Di Nikahi Mafia Pilihan Adikku

Setelah pertemuannya dengan Tuan johan. Raina pun pulang, ke rumah di antar oleh Arsenio.

Awalnya Raina menolak untuk pulang bersama, Arsenio. sebab dia tahu, jika Arsenio sedang sibuk dengan pekerjaannya.

Di dalam mobil keadaan sangat hening. Raina maupun Arsenio, tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

"Apa kamu sangat membenci ayah, mu?" Raina yang sejak tadi terdiam, kini membuka suaranya.

Arsenio yang sedang fokus menyetir pun, melirik sekilas pada Raina. "Apa maksud mu?" tanyanya, dengan nada tidak suka.

"Maaf...bukan maksud ku, ingin ikut campur tentang keluarga, mu. Tapi aku perhatikan, jika sepertinya kamu tidak suka pada ayah mu." jawab Raina, tegas.

Arsenio tersenyum sinis, mendengar perkataan Raina. baru kali ini, ada orang yang berani membicarakan tentang keluarganya.

"Sebelumnya aku sudah mengatakan, jika orang tua ku tidak peduli dengan, ku. Bahkan mereka, hanya sibuk dengan urusan mereka masing-masing." ucap Arsenio, dengan nada dingin.

Raina mengangguk pelan. Dia sedikit tahu, tentang ayah dan ibunya Arsenio. Namun Raina ingin tahu, cerita yang sebenarnya.

"Maaf, bukan maksud ku ingin ikut campur. Namun aku hanya merasa aneh saja, jika seorang ayah dan anak harus saling merebutkan harta warisan." ujar Raina, pelan.

"Kamu tidak akan pernah mengerti, dengan semua ini. Satu pesan ku, jika kamu bertemu dengan dia sebaiknya kamu cepat menghindar. Jika perlu, hubungi aku saja." Arsenio menatap sekilas pada Raina, yang masih setia mendengar ucapannya.

Raina tersenyum tipis. dia merasakan perhatian Arsenio, yang begitu tulus kepadanya.

Tak lama kemudian, mobil Arsenio pun tiba di halaman rumahnya.

Raina pun segera turun dari mobil itu.

"Hati-hati." ucap Raina, tersenyum menatap Arsenio.

Namun sayang, Arsenio terlihat acuh dan sama sekali tidak membalas ucapan Raina.

Hal itu pun, membuat Raina sedikit mencebik kesal. " Dasar laki-laki aneh!"

Raina pun masuk, ke dalam rumah. dia ingin segera beristirahat, karena merasa lelah sudah berkunjung ke kantor Arsenio.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di tempat lain

Andreas terlihat sedang berbincang, dengan Tuan johan. bahkan kini Andreas, terlihat kesal dan marah.

"Bagaimana bisa, pernikahan mereka sah?! Aku sebagai ayahnya, tidak pernah menyaksikan pernikahan Arsenio dengan perempuan, itu! Jangan pernah membohongi ku, Tuan johan. Karena saya yakin, jika Arsenio sudah mengancam anda, kan?" ucap Andreas, marah.

Tuan johan tersenyum tipis. "Maaf Tuan Andreas. Semua berkas ini asli. Jadi mau tidak mau, anda harus menerima pernikahan putra anda."

"Tidak! Aku tidak setuju! Aku akan menemui Arsenio dan perempuan itu, sekarang juga!" balas Andreas, sengit.

"Jika anda, tetap bersikap seperti ini. Maka kemungkinan besar, harta yang anda miliki akan di tarik kembali. Karena anda juga tahu, apa syarat bagi anda jika ingin memiliki harta peninggalan mendiang ayah anda, Tuan."

Andreas terdiam. saat ini dirinya benar-benar tidak bisa berkutik. namun dia tidak akan tinggal diam, dengan kenyataan yang baru dia ketahui.

"Baiklah, Tuan johan. Aku minta maaf. Tapi apa aku bisa tinggal di rumah itu?" Kini Andreas berbicara, dengan nada rendah. dia mencoba mengontrol emosinya, meskipun sebenarnya dia sangat marah saat ini.

Tuan johan beranjak dari duduknya. "Maaf Tuan Andreas. Untuk hal itu, anda harus meminta izin kepada, Tuan Arsenio." jawab Tuan johan, tersenyum tipis. "Kalau begitu, saya pamit dulu, Tuan Andreas."

Andreas terlihat pasrah. Dia pun mempersilahkan Tuan johan, yang akan pergi. Andreas pun, mengantarkannya sampai ke mobilnya.

Setelah memastikan kepergian Tuan johan. Andreas pun kembali ke kantornya. di sana dia pun, meluapkan kemarahannya yang sejak tadi dia tahan.

"Aku tidak akan menerima pernikahan mu, Arsenio! Kamu memang licik!" ucap Andreas, marah.

Andreas pun menghancurkan semua benda, yang ada di hadapannya. dia benar-benar marah, dengan kenyataan ini.

Ternyata putra semata wayangnya, kini sudah menikah tanpa sepengetahuannya. dan itu artinya, kesempatan Arsenio sangat besar untuk mendapatkan hak waris, terhadap harta peninggalan kakeknya.

"Sayang. Ada apa ini?" Joana yang baru saja datang ke kantor Andreas, terlihat terkejut. dia melihat keadaan kantor suaminya itu, sangat berantakan sekali.

Andreas mengalihkan tatapannya. dia seketika mencoba tersenyum, saat melihat kedatangan wanita yang dia cintai kini sudah ada, di depan mata.

"Kenapa kamu tidak memberitahu ku, jika kamu akan datang kemari?" Andreas menghampiri Joana, dan berkata dengan nada lembut.

Joana tersenyum. "Aku ingin membuat kejutan untuk mu, sayang. Tapi sepertinya, kamu sedang tidak baik-baik saja." jawabnya, dengan nada manja.

Andreas langsung memeluk Joana. dia merasa bersalah, karena sudah membuat ke kekacauan di ruangannya.

"Maafkan aku sayang. Baru saja Tuan johan, ke sini. Dan itulah, yang membuat ku seketika marah." ucap Andreas.

Joana yang mendengar itu pun tersenyum, penuh arti. dia pun segera, menanyakan perihal kedatangan Tuan johan.

"Benarkah sayang? Apa dia memberi mu, kabar baik?" ucap Joana antusias. "Ma-maksud ku, apa ada masalah?" Joana seketika meralat ucapannya, ketika melihat tatapan tidak suka dari Andreas.

Andreas menghela nafas. dia pun menceritakan tentang semuanya, pada Joana.

Joana membulatkan mata, saat mendengar cerita Andreas. dia juga terlihat marah, setelah mendengar ceritanya. namun bukan Joana namanya, jika tidak bisa berpura-pura. dia pun kini memasang wajah sedihnya, di hadapan Andreas.

"Kenapa dia, menyembunyikan pernikahannya? Apa selama ini, dia tidak menganggap mu sebagai ayahnya?" tanya Joana, dengan nada sedih.

Untuk mendapatkan perhatian Andreas, Joana pun memperlihatkan kesedihannya. meskipun sebenarnya hatinya sangat marah, karena rencananya untuk menguasai kekayaan Andreas, kini terancam gagal.

"Jangan sedih, seperti itu sayang. Aku akan menemui Arsenio, untuk memastikan semuanya. Dan jika semuanya benar, maka aku akan mencari cara untuk memisahkan mereka. Bila perlu, aku akan mencari seseorang untuk melenyapkan istri, Arsenio."

Andreas menenangkan Joana. dia yang mulai tenang pun, kini kembali marah ketika melihat kesedihan Joana.

Andreas merasa gagal, karena tidak bisa menepati janjinya pada Joana yang akan memberikan, semua harta warisannya.

Hal itulah yang membuat Andreas saat ini marah, karena ternyata mendiang ayahnya meninggalkan surat wasiat, yang membuat harapannya seketika hancur.

"Apa maksud mu, sayang?" tanya Joana, pura-pura terkejut.

Andreas menatap lekat Joana. "Bantu aku, mencari seseorang untuk melenyapkan perempuan itu. Dengan begitu, kesempatan Arsenio memiliki semua harta orang tua ku, akan gagal. Dengan begitu, kita bisa menggugatnya kembali."

Joana bersorak dalam hati. dia pun dengan sangat senang hati, akan membantu Andreas.

"Apa kamu yakin dengan ucapan mu, sayang? Tolong pikirkan lagi." Joana pun, memastikannya sekali lagi.

Andreas mengangguk mantap. "Aku serius, sayang. Jika perlu, kita sewa seorang penjahat untuk menghancurkan mereka!"

Joana sangat ingin bersorak. dia pun kini akan membantu Andreas, untuk mencarikannya seseorang yang dapat menghancurkan Arsenio. dengan begitu, kesempatannya memiliki harta yang banyak akan segera terwujud.

"Aku mempunyai kenalan, yang bisa membantu mu, sayang. Dia seorang, mafia kejam dan juga licik. Jika kamu setuju, aku akan menghubunginya." balas Joana.

"Benarkah? Kalau begitu, kita harus segera menemuinya. Aku tidak sabar, untuk segera menghancurkan mereka." Andreas terlihat begitu senang.

"Benar sayang. Kalau begitu, aku akan menghubunginya dulu." ucap Joana, lembut.

Andreas pun mengiyakan perkataan Joana. dia pun memperhatikan Joana, yang sedang mengotak-atik ponselnya.

Tak lama kemudian, Joana pun mengakhiri panggilannya. Andreas segera mendekatinya.

"Bagaimana sayang?" tanya Andreas, harap-harap cemas.

Joana tersenyum. "Kita akan menemuinya malam ini, sayang. Dia ingin tahu wajah targetnya. Maka, kita harus mempunyai foto perempuan itu."

"Itu masalah gampang. Aku akan memintanya, pada orang yang berada di rumah Arsenio." balas Andreas, tersenyum penuh arti.

Mereka berdua pun terlihat senang, dengan semua rencananya. mereka tidak sabar, untuk mendengar kabar kehancuran Arsenio.

"Sebentar lagi aku akan memiliki semuanya. Lihat saja Arsenio, aku akan menghancurkan hidup mu!" gumam Joana dalam hati.