ANAKKU KORBAN OBSESI PELAKOR

Dua minggu lewat sejak Sathya hilang, atau sekarang hari ke-15 dari hilangnya Sathya.

Di sekolah juga semua selalu mengamati bila ada perkembangan. Baik orang tua teman-teman Sathya, mau pun guru dan semua orang di yayasan. Mereka semua menjadi pengamat agar semua info tentang Sathya sekecil apa pun akan langsung mereka share pada yayasan. Biar nanti yayasan yang memberikan info pada Ebbry atau Sena.

Di hari kedua sejak Sathya hilang Sena dan Ebbry memang langsung melaporkan secara resmi kehilangan anak mereka ke polisi terdekat dengan lokasi sekolah Sathya.

Mereka juga memberikan fakta tentang rekaman CCTV baju dan tas sekolah Sathya di lokasi rest area. Semua sudah dilaporkan pada polisi sehingga mereka juga selalu kontrol ke polisi apakah ada perkembangan. Tapi tahu sendirilah kinerja polisi bila tidak didukung dengan finansial yang menggebu dari si pelapor.

Tapi setidaknya Sena dan Ebbry sudah melaporkan secara hukum resmi, itu saja. Mereka juga tidak berharap polisi akan berhasil mencari karena mereka yakin polisi tidak akan mencari sesuai dengan laporan masyarakat.

Sena dan Ebbry hanya melaporkan secara resmi saja. Tidak mengharap imbalan atau anak mereka dicari oleh polisi. Karena tidak akan pernah terjadi, kalau mereka tidak membayar. Itu sudah hukum yang diketahui secara umum. Tak bisa kita bilang tidak ada hal seperti itu di kepolisian negara ini. Tidak mungkin.

Semua orang tahu laporan apa pun ke polisi harus bayar. Lebih-lebih kalau minta dicarikan barang yang hilang. Kehilangan motor pun, pelapor harus bayar dan kalau minta dicarikan tetap harus bayar lagi. Itulah memang kinerja kepolisian saat ini. Sudah menjadi rahasia umum. Jadi baik Sena mau pun Febry tidak mengharapkan sama sekali pihak institusi polisi mencari anak mereka. Mereka hanya melaporkan saja.

≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈

“Aku sudah sebarkan semua info pada teman-temanku di jaringan bawah tanah Jawa Barat dan Jakarta,” ucap Arra.

Hari ini semua kumpul di rumah Martina. Baik dari keluarga Sena mau pun dari keluarga Ebbry. Bukan hanya orang tua, tapi sepupu Sena dan Ebbry yang peduli pada Sathya semua berkumpul persis seperti orang hajatan. Semua peduli pada Ebbry dan Sena yang sedang kena musibah.

Mereka yang punya akses untuk membantu sudah membagi link dan nomor mereka agar bisa menjadi satu tim. Arra memang membuat grup khusus untuk mencari Sathya. Dia yang pegang kendali pencaharian ini.

“Sekarang sudah hari ke-15 dari kehilangan Sathya. Benar-benar kita beberapa kali telepon ke polisi tidak ada kemajuan apa pun. Bahkan mungkin memang tidak dicari sama sekali!”

“Entahlah,” balas Sena lesu. Dia lihat kondisi tubuh Ebbry makin kurus dan pucat.

“Aku sudah dapat dari anak buahku yang aku terjunkan ke Tasik Bang. Di Tasik memang Thea pernah satu kali datang, tapi waktu itu dia naik ojek. Jadi tidak bisa kita lacak Thea turun di mana dan ke mana. Dia naik ojek dari ujung pangkalan di dekat pasar. Itu yang anak buahku dapatkan. Katanya Thea ke ujung situ juga naik angkot. Jadi tidak di turunkan oleh mobil. Sehingga kita tidak bisa lacak mobil mana yang dia gunakan.”

“Thea memang pernah satu kali datang ke rumah orang tuanya selanjutnya tidak ada perkembangan apa pun di rumah orang tuanya. Anak buahku masih tetap memantau.  Orang tuanya sepertinya juga tidak tahu kondisi Thea yang pergi dari rumah tinggalnya di Jakarta.”

“Kalau Thea memang menculik atau bukan tapi setidaknya memang Thea pernah datang ke rumah kedua orang tuanya di Tasik tersebut.”

“Bagaimana kalau kita fokuskan cari di daerah sekitar situ?” tanya Sena.

“Aku sudah sebar beberapa anak buahku untuk mencari lokasi di sekitar daerah tempat tinggal keluarga Thea nanti mungkin kita akan cari lagi,” balas Dewa.

“Beri info titik rumah orang tua Thea, nanti biar aku juga lacak dari orang-orang ku di sana,” kata Arra. Dewa langsung memberikan titik tersebut pada Arra.

“Aku minta selain orangnya Dewa dan orang aku, nanti yang lain jangan ikut ngacak-ngacak di sana. Nanti malah bahaya,” ucap Arra dengan tegas.

“Apa orangku suruh mundur saja biar orang bang Arra saja yang pegang atau bagaimana Bang?” kata Dewa. Tentu saja dia tidak berani melangkahi seniornya tersebut.

“Tak perlu mundur. Orangmu lebih dulu terjun di lapangan. Biarkan saja orangmu kan juga bukan orang bawah tanah. Jadi biarkan saja. Kalau pun mereka ketahuan orang bawah tanahku bisa melindungi. Jadi tenang saja,” kata Arra tenang.

Orang bawah tanah yang Arra maksud tentu saja seperti kelasnya mafia lah. Jadi memang tidak akan terlacak oleh siapa pun.

Di tingkat pengacara kelas tinggi pasti ada orang-orang mafia seperti itu. Mereka yang bisa melacak apa pun tanpa bisa dibendung oleh siapa pun. Jadi kalau memang mencari bukti mereka pasti bisa dapatkan. Entah bagaimana caranya orang-orang bawah tanah itu bisa dapat challenge seperti yang mereka miliki saat ini.

“Apa kamu belum bisa menghubungi nomor Thea lagi?”

“Pakai nomor baru pun enggak bisa Bang. Sepertinya dia bukan nge-block, tapi dia ganti nomor, agar tak dikejar siapa pun,” jawab Sena pada kakak iparnya. Thea memang tak bisa dilacak oleh semua orang termasuk Sena.

≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈

“Kejadian di muka bumi ini pasti ada maksudnya. Pasti ada tujuannya. Bahkan daun yang gugur dari tangkainya saja itu pasti punya tujuan tertentu. Itu sudah ditentukan Allah, dan aku yakin masalah hilangnya Sathya ini adalah salah satu cara untuk membuat Mbak Ebbry dan kak Sena yang bersatu kembali,” Dewa menjelaskan itu pada Sashi saat mengantarkan gadis tersebut pulang. Mereka memang datang bersama ke pertemuan besar keluarga hari ini.

“Walau memang tentu tak ada yang ingin kehilangan Sathya. Tapi setidaknya itu membuat Mbak Ebbry dan kak Sena kembali akrab. Mereka sudah tidak memikirkan diri mereka sendiri, tapi mereka memikirkan ikatan mereka yaitu Sathya.”

“Iya sih, memang seperti itu. Tapi ya tetap sedih lah dengan kehilangan Sathya,” Sashi memnenarkan dengan lesu. Dia memang sedih dengan kejadian ini.

“Aku selalu berpikir tiap hari, bahkan hampir setiap saat, apa ya motivasi penculik?”

“Kalau kita memang tendensius menuduh bahwa pelakunya adalah Thea, motivasi dia apa? Kalau dia ingin mengambil kak Sena pasti dia menghubungi kak Sena dong atau dia akan mengatakan aku akan lepas Sathya dengan catatan Sena menikahiku lebih dulu. Pasti seperti itu dong. Tapi ini kan enggak. Dia sama sekali tidak menghubungi Sena mau pun mbak Ebbry. Aku jadi berpikir apa sih motivasinya dia ini?”

“Kita bicara kalau Thea  pelakunya ya. Kalau orang lain mungkin bisa tujuannya dijual.”

“Dijual dalam artian utuh sebagai seorang anak, atau bisa juga dijual sebagai organ tubuh.”

“Kan kita tahu, sekarang sedang ramai penculikan anak untuk dijual organ tubuh. Jadi bisa jantung, mata atau hatinya atau sumsum tulang belakang per part, dan semuanya bisa jadi seperti itu.”