Terlambat menyatakan cinta. Itulah yang terjadi pada Fiona.
ketika cinta mulai terpatri di hati, untuk laki-laki yang selalu ditolaknya. Namun, ia harus menerima kenyataan saat tak bisa lagi menggapainya, melainkan hanya bisa menatapnya dari kejauhan telah bersanding dengan wanita lain.
Ternyata, melupakan lebih sulit daripada menumbuhkan perasaan. Ia harus berusaha keras untuk mengubur rasa yang terlanjur tumbuh.
Ketika ia mencoba membuka hati untuk laki-laki lain. Sebuah insiden justru membawanya masuk dalam kehidupan laki-laki yang ingin ia lupakan. Ia harus menyandang gelar istri kedua, sebatas menjadi rahim pengganti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35. SEKALI LAGI HARUS MERELAKAN
Agnes menatap nanar makanan yang sudah terhidang di atas meja makan. Biasanya ia akan serentak bersama suaminya setiap kali turun untuk sarapan. Tapi pagi ini ia berada di ruang makan seorang diri tanpa sang suami.
Teddy belum terlihat keluar dari kamar Fiona dan mungkin saja belum bangun. Suaminya itu memang susah bangun pagi. Saat menjelang subuh ia lah yang selalu membangunkannya. Dan subuh tadi, semenjak menjadi istri Teddy adalah pertama kalinya ia sholat subuh sendirian.
"Kenapa gak sarapan, Bu?" tanya bi Ira yang datang membawa tisu baru dan meletakkan di meja. Ia melihat istri pertama majikannya itu tampak melamun.
"Nungguin Mas Teddy, Bi," jawab Agnes dengan tatapan yang nampak kosong.
"Loh, bukannya Tuan ada di ruang tengah masih tidur."
Mendengar itu, Agnes segera mengalihkan pandangannya pada asisten rumah tangganya itu. "Mas Teddy tidur di ruang tengah?" tanyanya memastikan.
Bi Ira mengangguk. "Iya, Bu. Malah dari semalam saya lihat Tuan tidur di situ," ujarnya. Bahkan setelah sholat subuh, ia masih melihat majikannya itu tidur di sana dan belum bangun hingga pagi ini.
Agnes segera beranjak dari tempat duduknya. Sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman tipis. Ternyata ia sudah salah menduga jika semalam suaminya tidur di kamar Fiona.
"Oh ya, Bi." Agnes kembali berbalik ketika hendak menuju ruang tengah. "Apa Fiona belum keluar dari kamarnya?"
"Kalau Non Fio pagi-pagi sekali sudah ada di halaman depan, lagi siram tanaman. Tadi sudah saya panggil untuk sarapan, tapi katanya belum lapar."
"Oh." Agnes kemudian segera menuju ruang tengah. Bibirnya semakin mengembangkan senyum begitu melihat sendiri ternyata suaminya memang benar-benar masih tertidur di sofa ruang tengah.
Ia pun merendahkan tubuhnya, bersimpuh di sisi sang suami dan mengusap rambut sembari menggoyangkan pelan pundak suaminya. "Mas, ayo bangun."
Teddy pun perlahan mengerjapkan matanya kala merasakan sentuhan di pundak dan kepalanya. Menggeliat pelan sembari menutup mulut yang menguap.
"Sayang...." ucapnya parau begitu bisa melihat jelas siapa yang berada di sampingnya.
Agnes tersenyum. "Mas kenapa tidur di sini?" tanyanya.
Teddy mengusap wajah lalu duduk. Sesekali menguap karena masih mengantuk. Ia hanya menunjuk ke arah layar laptopnya di atas meja, yang menampilkan platform telemedis dimana ia biasa konsultasi dengan pasiennya secara daring.
"Aku ketiduran," ujarnya.
Agnes mengangguk paham. "Ya sudah, sekarang Mas mandi terus sarapan."
"Iya." Teddy lalu beranjak dari tempat duduknya dan segera menuju kamarnya. Sementara Agnes mengambil laptop sang suami lalu gegas menyusul ke kamar.
Sesampainya di kamar, Teddy langsung masuk ke dalam kamar mandi. Membasuh wajah lalu menatap wajahnya di cermin. Ia menghela nafas panjang mengingat pembicaraannya dengan Fiona semalam.
"Fio, kamu mau, kan?"
Fiona menggeleng. "Maaf, aku gak bisa, Mas. Aku sudah terlalu banyak mengecewakan keluargaku. Aku gak mau membuat mereka semakin kecewa. Semuanya akan tetap berjalan sesuai perjanjian awal. Aku akan kembali pada Mas Damar setelah aku melahirkan anak ini."
"Tapi bayimu nanti butuh ASI kamu, Fio. Susu formula belum tentu cocok untuknya." Teddy menatapnya penuh permohonan.
"Mas Teddy gak usah khawatir untuk itu. Aku bisa mengirimkan stok ASIP kesini."
"Tapi apa kamu gak mau tetap bersama-sama anak kamu? Apa kamu gak mau merawatnya dan melihat setiap tumbuh kembangnya?'' Teddy masih berusaha membujuk, berharap Fiona akan luluh.
"Kalau aku boleh memilih, aku tidak ingin memberikan anak ini pada kamu dan juga Agnes. Jujur aku berat harus berpisah dari darah dagingku sendiri. Tapi aku sadar sejak awal anak ini bukan milikku. Dan aku juga tidak bisa tetap berada diantara kamu dan Agnes. Tidak ada yang akan benar-benar adil dalam rumah tangga berpoligami, diantara kedua istri kamu pasti akan ada merasa kamu tidak adil dan pada akhirnya kita hanya akan saling menyakiti!" ucap Fiona dengan suara bergetar menahan tangisnya.
"Walaupun nanti aku tidak berada di sisinya. Tapi aku bisa memantaunya meski dari kejauhan. Itu sudah cukup bagiku," lirih Fiona sembari mengusap perutnya.
"Sekarang Mas Teddy keluar. Aku mau istirahat!"
Teddy membeku di tempatnya. Setiap kata yang diucapkan Fiona menciptakan rasa sesak di dada. Ia masih sangat mencintainya, tapi ia tetap tidak bisa memilikinya meski Fiona kini berstatus istri ke-duanya.
Sekali lagi, ia harus merelakan Fiona. Seperti dulu, setiap kali ia mencoba mendekati, Fiona akan selalu memintanya untuk menjauh.
*****
"Non, ini ada titipan dari Adiknya Non Fio." Seorang pria paruh baya yang bertugas menjaga keamanan di rumah itu menyerahkan sebuah paper bag kecil pada Fiona yang tengah sarapan.
Agnes dan Teddy yang sejak tadi diam menikmati sarapan, turut melirik ke arah paper bag tersebut.
"Adik saya masih ada di luar, Pak?" tanya Fiona.
"Sudah pergi, Non. Tadi sudah saya tawari untuk masuk tapi katanya lagi buru-buru dan titip ini buat Non Fio."
Fiona mengangguk pelan. "Terimakasih, Pak."
"Sama-sama, Non." Satpam tersebut pun berpamitan kembali ke posnya.
Fiona pun membuka paper bag tersebut. Ternyata isinya adalah ponsel miliknya yang sudah diperbaiki.
"Itu hape kamu, kenapa bisa sama Aidan?" tanya Agnes.
"Rusak pas nginap di sana. Kena tumpahan air, dan aku minta Aidan untuk memperbaikinya," jawab Fiona.
"Oh." Agnes tak lagi bertanya. Ia kembali fokus dengan makanannya.
Setelah menghabiskan makanannya. Fiona pun meninggalkan ruang makan sambil menyalakan ponselnya. Layar ponselnya seketika dipenuhi notifikasi panggilan yang tak terjawab dan juga pesan yang kebanyakan dari Damar.
Ia tidak lagi membuka pesan itu dan langsung menghubungi Damar. Lelaki itu pasti merasa khawatir karena beberapa hari ponselnya tidak aktif.
Tak membutuhkan waktu lama sambungan teleponnya langsung terhubung. Damar seperti memang sedang menunggunya.
"Assalamualaikum, Fio. Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Damar terdengar cemas.
"Waalaikumsalam, Mas. Aku baik-baik saja," jawab Fiona.
"Kenapa nomor kamu baru aktif? Aku khawatir kamu kenapa-kenapa."
"Hape aku rusak, Mas. Ini baru selesai diperbaiki."
Terdengar Damar menghela nafas lega. "Syukurlah. Aku pikir kamu kenapa-kenapa. Soalnya gak bisa dihubungi."
"Terimakasih sudah mengkhawatirkan aku, Mas," ujar Fiona sambil tersenyum tipis.
"Di masa depan kamu akan menjadi prioritas ku. Aku akan selalu khawatir dalam segala hal. Aku tidak mau kamu sampai merasa tidak bahagia bersamaku," kata Damar.
"Aku beruntung mendapatkan kamu, Mas," ucap Fiona. Meski di hatinya masih ada perasaan untuk Teddy, tapi ia harus menguburnya dan menerima bahwa Damar lah yang semesta pilihkan untuknya.
"Aku yang beruntung mendapatkan kamu, Fio." Damar tersenyum. Ada perasaan bahagia dan juga merasa sedikit lega. Apa yang diucapkan Fiona baru saja juga menandakan bahwa Teddy belum memberitahu Fiona tentang keburukannya.
"Aku berjanji akan jujur tentang masa laluku setelah kamu melahirkan nanti. Dan semoga kamu tidak menjauhiku dan mau menerima aku apa adanya," gumam Damar dalam hati.
*****
Mohon maaf lahir dan batin semuanya. 🙏🙏
buat damar berusahalah karena bukan hanya maaf Fiona yang bakalan susah kamu dapat nantinya tapi jga keluarga besarnya karena fio itu putri kesayangan jadi selamat berjuang semoga semesta menjodohkan kamu sama fio
🤭🤭🤭 eh salah semoga Mak nur menjodohkan kamu ama fio
Ngak usah ngimpi mau punya dua istri kalau belum bisa bersikap adil bijak dan tegas kamu ,
jangan cuma mikirin perasaan kamu pikirkan juga perasaan Fio ... Fio itu manusia bukan boneka Fio punya hati nurani
ayo Damar tetap semangat jgn kendor terus perjuangkan cinta mu lewat jalur langit selalu langit kan doa"mu rayu tuhanmu, dan jangan lupa kamu harus jujur dgn masa lalu mu,, belajar jadi imam baik untuk calon bidadari surga mu ❤️🥰