Males ganti baju, lo gak malu kan bawa gue yabg kek gini?"
Fero menggeleng. Memangnya apa yang dapat membuat ia malu dengan membawa Mayra? Dengan piyama seperti itu saja Mayra terlihat mempesona, juga rambut yang dicepol asal. Menambah kesan natural yang membuat Fero tak bisa mengindahkan pandangan darinya.
Dan mereka pun pergi berbelanja dengan cepat lalu kembali lagi ke apartemen. Semuanya hanya menghabiskan waktu sekitar sejam.
Mayra membuatkan segelas susu dan sup tomat untuk Fero. Ia hanya meminum segelas air panas juga sup yang sama dengan Fero.
Diselingi obrolan dan candaan, mereka menghabiskan semuanya. Tak berarti rasanya bila tak diakhiri dengan sebuah ciuman perpisahan.
Mayra mengerjapkan matanya pelan. Fero dengan santainya mengecup bibirnya sesaat setelah ia mengantarnya ke depan pintu. Tak lupa membisikan ucapan selamat malam yang manis.
"Buenas noches, cariño."
Tentu saja ia tau artinya setelah ke google translate dan menerjemahkannya.
Setelah tau artinya, Mayra tak bisa diam di atas kasurnya. Ia melompat-lompat tak karuan.
Kalau gini caranya, gimana Mayra bisa tahan buat gak suka sama Fero?
———