NovelToon NovelToon
GITA & MAR

GITA & MAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Fantasi Wanita / pengasuh
Popularitas:4.2M
Nilai: 5
Nama Author: juskelapa

Gita yang gagal menikah karena dikhianati sahabat dan kekasihnya, menganggap pemecahan masalahnya adalah bunuh diri dengan melompat ke sungai.

Bukannya langsung berpindah alam, jiwa Gita malah terjebak dalam tubuh seorang asisten rumah tangga bernama Mar. Yang mana bisa dibilang masalah Mar puluhan kali lipat beratnya dibanding masalah Gita.

Dalam kebingungannya menjalani kehidupan sebagai seorang Mar, Gita yang sedang berwujud tidak menarik membuat kekacauan dengan jatuh cinta pada majikan Mar bernama Harris Gunawan; duda ganteng yang memiliki seorang anak perempuan.

Perjalanan Gita mensyukuri hidup untuk kembali merebut raga sendiri dan menyadarkan Harris soal keberadaannya.


***

Cover by Canva Premium

Instagram : juskelapa_
Facebook : Anda Juskelapa
Contact : uwicuwi@gmail.com

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

026. Percakapan Harris

Semakin banyak tahu semakin banyak ingin tahu. Harris meninggalkan perusahaan kosmetik dengan langkah panjang dan terburu-buru. Meninggalkan Lily yang bahkan belum sempat mengucapkan sampai bertemu kembali. Juga hampir melupakan sosok asisten yang terseok-seok mengikuti langkahnya. Harris terlampau bersemangat dengan suatu ide yang terlintas di kepalanya.

Yunita tiba di sebelah Harris lima menit kemudian dengan napas terengah. "Jadi ... sekarang bagaimana, Pak? Saya kembali ke kantor?" Yunita mengatur napas dan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Tadi kamu dengar semuanya, kan? Perdebatan antara dua wanita tadi? Entah kenapa wanita selalu begitu. Suka bicara semua hal yang harusnya tidak dibicarakan. Apa mereka tidak khawatir kalau semua yang mereka katakan didengar orang asing?" Rupanya Harris belum selesai dengan hasil pertemuan bersama Lily barusan.

Yunita mengangguk setuju untuk semua yang Harris katakan. Sampai di penghujung kalimat wanita itu kembali bertanya, "Jadi, bagaimana, Pak? Apa saya ikut kembali ke kantor?"

"Saya mau ke rumah sakit untuk melihat wanita itu. Saya bawa mobil sendiri. Kita bertemu di rumah sakit dua jam lagi." Harris melambaikan tangan pada petugas valet yang sudah standby mengantarkan mobilnya. Sejurus kemudian ia sudah pergi meninggalkan sang asisten.

Kenapa harus dua jam lagi? Karena perjalanan dari perusahaan kosmetik ke rumah sakit termasuk perjalanan ke luar kota. Harris menghabiskan waktu satu jam lebih di jalan dan berniat tiba lebih dulu dibanding asistennya.

"Selamat pagi, Pak Harris. Ternyata hari ini Bapak datang. Kemarin ada perempuan yang datang ke sini mencari pasien." Perawat yang sudah pernah bertemu Harris datang menghampiri.

"Perempuan? Siapa?" Harris sedang mempertimbangkan siapa wanita yang mencari Gita ke rumah sakit itu. Apa seorang perempuan yang diusir dari ruang meeting tadi?

"Perempuan itu nggak memberi tahu namanya, Pak. Cuma nanya siapa nama lengkap pasien dan apa urusannya Bapak ke rumah sakit ini berkali-kali." Perawat yang sudah menerima uang tambahan untuk lebih memperhatikan Gita ternyata bekerja dengan sungguh-sungguh.

Harris mengangguk mengerti dan mengeluarkan ponsel dari balik jasnya. Setelah menemukan sesuatu dalam galeri ponsel Harris menyodorkannya pada si perawat. "Apa wanita ini?"

Tak perlu waktu lama perawat tadi langsung mengangguk. "Benar, Pak. Mbak yang di foto itu."

"Karin? Ngapain Karin ke sini?" Harris mengernyit sebentar lalu mengingat tujuannya ke rumah sakit. "Saya masuk melihat pasien dan Jangan biarkan orang lain masuk selama saya di dalam." Harris masuk ke ruangan Gita nyaris tanpa suara. Pelan-pelan mendekati ranjang pasien dan berdiri tepat di sebelahnya.

Harris meneliti rambut Gita lebih dulu. “Terlihat terawat,” gumamnya. Pandangannya lalu turun untuk mendapati rupa kuku jemari tangan yang berada di luar selimut. “Kuku kamu juga rapi. Pertanda staf salon mengerjakan tugasnya dengan baik. Harris kemudian mengitari bagian kaki ranjang dan berdiri di sana beberapa saat.

“Walau saya sedikit penasaran dengan hasil manicure, saya menahan diri untuk tidak membuka selimut kamu.” Harris berdiri dengan satu tangan berada di saku celana dan satu tangan lainnya menggaruk dagu. “Hari ini saya merasa seperti orang gila. Lebih tepatnya saya takut dikata gila bahkan oleh asisten paling junior yang membantu saya dalam mengurusi kamu.”

Harris berjalan ke sebelah Gita masih dengan menggaruk dagu. Suara sepatunya memecah keheningan ruang ICU. Ia berhenti di sebelah kiri Gita yang terpasang dua selang infus.

“Entah dari mana harus memulai topik ini. Tapi saya rasa perlu mengatakan kalau sesuatu yang aneh sedang terjadi. Saya harus menegaskan kalau Mar tidak punya hubungan kekerabatan pada siapa pun di kota ini, di ibukota atau di pulau ini. Tidak. Mar berasal dari pulau lain yang datang ke ibukota untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga yang akhirnya bertemu dengan suaminya lantas mereka menikah. Apa kamu bisa mendengar saya?” Harris tiba-tiba mencondongkan tubuh untuk melihat wajah Gita lebih dekat. Mulanya dengan sorot tegas, namun kemudian melembut saat pandangannya tinggal cukup lama. Harris kembali mundur selangkah sambil berdeham. Ia kembali berdiri dengan posisinya semula.

“Mar yang berada di rumah saya sekarang sangat-sangat berbeda. Saya nggak kenal dengan sosok Mar yang menguncir rambut Chika sebegitu rapi, saya nggak kenal dengan Mar yang berani dan keras kepala membawa dua anaknya ke rumah. Bahkan Mar yang di rumah bersenandung lagu ‘I Will Survive’. Sejak kapan Mar bisa fasih berbahasa Inggris?"

“Dan hari ini … apa kamu tau apa yang terjadi?” Harris berpindah tempat. Memutari bagian kaki ranjang untuk tiba di sisi seberang.

“Saya mencari informasi tentang wanita bernama Gita Safiya Nala dan bukan hal yang sulit untuk menemukan segala informasinya. Sosial media, company profile, kepemilikan property, kendaraan bahkan catatan medis. Semua saya temukan dengan mudah sejak kemarin tapi hal yang saya cari baru saya temukan hari ini.” Harris mendekati Gita dan menunduk di depan wajahnya. “Tulisan tangan itu … itu bukan tulisan tangan Mar. Mar bahkan tidak bisa menulis sebagus dan serapi itu. Itu tulisan kamu, Gita. Saya hampir gila hari ini.”

“Dan juga … hari ini saya tau apa penyebab wanita bernama Gita tiba di kota kecil ini dan melompat dari jembatan. Maaf kalau saya harus mendengar cerita soal kamu dari orang lain. Saya ikut prihatin dengan yang terjadi pada kamu. Oh, ya tapi Mar membantah kalau Gita sengaja melompat. Sepertinya saya harus mulai mempercayai semua yang Mar katakan. Benar begitu, kan?” Harris lalu diam menghela napas panjang.

“Hmmm … Gita … Hidup memang tidak bisa ditebak, tapi melompat ke sungai jelas bukan jawaban. Kamu bisa hidup lebih baik. Dan anggap saja apa yang dilakukan sahabat kamu sebuah cara Tuhan untuk memisahkan kamu dari orang yang tidak pantas dalam hidup kamu. Bagaimana? Kamu setuju?”

Harris masih memandang wajah Gita yang pucat. Pelan-pelan tangannya terangkat hendak menyentuh rambut Gita, namun melambat dengan ragu. Dengan penuh keraguan tangan Harris menyentuh rambut yang menutupi dahi Gita. “Entah saya memang gila atau hidup yang tidak bisa saya mengerti. Tapi bagaimana kalau memang antara seorang Gita dan Mar memang bisa bertukar kepribadian? Atau … bagaimana kalau hal mengerikan itu terjadi? Bagaimana kalau Gita sebenarnya sudah meninggal dan arwahnya merasuki Mar? Bagaimana kalau hal itu yang terjadi?” Tiba-tiba Harris menjauhi Gita dengan wajah muram. Menepis jauh-jauh hal yang gila yang ia duga-duga.

“Kalau hal itu benar terjadi, kenapa kamu memilih Mar? Ada hubungan apa kamu dan Mar sampai arwah kamu merasuki Mar? Chika … anak saya menyukai Mar yang baru. Chika bahagia dengan kuncirnya dan Chika senang karena belakangan kamu banyak menanggapi obrolannya.” Harris menatap tangan pucat Gita. Ia lalu menyentuh tangan itu dengan gesture seperti berjabat tangan. “Gita … terima kasih atas nama Chika. Tapi … walau senang dengan hal yang terjadi belakangan, saya tidak mau egois. Kamu harus segera bangun. Jangan terlalu lama dalam kondisi ini. Semakin lama tidur akan membuat kamu semakin lama pulih. Ayo, Gita. Kamu harus bangun.”

Beberapa saat Harris mengharapkan kalau tangan Gita akan merespon sentuhan tangannya. Tapi setelah menyadari tangan pucat itu tetap bergeming, Harris kembali meletakkan tangan Gita pelan-pelan.

Harris mengerling dinding kaca dan melihat Yunita baru saja tiba. Ia kembali menegakkan tubuh. Masih memandang Gita lekat-lekat.

“Jangan terlalu lama dalam keadaan begini. Andai kamu benar-benar merasuki tubuh Mar, segera tinggalkan. Kembali ke sini. Jangan khawatirkan Chika atau anak-anak Mar. Saya akan mengurus mereka. Kamu mendengar saya, kan? Cepat kembali ke tubuh kamu dan bangun.” Harris kemudian berbalik dan keluar ruangan.

“Ehem, maaf, Pak. Selanjutnya tugas saya apa?” Yunita bersiap dengan sebuah tablet di tangannya.

“Catat,” pinta Harris dengan satu telunjuk. “Cari tau tentang wanita yang memberi kamu kartu nama pertama kali saat baru tiba di perusahaan kosmetik tadi.”

“Wanita bernama Monica?” Yunita mengeluarkan kartu nama yang ia simpan.

“Benar. Cari tau soal pekerjaan dan siapa suaminya. Seperti yang kita dengar di ruangan meeting tadi bahwa sebaiknya kita tau soal pria yang menjadi pusat masalah. Saya mau tau dia pria seperti apa. Cari informasi tentang pekerjaan, asal, tempat tinggal dan catatan perbankannya. Oh, ya … catatan medisnya jangan lupa. Tolong update setiap hari ke saya soal informasi apa pun yang kamu dapat. Jelas?” Harris menunggu Yunita selesai mencatat di tablet.

“Jelas, Pak,” kata Yunita. “Barusan perawat bilang ada wanita lain yang datang ke sini. Wanita itu….”

“Soal wanita itu biar saya yang beresin. Kamu lakukan aja yang saya minta. Saya mau pulang ke rumah sekarang.” Harris meninggalkan Yunita.

“Bapak tidak kembali ke kantor?” Yunita setengah berseru.

“Saya bosnya. Saya bisa bekerja dari mana aja.”

To be continued

1
Bakul Lingerie
pada gengsi sih..udahan dong gengsi2 nya
Bakul Lingerie
Kaka Chika sakit kangen
Sri Prihatinie
sudah sedekat itu cikagita. aku jadi ikutan nyesek😥
Sri Prihatinie
ayo gita kesampingkan gengsimu. kasian cika. dia butuh kasihsayang seorang ibu
Sri Prihatinie
neneknya bukan sayang itu namanya lagi tapi ambisi. ntah apa yg dicari
Usnani
😭😭😭 nyesek banget,,, itulah yg namanya sayang yg tulus...
suci anggita
karya yg luar biasa, semoga kaka sehat selalu
neng beth
Sediiiih bangettt.... menahan rasa itu berattt yaa....

Bu Helena emang mati rasa... mungkin agak sakit jiwa...
Sampai dia lupa atau emang gak nyadar penyebab dia ditinggalkan orang² terdekatnya... hadeeehhh
Poernama 💜💜💝💝
seperti pertemuan ibu dan anak yg terpisah lama
Poernama 💜💜💝💝
seperti ibu dan anak njuss
Poernama 💜💜💝💝
Aalinya kmu sdh mendapatkan hati Anak dan Ayahnya Gita hanya soal waktu klu kmu sanggup bersabarlah
Ipehmom Rianrafa
lnjuut 💪💪💪
fitria pras
part yg mengandung bawang banget, udah neleleh² nya, d ujungnya kok jd buaya d kadalin, rencana mau nilap Harris ternyata gita jga dalam rencana mar,, trimakasih up nya kak njuss
Rini Eni
antara sedih & seneng di part ini. mellow bgt ni hati baca bab ini
🥀 UCHRIT Ossy 🔥
ikut trenyuh 🥺🥺🥺
Lailatus S
haris suruh meluk rumah sakit peninggalan istrinya aja gak usah melibatka wanita lain d hidupnya
biar gak nyusahin orang
Lailatus S
ngapain sih maaar segala laporan ke haris😡
💞wiraTAMAyuda💞
hwaaaaaaa sedihhhhhh
mksh njus triple upnya , sehat2 njussss
Ika drajat Drajat
😭😭😭
serafika andriana
hamil diluar angkasa ki pieee, ga enek gravitasi nek luar angkasa le arep naninu neno kepieeee
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!