Seruni, memiliki fisik yang tidak sempurna, karena cacat sejak lahir.
Sehingga kedua orang tuanya tidak menginginkan dirinya dan di minta untuk di bawa pergi sejauh mungkin.
Namun, meskipun terlahir cacat, Seruni memiliki bakat yang luar biasa, yang tidak semua orang miliki.
Karena bakatnya itu, ternyata membuat seorang CEO jatuh cinta kepadanya.
Bagaimana kisah selanjutnya? Penasaran? Baca yuk!
Cerita ini adalah fiktif dan tidak berniat untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11
Saat masuk, dua orang pelayan sudah menyambut mereka. Kosim dan Sari yang dulunya juga bekerja sebagai pelayan dan sopir pun meminta mereka untuk tidak terlalu formal.
Lagi pula mereka merasa tidak layak untuk di hormati sedemikian rupa. Jadi mereka pun meminta pelayan bersikap biasa saja.
"Siapa nama kalian?" tanya Sari pada kedua pelayan itu.
"Nama saya Inem," jawabnya.
"Saya Warna, maksudnya nama saya Warna," jawabnya.
"Sudah beberapa lama kalian di sini?" tanya Kosim.
"Satu tahun, kami hanya bertugas untuk menjaga rumah ini karena tuan kami jarang berada di sini," jawab Warna.
"Kalian terlihat masih sangat muda," ujar Sari. Keduanya tidak menjawab dan menunduk.
Inem berusia 22 tahun dan Warna 19 tahun. Mereka juga dari desa datang ke ibukota untuk mencari pekerjaan.
Keduanya tidak berpendidikan tinggi, karena untuk biaya sekolah mereka tidak punya. Saat baru datang ke ibukota, mereka hampir jadi korban perdagangan manusia.
Beruntung mereka di selamatkan oleh Ferry dan memperkerjakan mereka sebagai PRT. Akhirnya Sari mengajak mereka untuk ngobrol sebentar.
Sari juga menceritakan pengalamannya sebagai pelayan di rumah orang kaya. Sari juga mengatakan jika dirinya sudah bekerja sejak masih muda.
"Oh iya maaf, kamar ibu dan bapak ada di sebelah kiri. Dan kamar ee ...."
"Namaku Seruni," ujar Seruni karena Warna belum tahu namanya.
"Iya, kamar Seruni ada di sebelahnya. Tuan Ferry sudah memberitahu kami kalau ada tamu yang akan datang, jadi kami di minta untuk melayani bapak dan ibu juga Seruni dengan baik," ucap Warna.
"Tidak perlu repot-repot, kami bisa menyesuaikan diri. Lakukan saja pekerjaan kalian. Hanya saja, perkenalkan kami kawasan sekitar rumah ini agar kami bisa tahu," kata Kosim.
Warna dan Inem mengangguk, kemudian mereka membawa Kosim, Sari, dan Seruni melihat-lihat rumah ini.
Mereka juga memberitahu mana-mana kamar atau ruangan yang tidak boleh di masuki. Mereka juga membawa Seruni ke tempat ruang melukis.
Seruni terpana melihat ruangan tersebut. Seruni juga melihat sudah ada perlengkapan alat-alat lukis di ruangan itu.
"Tuan Ferry mengatakan, jika Seruni pandai melukis. Betul?" tanya Warna.
"Hanya sedikit pengetahuan, pak Ferry terlalu berlalu berlebihan," jawab Seruni.
Setelah melihat-lihat, Warna dan Inem mengantar mereka ke kamar masing-masing. Kamar yang luas dan bersih, juga setiap barangnya tertata rapi.
Seruni lagi-lagi merasa takjub, dia belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Seruni pun bertekad dalam hati, seandainya dia sukses nanti, dia akan membeli rumah untuk orang tuanya.
Dan satu lagi, seruni akan memberangkatkan kedua orang tuanya ke tanah suci. Itulah tekadnya sekiranya dia sukses nanti.
"Apa kamu senang?" tanya Sari. Seruni mengangguk.
Setidaknya kita bisa tinggal di sini tanpa bayar sewa, atau menyewa hotel," jawab Seruni.
"Ibu mau makan apa? Biar kami siapkan," tanya Inem.
"Oh iya sudah sore, kalau begitu kita sholat magrib berjamaah. Setelah itu kita akan masak sama-sama," jawab Sari.
Karena waktu Maghrib hampir tiba, mereka memutuskan untuk sholat terlebih dahulu. Setelah selesai sholat, mereka bersama-sama memasak di dapur.
Inem dan Warna terpana melihat Seruni memotong sayuran menggunakan kaki. Mereka bisa mengerti dan tidak menghina fisik Seruni.
Hanya saja mereka baru kali ini melihat cara kerja orang cacat. Jadi mereka merasa heran sekaligus takjub.
"Allah Maha Besar," batin warna saat melihat Seruni menggunakan sebagai pengganti tangannya.
"Maaf ya," ucap Sari saat melihat Warna dan Inem memperhatikan Seruni.
"Ah gak apa-apa Bu, kami hanya takjub dengan kebesaran Allah," jawab Warna merasa tidak enak. Karena dia takut Sari akan tersinggung.
Baru melihat Seruni memotong sayuran, belum lagi melihat Seruni melukis dan melakukan yang lainnya. Mungkin keduanya tidak berkedip untuk beberapa saat.
Sampai mereka selesai memasak dan hendak bersiap makan malam. Ferry datang bersama Mr Thomas.
"Kebetulan sekali pak Ferry dan Mr Thomas datang. Mari silakan makan pak," ucap Kosim.
Ferry dan Mr Thomas tersenyum, kebetulan mereka belum makan. Mereka juga terlalu sibuk dengan kegiatan mereka.
"Bagaimana War, apa sudah di ajak keliling rumah ini?" tanya Ferry pada Warna.
"Sudah Tuan, bahkan ke ruang seni juga," jawab Warna.
Warna dan Inem yang tadinya hendak makan bersama Sari, Kosim dan Seruni pun segera menyingkir. Karena mereka tidak enak makan bersama tuan mereka.
"Loh kenapa bangkit? Ayo duduk, kita makan bersama," ujar Sari.
"Tidak apa-apa Bu, kami nanti saja," jawab Inem.
"Duduklah, makan sama-sama di sini," kata Ferry.
Warna dan Inem pun menurut saja, mereka akhirnya makan malam bersama. Untuk pertama kalinya Warna dan Inem makan bersama tuan mereka.
Ferry dan Mr Thomas terlihat begitu lahap saat makan. Mereka jarang-jarang makan makanan ala-ala desa seperti ini.
Mereka lebih sering makan di restoran mewah yang masakan nya sudah biasa bagi mereka berdua.
Setelah selesai makan, mereka berkumpul di ruang tengah untuk membahas kerjasama antara Seruni dan Mr Thomas.
"Pak, saya ada teman dari Medan, sekarang dia masih di hotel. Apa bapak tidak ingin merekrut dia?" tanya Seruni dengan hati-hati.
"Dari Medan? Yang mendapatkan juara ketiga itu ya?" tanya Ferry meyakinkan.
"Benar Pak, bagaimana kalau dia juga ikut berpartisipasi. Dia juga berpotensi dalam bidang seni," jawab Seruni.
"Begini saja, untuk saat ini biar kamu sendiri saja dulu. Nanti bila kamu sudah di kenal dunia, baru kita cari dia. Bagaimana?" usul Ferry.
"Saya hanya merekomendasikan, selebihnya terserah bapak," jawab Seruni.
Ferry tersenyum, sedangkan Mr Thomas manggut-manggut. Mr Thomas mengerti sedikit-sedikit yang mereka bicarakan. Tapi untuk berbicara dia merasa belum fasih.
Merasa sudah cukup, Ferry dan Mr Thomas pun pamit. Mereka juga ada rumah yang lain untuk mereka tinggal. Terkadang juga mereka memilih menginap di hotel.
Sementara di club malam ...
Jovan dan Aldi duduk di kursi yang sudah di sediakan. Beberapa cewek penghibur menawarkan diri untuk melayani mereka, namun semuanya di tolak.
Pandangan Jovan dan Aldi hanya tertuju pada sosok yang berpakaian seksi. Jovan tersenyum miring melihat pemandangan di depannya.
"Apakah yang seperti itu yang mama inginkan untuk menjadi menantu?" gumam Jovan.
Dia merekam adegan di mana Anita sedang berpelukan dengan seorang pria. Terlihat pria itu juga seperti orang kaya. Dari pakaian yang di gunakan saja sudah terlihat jelas.
"Minum, minum kalian semua, aku yang traktir, aku menang lomba melukis," ucap Anita meracau.
Tidak perlu lama, hanya beberapa menit saja sudah cukup untuk Jovan jadi alasan memutuskan hubungan pertunangan mereka.
Jovan ingin menyelesaikan hubungan nya dulu dengan Anita, baru setelah itu dia akan fokus mengejar pujaan hatinya.
Jovan tidak ingin Seruni di tuduh merebut tunangan orang. Itu sebabnya Jovan ingin putus dulu dengan Anita. Jovan hanya ingin mencari aman saja, tanpa melibatkan orang lain putusnya hubungan mereka.
09
2138
lanjut lagi kak up
semangat, sehat selalu /Heart//Heart//Heart/
yg cuma buat malu 😀😀😀
kehendak Tuhan, jngan kau i gkari, yg pasti ny kau yg akan hancur sekar/ridwan 😁😁😁