Cerita ini adalah lanjutan dari novel ~MIRA~
_____
Enam tahun telah berlalu di mana kejadian aksi bunuh diri Mira belum bisa dilupakan oleh Raka Alendra. Pria muda tampan yang memiliki kelebihan dapat mendengar isi pikiran orang lain.
Dengan kemampuannya itu ia dapat membangun perusahaan terbesar serta perusahaan lainnya. Seorang Presdir termuda di Perusahaan Welfin di kota Byusan. Tanpa sengaja, ia bertemu dengan Sovia indriani, wanita yang baru tiba dari luar negri sekaligus seorang single mom yang memiliki rupa yang sama dengan Mira dan memiliki seoarang Putra yang bernama Deva. Sovia bekerja sebagai karyawan biasa di perusahaan Welfin.
Tiba-tiba saja seorang wanita lain hadir dan memiliki wajah yang juga mirip dengan Mira. Wanita itu mencoba untuk mengambil perhatiaan Raka. Namun karena gadis kecil yang bernama Dean, Putri kecil dari Raka mencoba untuk menyingkirkan wanita tersebut, karena tak ingin Ayahnya terjebak akan rencana jahatnya.
Begitupun dengan bocah yang bernama Deva, ia mencoba membantu Dean untuk mempersatukan Ibunya dengan Ayah Dean. Dan ternyata kedua bocah itu adalah saudara kembar yang artinya Sovia dan Raka adalah orangtua kandung mereka.
Lalu bagaimana semua itu terungkap?
Yuk kita baca sampai selesai:)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asti Amanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Ada yang Aneh
...{Beri like dan komen}...
Wajah Sovia mulai memerah merona melihat Pria di hadapannya seakan ingin menciumnya. Jantungnya terasa berdetak kencang menatap mata biru milik Raka.
"Perasaan apa ini."
Sovia merasa canggung, ia segera memalingkan wajahnya.
Ternyata sedikit sentuhan saja tidak bisa membuat Raka mendengar apa yang dipikirkan Sovia. Ia berdiri lalu mengatakan kepada Sovia untuk istirahat sejenak.
"Duduklah sebentar, jika tanganmu sudah mulai membaik, maka itu akan mempercepat pekerjaanmu nanti."
Raka pun berjalan meninggalkan Sovia yang masih duduk terdiam.
Sovia cemberut sebab melihat tumpukan dokumen yang akan dia kerjakan sekarang.
Setelah merasa tangannya mulai membaik, Sovia pun mengerjakan dokumen yang ada di depannya. Tidak memakan waktu lama Sovia sudah menyelesaikannya dengan cepat, maklum ia sudah mahir dalam hal seperti ini.
Perlahan lahan ia mulai mengantuk akibat semalam memikirkan persiapan dirinya ke acara malam besok, hingga membuatnya tak bisa tertidur lelap. Sovia sepertinya tidak menyadari Raka yang selalu memperhatikannya, ia mulai menyandarkan kepalanya di atas meja lalu mulai tertidur.
Raka berjalan mendekatinya yang sudah tertidur pulas, ia mencoba menyentuh kepala Sovia namun ia urungkan sebab terdengar seseorang datang memasuki ruangan itu.
Ternyata itu Erika dan Dean yang masuk ingin meminta izin untuk pulang. Tatapan Erika langsung tertuju pada Sovia yang sedang tertidur.
"Apa yang terjadi, mengapa Kak Raka tak menegur wanita di depannya ini." gumam Erika merasa heran lalu melihat Raka yang berdiri hanya terdiam melihat Sovia tertidur begitu saja.
"Papi, tadi aku bertemu seseorang yang mirip dengan ku, tapi dia begitu jahat telah membentakku." ucap Dean cemberut sambil menjelaskan kejadian tadi. Hal itu membuat keduanya terkejut setelah mendengar ucapan Dean.
"Dean mungkin salah lihat, di sini tidak diisinkan anak anak untuk masuk selain kamu." jelas Erika.
"Tapi benar kak ...."
"Putriku ini pasti sudah mengantuk sehingga membayangi seseorang. Nenek pasti menunggumu di rumah, sekarang pulanglah bersama Erika." Raka yang tidak percaya meminta putrinya untuk kembali pulang saja. Memang waktunya, ia seharusnya tidur sekarang.
"Terus Kakak cantik kenapa tertidur di sini?" tanya Dean sambil melihat Sovia.
"Mungkin dia kelelahan," Erika langsung menjawabnya.
"Lebih baik Dean ikut pulang sama kakak saja ya." lanjut Erika mengalihkan pembicaraan. Raka menatap Erika untuk segera membawanya kembali ke rumah.
"Baiklah." jawab Dean menurut.
"Papi, Dean pulang dulu, jaga kakak Cantik untukku ya." seru Dean bersikap manja di depan ayahnya lalu berlari keluar dengan manjanya diiringi Erika yang tertawa geli dari belakang.
Raka hanya menggelengkan kepalanya, tidak disangka putrinya mulai menyukai Sovia. Ia kembali berjalan ke mejanya tidak ingin mengganggu tidur siang Sovia. Karena hal ini baik bagi Sovia untuk mengisi tenaganya buat menghadiri acara malam besok.
...****...
Dilain tempat, terlihat Deva bersama Putri mulai mencari keberadaan Ibunya namun ia tidak bisa menemukannya juga. Sudah makan banyak waktu untuk menunggu Ibunya muncul tetapi hasilnya sama saja.
"Putri, di mana sebenarnya Ibuku duduk?" tanya Deva pada putri yang ikut bersembunyi.
"Seharusnya di ruangan ini." jawab Putri, pandangannya mulai mencari Sovia.
"Kalau begitu kamu ke sana saja, mereka juga tak akan bisa melihatmu." pinta Deva dengan datarnya.
"Tidak bisa begitu, bagaimana jika ada orang yang sepertimu." jawab Putri merasa tidak tenang. Deva cuma bisa memutar bola mata jengah.
Sibuk mencari Sovia, tiba-tiba mereka malah dikagetkan dengan kemunculan Erika dan Dean yang keluar dari lift. Mereka segera meninggalkan tempat itu. Putri yang melihat Erika tadi, ia merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya. Ia mulai terdiam membisu.
"Put, kamu kenapa?" tanya Deva melihat Putri terdiam tak bersuara.
"De-Deva."
"Ada apa?"
"Kenapa aku bisa merasakan sakit." desis Putri terlihat ia merasa sesak.
"Sakit? Di mana?" tanya Deva heran karena mana mungkin arwah bisa merasakan sakit sedangkan tubuhnya sudah tidak ia miliki.
"Di sini." Tunjuk Putri pada dadanya.
Deva terdiam akibat Putri menunjuk di bagian dadanya, Putri pun langsung memukul kepala Deva agar tersadar dari lamunan bodohnya itu.
"Hai Bocah! Jangan melihatnya seperti itu." Putri kesal melihat Deva yang terdiam menatapnya.
"Aw ... sakit bodoh!"
Deva membentak marah, kini Deva mulai mengerti sepenuhnya soal Putri kenapa ia tadi merasakan sakit dan kepalanya bisa di pukul oleh hantu di depannya itu. Mungkin raga Putri berada di tempat lain hingga jiwanya bergentayangan. Putri kesal dan perlahan menghilang membuat Deva malah ketakutan di tinggal sendirian.
"Sial, kenapa dia pergi begitu saja."
Deva marah sambil berjalan keluar, kini ia tidak tau jalan untuk pulang, begitu banyak orang beserta kendaraan yang lewat di setiap arah jalan.
Deva masih berusia lima tahun lebih dan terpaksa memberanikan dirinya menyusuri setiap jalan. Deva yang bisa melihat mereka yang tak kasat mata hanya memejamkan sedikit matanya agar tidak membuat mereka teralih kepadanya.
Namun hawa dingin dari mereka menusuk kulit membuat Deva semakin ketakutan.
"Mami, Deva takut." Terdengar suaranya merendah.
"Hiksss ... seharusnya aku tidak pergi dari rumah." Deva mulai menangis. Walau Deva memiliki sedikit kecerdasaan tetapi ia masih sama seperti bocah pada umumnya yang penakut.
orang-orang yang lewat tidak mempedulikannya, bahkan membiarkan Deva yang berjongkok menutup wajahnya sendirian di tepi jalan. Kini rasa takut dan cemas menyelimutinya jika ia hilang nanti.
Tiba tiba terlintas mobil putih berhenti di depannya. Terlihat seorang Pria tinggi yang terasa familiar keluar dari mobil dan mendekati Deva di depannya. ia juga ikut menjongkok lalu mengajak anak kecil itu berbicara.
"Hai Nak, kamu baik baik saja kan?" Pria itu bertanya. Deva yang mendengarnya, ia mendongak menatap Pria di hadapannya.
"Hikss ... Paman bisakah anda menolongku?" tanya Deva dengan mata mulai menangis disertai wajah imutnya yang tetap sama.
"Apa yang terjadi padamu?" Pria itu bertanya lagi.
"Aku tidak tahu jalan pulang." jawab Deva.
"Kalau begitu, berdiri dan jangan menangis, lelaki itu tidak boleh menangis kerena ia tak akan terlihat keren, mengertikan?" Pria itu berdiri lalu mengulurkan tangannya.
Deva mengangguk, "Paman baik sekali." Deva menerima uluran tangannya lalu ikut berdiri.
"Ikutlah denganku dan katakan alamat rumahmu di mana, Paman akan mengantarmu." ucap Pria itu berjalan diikuti Deva di sampingnya lalu memasuki mobil bersama. Mereka pun menuju ke rumah Sovia di mana Deva sendiri yang memberitahukan alamat rumahnya.
...****...
...Nah kan, Deva kesasar. Untung ada orang yang tolongin dia....
...Apa yang akan terjadi pada Deva? Apakah dia sampai di rumah?...
...Halo Readers...
...Jangan lupa...
...Like...
...Komen...
...Dan...
...Vote...
Maaf aku blm bca season 1 soalnya . Mau bca tp males ah..kpngen lgsug bca yg ini aja🤭