Perfect Vs Casual
Gedung fakultas hari itu lebih ramai dari biasanya. Mahasiswa berlalu-lalang dengan wajah panik, membawa map biru tebal berisi dokumen penting yang bisa menentukan hidup dan mati mereka tesis. Di antara keramaian itu, Renatta Zephyra melangkah cepat, rok span hitamnya hampir membuatnya tersandung sendiri.
"Kenapa juga gue harus lupa bawa flashdisk hari ini?" gerutunya sambil terus berjalan.
Ia baru saja mencetak ulang berkas presentasi tesisnya setelah menyadari bahwa ia memberikan versi revisi yang salah ke bagian akademik. Dan kelas sastra dimulai Lima belas menit lagi.
"Natta!"
Suara itu membuatnya menoleh. Sela, sahabatnya, berlari kecil dengan dua gelas kopi di tangan. Satu untuk dirinya sendiri, dan satu, seperti biasa, untuk menyuap mood Renatta yang selalu buruk kalau sedang panik.
"Gue dapet yang Lo suka! Caramel macchiato no ice!"
Renatta sempat tersenyum, tapi itu hanya berlangsung setengah detik sebelum ia melihat tragedi terjadi dalam gerakan lambat Sela tersandung tas seseorang dan kopi di tangannya terlempar ke udara, menuju arah yang sangat salah.
"AWAS!"
Refleks, Renatta mundur. Namun sialnya, tubuhnya justru mengenai seseorang yang berdiri di belakangnya. Ia merasa punggungnya membentur sesuatu atau lebih tepatnya, seseorang. Seseorang yang tinggi dan… sangat tidak asing.
BRUK.
"Aduh!" Renatta menoleh cepat ke belakang, dan detik itu juga, ia terpaku.
Pria itu menatapnya dengan ekspresi datar, nyaris bosan. Rambutnya tersisir rapi, kemeja putihnya tidak kusut sedikit pun, dan map biru yang ia pegang kini terlindung sempurna di balik tubuh Renatta yang jadi tameng darurat. Sementara itu, kopi yang seharusnya mendarat di berkas pria itu, kini menghiasi lantai koridor.
Renatta membuka mulut, mau bilang sesuatu, tapi otaknya malah sibuk memproses betapa gantengnya pria itu.
Sial.
Kenapa manusia kayak gini harus muncul di saat yang sangat salah?
"Apa ada noda kopi nya?" tanya pria itu akhirnya.
Renatta mengangguk kaku, masih setengah terpesona. "I-Iya… kayaknya."
Pria itu menunduk memeriksa map birunya. Setelah memastikan tidak ada satu tetes kopi pun mengenai kertas-kertas pentingnya, ia menghela napas lega. Lalu, tanpa menatap Renatta lagi, ia berkata pelan, "Syukurlah."
Renatta sempat merasa hangat di dada sampai ia sadar bahwa 'syukurlah' itu bukan untuk dirinya.
"Tunggu… syukurlah? Buat… map itu?"
Pria itu mengangguk ringan, masih tanpa ekspresi. "Tesis mahasiswa. Kalau kena kopi, harus cetak ulang. Menyebalkan."
Renatta mengedip, tidak percaya. "Aku nyaris terjungkal, dan kamu cuma peduli sama berkasmu?"
Ia menatap pria itu lebih saksama, dan baru sadar ID card dosen penguji tergantung di dadanya. Nama di sana: Zavian Alaric.
Zavian Alaric. Dosen penguji yang kalau gosipnya benar dikenal galak, kaku, dan sangat, sangat sulit dilulusi.
Sempurna.
Zavian akhirnya menatapnya. "Kamu bisa berdiri sendiri, kan?"
Renatta menganga. "Aku bukan anak ayam yang butuh dituntun."
"Bagus. Maka saya tak perlu membantu."
Sela akhirnya sampai di sisi mereka, wajah panik. "Maaf! Maaf banget! Saya nggak sengaja!"
Zavian mengangguk sopan pada Sela, lalu menoleh kembali pada Renatta. "Lain kali hati-hati, Tapi terimakasih telah melindungi map saya."
Dan dengan kalimat seenaknya itu, ia berjalan pergi.
Renatta menatap punggung Zavian yang menjauh, rahangnya mengeras. "Dia... dia ngomong apa barusan?!"
Sela menepuk pundaknya pelan. "Gue rasa Lo baru aja berinteraksi dengan Zavian Alaric si dosen penguji super dingin."
Renatta menatap map di tangannya, lalu ke kopi yang berserakan di lantai.
Hari ini seharusnya jadi awal perubahan hidupnya.
Tapi ternyata, dia malah jadi tameng kopi, bertemu dengan dosen paling nyebelin sejagad kampus, dan kemungkinan besar, akan diuji oleh pria yang lebih peduli sama kertas daripada keselamatan manusia.
Sial. Dunia memang tidak adil.
Dan Renatta sudah tahu ia dan Zavian tidak akan pernah akur.
Atau… benarkah begitu?
***
Setelah kejadian super memalukan tadi pagi, Renatta menarik napas dalam-dalam dan memasuki ruang kuliah Sastra Modern. Ia masih harus mengikuti kelas meski hatinya setengah ambyar.
Ia memilih duduk di barisan tengah. Baru saja ia ingin membuka laptop, suara pintu terbuka membuat semua kepala menoleh.
Langkah tegap dan suara sepatu kulit yang menghentak lantai menggema di ruangan. Dan ketika pria itu masuk... dunia seakan berhenti sejenak. Semua mahasiswi terpaku.
Renatta menelan ludah. “Astaga…”
“Ya ampun ganteng banget..."
"Kok pak Zavian bisa ada di kelas kita?" tanya salah seorang teman sebangku yang duduk disamping Renatta.
“Dia dosen pengganti,” jawab Mira pelan. “Bu Raisa cuti hamil. Jadi, mulai sekarang... dia yang ngajar kita.”
Zavian Alaric pria dingin dan tampan, berdiri di depan kelas. Dengan gaya khas akademisi elegan, ia meletakkan mapnya di meja dosen, lalu menatap seluruh ruangan dengan aura yang tegas tapi menenangkan.
"Selamat pagi. Saya Zavian Alaric, dan saya akan menggantikan Ibu Raisa selama masa cuti beliau."
Suara baritonnya yang halus mengalun bak ASMR kelas atas. Grup chat kelas langsung meledak:
> [Astrid]: OMAAAAGAAAT INI DOSEN APA MODEL?!
> [Vina]: Suara dia tuh... bisa bikin aku lulus skripsi dalam sehari...
> [Clara]: Dia ngajarin sastra atau ngajarin cara jatuh cinta sih??
Renatta menepuk jidatnya, berarti selama beberapa hari kedepan ia akan terus bertemu dengan Zavian. Sungguh menyebalkan.
Renatta membuka roomchat dan mengirim pesan pada sela.
>[Renatta]: Demi apaaa... Zavian ada di kelas gue sekarang!!
>[Sela]: Hah seriusan??? Kok bisa??
>[Renatta]: Gantiin Bu Raisa selama masa cuti
>[Sela]: Seru dong! Di ajarin sama dosen ganteng, hehehe... Btw Ren, potoin dia dong! Biar gue pajang di grup!"
Renatta menunduk dan pura-pura sibuk dengan laptopnya.
>[Renatta]:"Ishh gila Lo ya? Nggak berani gue... Gila Lo, yang bener aja
Zavian memandang seisi kelas. Tatapannya melintas ringan, sampai akhirnya berhenti pada satu titik.
Renatta.
Gadis itu pura-pura mengetik materi. Tangannya gemetar. Ia merasa seperti dikejar kamera CCTV hidup.
Zavian berjalan mendekat sedikit. “Saya harap kamu bisa fokus ke materi daripada sibuk membuka chatting di laptop.”
“Eh... saya, saya nggak chatting, Pak…”
“Saya belum minta kamu menjawab. Cukup dengarkan.”
Mira yang berada di sebelahnya menahan napas, sedangkan Renatta mematung.
“Lho, kenapa lo nggak ngomong balik? Lo kan biasanya galak,” bisik Mira.
“Gue.. Gue lagi nggak pengen ribut” Renatta balas lirih.
Mira ketawa ngakak sampai dipelototi Zavian. Sedangkan Renatta… mengutuk hari itu sebagai Hari Paling Apes Sejagat Raya.
***
Zavian Alaric
Renatta Zephyra
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Rossa
Tamat 1 cerita, ada yang baru lagi hehehe... lanjutkan Thor, kayak nya seru nih /Smirk//Smirk/
2025-04-05
0
Sasya
Wihh baru bab pertama udah seru banget, lanjut terus thor/Chuckle//Chuckle/
2025-04-04
0
Lorenza82
Wkwk lucuuuu banget ceritanya 🤣 lanjut Thor, jangan malas malas lu Thor 😌🤭🤭
2025-04-04
0