Karena salah paham saat mendengar percakapan Ayahnya tentang pelaku yang terlibat dalam kecelakaan Kakeknya saat dia.masih kecil sehingga membuat seorang pemuda bernama lengkap Arishaka Narendra membalaskan dendamnya kepada seorang gadis bernama Nindia Asatya yang tidak tahu menahu akan permasalahan orang tua mereka di masa lalu.
Akankah Nindia yang akrab di sapa Nindi itu akan memaafkan Shaka yang telah melukainya begitu dalam?
dan Bagaimana perjuangan Shaka dalam meluluhkan hati Nindia gadis yang telah ia sakiti hatinya itu!
Mari kita simak saja kisah selanjutnya.
Bijaklah dalam membaca mohon maaf bila ada nama tokoh atau tempat yang sama. semua ini hanya hasil karangan semata tidak untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon My Choki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teman yang jahat
"Ya sudah, sekarang silahkan kalian lanjutkan pekerjaan kalian. Sudah jamnya buka Toko. " Ucap Cici San-san kepada ketiga karyawannya itu.
Lia, Ardi dan Nindi segera keluar dari ruangan sang Boss. Di luar ruangan Rani sudah menunggu dengan wajah cerah bahagia. Tak sabar melihat Nindia di usir dari Toko itu.
Rani sudah muak dengan tingkah sok polos Nindia. Yang berhsil menarik simpatik para teman-temannya. Tidak sia-sia dirinya membuntuti Nindia setiap pulang kerja. Untuk membongkar kelicikan Nindia.
"Nggak usah di hiraukan, anggap saja radio rusak kalau dia ngomel." Bisik Lia saat melihat wajah semringah Rani. Wanita itu pasti sudah mengira jika Nindia telah di pecat.
"Iya kak. Terima kasih ya, Bang Ardi. Terima kasih, sudah mau mempercayai Aku." Ucap Nindia lagi tidak lupa berterima kasih kepada Lia dan Ardi.
"Sama-sama Nin!" Sahut Ardi bersamaan dengan Lia.
Rani yang sejak tadi sudah tidak sabar ingin melihat Nindia di tendang dari Toko itu pun mengkerutkan keningnya saat melihat Nindia kembali melanjutkan pekerjaannya. _Kok,masih bekerja sih! Harusnya kan sudah di pecat dan di usir dari Toko ini._ Batin Rani kesal.
"Lia, kenapa si bule miskin itu masih kerja disini? Apalagi yang dia lakukan untuk membodohi kalian. Aku heran deh, sekelas boss saja bisa luluh sama tuh, bule. " Ucap Rani sembari mentap Nindia dengan tatapan kesal dan iri.
"Dengar ya Mel, kamu jangan ganggu-ganggu, Nindi lagi. Soal menggapa dia masih tetap berada disini?. Itu bukan Urusan kamu, lebih baik kamu urus saja pekerjaanmu. Jangan sampai karena asik mengurusi orang, sehingga kamu lalai dengan dirimu sendiri." Ucap Lia mengingatkan Rani untuk tidak menggangu Nindia.
Rani terdiam mendengar penuturan Lia yang begitu kentara jika rekan kerjanya itu lebih mempercayai Nindi yang jelas-jelas sudah membohongi mereka.
Nindia kembali melanjutkan pekerjaannya dengan penuh rasa syukur. Bossnya tidak memecatnya. Setelah dirinya menjelaskan serta memberikan bukti yang kuat. Walaupun harus kembali mengorek likanya yang masih berdarah itu. .
Nindia menuruti perkataan lia Untuk tidak menghiraukan ocehan Rani yang sejak tadi terus saja menyindir-nyindir dirinya.
"Heh! Ilmu pelet dari mana sih, yang kamu gunakan? Sampai-sampai Cici juga luluh sama tampang memelasmu ini?" Rani mencegah langkah Nindia yang baru saja selesai mengambil makanan jatahnya yang di sediakan oleh Boss.
Namun Nindia hanya menundukkan kepalanya sembari melanjutkan langkahnya menuju tempat duduk untuk menyantap makan siangnya. Perutnya sudah sangat lapar, sebab tadi pagi hanya sarapan dengan mie instant.
Tidak menghiraukan Rani yang menatapnya penuh kebencian. Nindia menuruti perkataan Lia untuk mengabaikan Rani.
"Kurang ajar ini anak ya! Sudah mulai ngelunjak rupanya. Mentang-mentang Cici San-san membelanya." Tukas Rani kesal luar biasa atas pengabaian yang di lakukan Nindia kepadanya.
Rani segera mengambil jatah makan siangnya yang telah di sediakan. Senyum miring terbit di bibirnya saat melihat Nindia makan seorang diri.
Kebetulan siang ini dirinya kebagian jam Istirahat untuk makan siang bersama Nindia.
SRUT!!
"Aaah!! " Nindia terkejut ketika tengah asik menyantap makanannya dan tiba-tiba saja ada yang menumpahkan air kedalam piringnya yang baru ia makan setengahnya.
"Kak Rani!” Ucap Nindia saat mengangkat wajahnya dan mendapati orang yang menuangkan segelas air kedalam piring makanannya yang isinya baru ia makan setengahnya itu ternyata adalah Rani.
"Ups! Sorry, sengaja!" Tukas Rani Acuh. Sembari berjalan melewati Nindia tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Sementara Nindia menatap sedih piring yang telah penuh dengan air itu. Perutnya masih lapar, namun makanannya sudah tidak bisa di makan lagi.
Nindia beranjak dari duduknya. Membawa piring nya menuju wastafel untuk membuang sisa makanannya yang sudah tidak layak itu. Kemudian mencuci piring bekasnya makan itu dengan air mata berjatuhan.
_"Ya Tuhan, kenapa ada orang sejahat itu. Tega sekali dia melakukan ini padaku."_ Monolognya
Nindia sedih, dirinya yang begitu kekurangan makanan, begitu berarti sepiring nasi yang di sediakan Bossnya itu.
🌻🌻🌻🌻🌻
"Sayang, aku mau beli tas dong! Ada model terbaru loh, limited edition. Mau ya, satu...aja!" Fira merengek manja sembari menyandarkan kepalanya di bahu Shaka. Saat ini keduanya tengah berada di salah satu Mall ternama di kota itu. Shaka menepati janjinya untuk menemani Tunangannya itu makan siang. Di sebuah restoran yang ada di kawasan Mall tersebut.
Shaka terpaksa menemui Fira sesuai permintaan wanita itu. Dengan menahan rasa mual yang masih menderanya. Sebab jika tidak di turuti Fira akan berulah terus-terusan.
"Hm! "
Hanya deheman yang di berikan Shaka. Rasanya malas sekali meladeni wanita yang berstatus tunangannya itu. Entah sampai kapan semua ini akan berakhir.
"Kamu kenapa sih, sayang! Kok kek, nggak semangat banget jalan sama aku?" Ucap Fira lagi dengan cemberut. Merasa Shaka tidak antusias menanggapi keinginannya.
"Kamu mau Tas yang mana? Ayo beli." Potongnya cepat. Sungguh, rasanya malas sekali meladeni wanita tukang ngambek itu.
Sontak saja ekspresi Fira berubah seketika. Saat mendengar ajakan Shaka untuk membeli Tas yang di inginkannya.
Hilang sudah wajah cemberut yang di perlihatkan tadi. Berganti dengan wajah riang. Saat Shaka mengabulkan permintaannya.
Shaka geleng-geleng kepala melihat perubahan ekspresi Fira tersebut. _Dasar wanita__
Keduanya memasuki outlet tas Branded yang di inginkan Fira.
"Terimakasih sayang! Kamu memang yang terbaik." Ucap Fira yang begitu bahagia menenteng paperbag dengan logo ternama itu.
Ini lah yang ia sukai selain paras tampan dari seorang Arishaka Narendra. Yang selalu menuruti kemauannya. Ya walaupun ia tahu jika dibalik semua ini karena ada alasannya. Menggapa seorang Arishaka bisa semenurut ini padanya.
Mau mengabulkan apapun yang dia mau. Tentu saja Fira tahu jika semua tindakan dan perhatian Shaka terhadapnya itu bukan karena cinta. Melainkan sebuah keterpaksaan.
Namun ia tidak perduli akan semua itu. Asalkan semua kemauannya di penuhi oleh pria itu. Maka soal cinta nomor dua. Fira yakin seiring berjalannya waktu Shaka pasti akan mencintai nya.
"Shaka! Kapan kita menikah? Kata Mama tinggal menunggu keputusan darimu saja. Mama sudah berbicara dengan orang tuamu. Aku ingin kita segera menikah." Tanya Fira sembari menyandarkan kepalanya di dada bidang tunangan nya itu.
Shaka segera menyingkirkan kepala Fira yang bersandar di dadanya. Membuat wanita itu menghembuskan nafas kasarnya. Selalu saja mendapat penolakan seperti ini.
"Shaka! Jika kamu begini terus,,,"
"Kita sudah sampai, nanti kita bisacarakan lagi soal itu. Sekarang kamu turun. Karena aku masih ada pertemuan dengan relasi." Ucap Shaka menyuruh Fira untuk segera turun. Sebab mobil sudah berhenti di depan rumah wanita itu.
Fira kembali menghembuskan nafasnya dengan kasar. Menghadapi pria seperti Shaka yang keras kepala dan cuek. Selalu membutuhkan kesabaran yang luar biasa.
" Baiklah Shaka, apa kamu nggak ingin mampir dulu?" Tawarnya sebelum membuka pintu mobil.
"Lain kali saja. Aku sedang buru-buru. Setengah jam lagi ada pertemuan dengan relasi yang tidak bisa di tunda. " Ucap Shaka ingkat.
Begitu Fira turun dari mobil. Tanpa basa basi Shaka segera melajukan Mobilnya. Membuat Fira kembali menghela nafasnya.
Next….