Walaupun Danver menjadi pengganti kembarannya menjadi suami Faye, tapi dia sangat menikmati pernikahannya dengan Faye.
Lalu bagaimana dengan Faye kalau dia tau laki-laki yang menjadi suaminya saat ini adalah kembaran dari laki-laki yang dia inginkan menjadi suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Nath, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 : Makan Siang Gratis
Pukul 14.00
Danver baru saja keluar dari ruang operasi.
Tubuhnya terasa sangat lemas karena dari pagi dia belum makan ditambah lagi harus berdiri dan berkonsentrasi selama berjam-jam membuat semua energi dalam tubuhnya terkuras habis.
Setelah membersihkan tangannya dan mengganti pakaiannya, Danver pun berjalan menuju ruang kerja Danzel yang sekarang menjadi ruang kerjanya.
"Dokter Danzel." panggil seorang perawat saat Danver melewati pos jaga.
Danver tidak menoleh karena perawat itu memanggil nama Danzel dan bukan namanya. Apalagi saat ini Danver berjalan sambil melihat ponselnya, dia sedang melihat-lihat menu makanan di aplikasi online.
"Dokter Danzel!" panggil perawat itu sekali lagi dengan nada yang cukup tinggi.
Sontak Danver menoleh. Dia baru sadar kalau sekarang dirinya adalah Danzel jadi dirinya harus terbiasa dipanggil dengan nama Danzel.
"Ada apa?" tanya Danver dengan wajah emosi. Dia sudah sangat lelah ditambah lagi sudah sangat lapar, jadi wajar kalau saat ini kesabarannya hanya setipis kulit bawang merah.
Perawat itu keluar dari pos dan berjalan dengan langkah panjang mendekati Danver.
"Um... ini makan siang untuk Anda." ucap perawat itu sembari menyodorkan sebuah rantang kehadapan Danver.
Woah kebetulan sekali. Gumam Danver dalam hati.
"Saya sendiri yang memasak ini, jadi bisa dijamin kebersihannya. Kalau soal rasa, saya pastikan dokter tidak akan menyesal memakan makanan ini." ucap perawat itu mempromosikan makanannya.
"Ooo." Danver hanya membulatkan mulutnya.
"Terimakasih kalau begitu." ucap Danver sembari mengambil rantang itu dari tangan si perawat.
"Nanti akan ku kembalikan rantang mu." kata Danver lagi lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang kerja Danzel.
Danver masih belum menyadari kalau perawat itu memberikan makan siang gratis karena perawat itu menyukai Danzel.
Ini bukan pertama kalinya ada perawat yang berani memberikan makanan untuk Danzel, setiap hari selalu saja ada perawat yang memberikan makanan untuk Danzel tapi tidak ada satupun makanan dari perawat itu yang Danzel terima dan ini pertama kalinya makanan yang diberikan perawat diterima oleh Danver yang dikira Danzel.
Jelas saja setelah Danver pergi jauh dari pos jaga, perawat yang makanannya diterima oleh Danver kegirangan bukan main.
°°°
Ruang Kerja Danzel
Kini Danver sudah berada di ruang kerja Danzel.
Dia pun meletakkan rantang makanan yang diberikan perawat tadi diatas meja panjang dan sebelum membuka rantang itu, terlebih dulu Danver melepaskan jubah putihnya lalu berjalan menuju kursi kerja Danzel untuk menggantungkan jubah putihnya di sandaran kursi.
Saat hendak balik ke sofa, mata Danver tak sengaja melihat pesan yang ditulis Tuan Hillario diatas meja kerja Danzel.
"Haish!!" sungut Danver sambil memutar bola matanya malas lalu melanjutkan langkahnya menuju sofa kemudian membuka rantang makanan yang diberikan perawat tadi lalu mulai memakan makanan yang ada dalam rantang itu.
"Um... enak juga." monolog Danver memuji makanan yang diberikan perawat itu.
Saat sedang menikmati makan siang gratisnya, tak sengaja mata Danver melihat pesan yang ditulis di secarik kertas yang ditempelkan ditutup rantang.
Karena tadi terburu-buru membuka rantang, Danver sampai tidak melihat ada secarik kertas yang tertempel ditutup rantang.
Jika dokter mencari yang pintar make-up dan suka belanja, aku mundur. Tapi kalau dokter mencari yang pintar masak, pintar kelola uang dan pintar merawat orang sakit, dokter bisa mencari aku. Nama mu Stella dan ini nomor ponsel ku +12123455678.
Uhuk... Uhuk...
Danver langsung terbatuk dan menyemburkan makanan yang ada di dalam mulutnya setelah membaca pesan si perawat tadi.
Cepat-cepat Danver mengambil botol air minum lalu menenggak setengah air minum dari botol itu.
"Ah... ternyata ini makanan untuk mengambil hati Danzel." cicit Danver.
"Apa mata perawat itu buta, kenapa dia bisa menyukai pria kaku seperti Danzel?!" lanjut Danver.
"Bagaimana mau merawat pasien dengan benar kalau penglihatannya saja buruk." lanjut Danver mencemooh.
Walau Danver mencemooh si perawat yang memberi makanan, tapi Danver tetap memakan makanan yang diberikan perawat itu.
"Kalau tahu perawat itu memberikan makanan karena ada maksud tertentu, sudah ku mintai dia makanan yang mahal-mahal." oceh Danver dengan mulut yang penuh dengan makanan.
Tok... Tok...
Saat sedang enak-enaknya menikmati makan siang gratisnya, tiba-tiba pintu ruang kerja Danzel terketuk. Sontak mata Danver menoleh kearah pintu.
°°°
Bersambung...
