NovelToon NovelToon
Ketika Cinta Telah Bicara

Ketika Cinta Telah Bicara

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:950.3k
Nilai: 4.9
Nama Author: Eeeewy

Lima belas tahun yang lalu, Maria adalah sosok yang ceria tidak peduli bagaimana asal - usulnya. Namun semenjak dirinya menyatakan cinta pada Yudha dan ditolak, ia jadi memahami mengapa Bibit, Bebet, dan Bobot menjadi standar ditolak dan diterima, dipilih dan dipinang.

Apalagi ketika ia harus terusir dari rumah karena sertifikatnya telah digadai sang ayah. Sedangkan sang ayah sendiri tewas menjadi bulan - bulanan massa setelah tertangkap basah tengah mencopet.

Yudha seorang pria tamvan, mavan, dan rupawan. Karirnya begitu cemerlang. Namun takdir seolah menjungkir balikkan hidupnya ketika sang istri meninggal saat melahirkan buah hati kedua mereka.

Karena harus menitipkan sang bayi di rumah sang ibu, ia kembali bertemu Maria dalam kondisi saling membutuhkan.

"jadilah baby sitter untuk anakku, aku akan menanggung semua kebutuhanmu."

"Hey, kamu nggak takut mempercayakan anakmu padaku. Nanti kalau anak mu rewel kemudian aku bunuh, gimana."

Yudha tersadar, kesalahannya di masa lalu telah membuat Maria tidak lagi sama seperti yang dulu.

Namun Ketika Cinta Telah Bicara, akankah menyatukan keduanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eeeewy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22

Arina berlari - lari kecil menuju halaman samping rumah neneknya. Dengan penuh rasa ingin tahu, ia pun mengintip dari sela - sela jeruji pagar besi yang membatasi rumah sang nenek dengan rumah tetangga.

Onty yang tempo hari menungguinya naik scopy mini bilang, rumahnya bersebelahan dengan rumah nenek, apakah benar? Makanya gadis kecil itu sangat penasaran.

"Arin, kamu ngapain?" tegur sang nenek. Wajah beliau tampak lelah. Ternyata tubuh rentanya sudah tidak kuat lagi menjaga seorang gadis kecil yang sangat aktif serta satu bayi yang susah tidur dan mintanya selalu digendong.

Mendengar teguran sang nenek, Arina pun menoleh. "Nenek, rumahnya onty Maria yang ini atau yang itu?" tanya Arina sambil menggerak - gerakkan jari tengahnya untuk menunjukkan rumah yang ia maksud.

Bu Asri tersenyum di kulum melihat kebiasaan cucunya yang suka menunjuk sesuatu dengan jari tengah. "Rin, kalau menunjuk itu pakai jari yang ini loh!" Bu Asri memberikan contoh untuk meralat cara menunjuk yang benar. Bisa berabe kalau kebiasaan itu dilakukan hingga si bocah beranjak gedhe. Naluri keibuannya menjadi khawatir dengan cucunya yang harus bertumbuh kembang tanpa pengawasan sang ibu. Kemudian keningnya berkerut saat menyadari jika cucunya tadi menyebut nama Maria. Kenapa Arina bisa mengenal si gadis yang malang tetangganya?

Arina menatap tangan yang jari tengahnya masih teracung. Apa yang salah sih? Bukankah jari tengah itu lebih panjang dari jari yang lain. Bagi Arina, rasanya lebih mantap jiwa saat menunjuk sesuatu dengan jari yang paling panjang.

"Arin kenal onty Maria di mana?" selidik bu Asri.

"Di stadion, Nek. Arin kemarin tidak sengaja menabrak onty Maria."

Jawaban Arina diangguki oleh bu Asri. Syukurlah jika keadaan gadis itu ternyata baik - baik saja. Semenjak Maria pergi dan menghilang setelah terusir dari rumahnya, bu Asri memang sempat kepikiran. Kenangan masa lampau ketika Maria masih kecil begitu membekas dalam ingatannya.

Saat itu ia mendapati Yudha pulang bermain dengan badan penuh lumpur. Ia yang seorang ibu muda dan kelelahan setelah mengurus rumah pun langsung memarahi puteranya. Kemudian tak berapa lama ia mendengar jika nenek tetangga sebelah juga sedang memarahi cucu perempuannya. Selagi Yudha mandi, nenek tetangga sebelah datang untuk meminta maaf. Mata lelah nenek itu membuat hati Asri trenyuh.

Asri merasa kasihan pada wanita tua itu. Di usianya yang tidak lagi muda, beliau harus menjaga cucunya yang sering ditinggal bapak si anak keluar masuk penjara.

Bu Asri juga masih ingat dengan pesan terakhir nenek tetangga sebelah. Sebelum meninggal, beliau sempat menitipkan Maria kecil untuk 'diawasi'. Tentu saja alasannya karena gadis kecil itu sudah tidak beribu dan membutuhkan bimbingan dari orang dewasa agar menjadi pribadi yang baik. Sayangnya latar belakang keluarganya telah terlanjur memberi stempel buruk pada Maria. Sehingga bu Asri pun menjalankan amanah dengan setengah hati.

Ucapan Arina menyadarkan bu Asri dari lamunannya. "Kata papa, onty Maria itu temannya," oceh gadis kecil itu sambil menuju ke teras menghampiri sang nenek.

"Itu benar," jawab bu Asri sambil mengajak cucunya duduk di teras.

"Berarti kalau onty Maria itu temannya papa, bisa jadi temannya Arina juga dong, Nek?"

Bu Asri menatap mata bening Arina. Beliau seperti melihat bayangan sosok Maria yang muncul saat gadis kecil itu datang untuk mencari Yudha karena membutuhkan teman bermain. Ketika mengingat hal tersebut hati bu Asri menjadi sesak. Mengapa cucu perempuannya juga harus mengalami takdir yang sama? Tidak memiliki ibu di usia yang masih sangat muda.

Kekhawatiran mulai merasuki pikiran bu Asri. Ia sudah menua dan suatu saat akan meninggalkan dunia ini. Namun masih ada beban yang mengganjal. Jika ia pergi bagaimana dengan anak bungsu dan kedua cucunya yang telah menjadi piatu?

Apakah Yudha akan kembali mendapatkan istri yang baik? Apakah Arina dan Arka akan mendapatkan kasih sayang dari ibu sambungnya. Rasa khawatir itu memunculkan sebuah ide di benaknya. Selagi mampu, kenapa bukan ia sendiri yang menyeleksi calon menantunya? Lalu kira - kira siapa ya perempuan yang tepat untuk ia pilih sebagai kandidat calon mantu?

Karena sibuk melamun, Bu Asri sampai tidak menghiraukan Arina yang sejak tadi menyinggung - nyinggung nama Maria.

"Nenek, onty Maria itu orangnya bagaimana?" tanya Arina dengan mata berbinar dan rasa ingin tahu.

Bu Asri menghela napasnya. Mengapa dari sekian banyak teman perempuan papanya, Arina justru menanyakan tentang Maria? Bu Asri jadi tergelitik untuk kepo. Naluri anak itu sangat jujur. Ia mampu merasakan sesuatu yang tidak kita sadari. Kenapa ia tidak menjadikan Maria sebagai kandidat calon menantu juga?

Dulu dirinya memang naif. Baginya bibit, bebet, bobot adalah syarat mutlak untuk ia jadikan calon menantu. Tapi apalah artinya jika menantu terbaik yang ia pilih akhirnya meninggalkan anak dan cucunya lebih dulu. Bu Asri pun sudah merasa tua. Ia tidak yakin masih mempunyai banyak waktu menyeleksi banyak wanita untuk mendampingi Yudha. Yang terpikir sekarang adalah Maria. Lagipula gadis itu sekarang juga telah menjadi sebatang kara. Lupakan masa lalu. Dengan sisa waktu yang ia miliki, bu Asri akan memoles Maria menjadi seorang istri yang tangguh untuk puteranya.

"Hmmmmm..." Bu Asri tersenyum di kulum kemudian mulai mengajak cucunya mengobrol sambil merencanakan sebuah konspirasi.

"Arin tahu nomor ponsel Papa?" selidik Bu Asri. Sudah menjadi hal yang lumrah jika anak - anak jaman sekarang memiliki gadget. Yudha pun tidak pelit membelikan benda mahal itu untuk puterinya. Karena membiarkan Arina bermain game adalah jurus ampuh supaya gadis itu tenang dan tidak merecokinya saat mengerjakan lemburan di rumah.

"Ya tahu dong, Nek." jawab Arina dengan penuh rasa percaya diri. Kemudian ia mengambil ponsel yang biasa ia gunakan untuk bermain game kuda pony.

"Papa bilang, kalau Arin memerlukan sesuatu. Arin cukup menekan wajahnya papa." ucap gadis kecil itu sambil menunjuk layar dengan jari tengahnya. Ternyata Yudha sudah mempersiapkan keadaan darurat sejak dini pada Arina. Ponsel gadis kecilnya hanya ia isi dengan aplikasi game dan WhatsApp. Itupun hanya ada satu nomor yang tersimpan yaitu nomor milik Yudha, dan sudah ia setting sehingga memudahkan puterinya melakukan panggilan di saat - saat mendesak.

Bu Asri tersenyum senang. Mungkin ia bisa melakukan rencananya hari ini juga. Diusapnya kepala cucu perempuannya dengan sayang.

"Maaf ya, Rin. Nenek mengerjai kamu."

******

Bu Asri berusaha untuk tetap berpura - pura pingsan sambil menahan tawa mendengar kepanikan yang terjadi di rumahnya. Ini baru akting. Seandainya ia benar - benar harus pergi? Bagaimana dengan keluarga kecilnya Yudha?

Tubuh bu Asri terasa melayang. Sepertinya Yudha tengah membopong tubuhnya untuk di baringkan ke kamar.

Kehebohan semakin terasa ketika Yudha menelpon rumah sakit dan Arka terbangun dari tidur kemudian menangis dengan keras. Hati bu Asri tersentuh, sepertinya ia harus segera menyudahi akting berpura - pura pingsan ala - ala ibu suri.

Bu Asri mengerjapkan kedua matanya dan bergaya seolah - olah linglung.

"Aku~ Di~ mana?" tanyanya dengan nada lemah.

"Alhamdulillah... Ibu sudah sadar?" Yudha segera mendekat dan meraih tangan bu Asri untuk kemudian ia ciumi.

"Aduh..!" Bu Asri berpura - pura mengaduh kesakitan. Keluhan sang ibu membuat wajah Yudha kembali terlihat khawatir.

"Apa yang sakit, Bu. Ayo kita ke rumah sakit!"

"Kaki ibu sakit, mungkin terkilir karena terpeleset tadi," ucap bu Asri sambil menunjuk kakinya.

"Sepertinya Ibu perlu banyak istirahat. Aku akan mencarikan seorang baby sitter, untuk membantu kita sementara ibu dirawat di rumah sakit."

"Eh... Opname di rumah sakit? Tidak usah! Lagipula mencari asisten itu susah lho, Le!" bu Asri memulai dramanya sambil menatap ke arah Yudha yang kini sibuk menenangkan Arka.

Arina yang mengetahui neneknya sudah sadar segera mendekat untuk memeluk.

"Apalagi asisten yang juga tulus merawat Arina dan Arka," tambah bu Asri sambil menahan senyumannya.

"Oh ya, sepertinya Arina sudah mengenal Maria. Bagaimana kalau kita meminta bantuan gadis itu saja?"

Tbc

1
sakura
...
sakura
..
Audrey Chanel
suka author nya pinter love you Thor
Audrey Chanel
Terima kasih kak Author aku jg mencintaimu😘🫠😂😄🤗🤗🤗
Audrey Chanel
intinya biar si mantan ilang dari pikiran cari yg baru yah Thor
Audrey Chanel
sukurin handuknya buat ngepel
Hania Nasar
krm aj si devil ke mbah D.
atin p
😀😀😀😀thor...edannn tenan critone iki
atin p
auto ngakak...pengene Rico sing mati...wqwqwq tibane bpke dewe...
Sri Hartini
menurutku yudha gak lah buruk,soalnya kelakuan maria sendiri yg menurutku keterlaluan bercandanya,terang aja langsung ditolak cintanya
🍉🕌kimˢᵉˡˡᵒʷ͢ ᵇᵍᶠ🦢
. ok
Marni Aja
😭😭😭
Marni Aja
ikut nangis aku bacanya😭😭
Marni Aja
cerdas jawabanmu mar.... marimar.... maria mersedez😂
Marni Aja
jujur ya, aku itu setiap baca part latahnya maria.., suka ngakak sendiri.... itu jingle telenovela jadul banget jaman aku gadis.... maria mersedes😂😂😂
🍉🕌kimˢᵉˡˡᵒʷ͢ ᵇᵍᶠ🦢
mampir
Marni Aja
😭😭😭
Rian's 666
pas
Rian's 666
tes
Elisabeth Ratna Susanti
lanjut 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!