Menceritakan beberapa kisah pendek romansa kehidupan, juga perjalanan dalam mencari kebahagian yang sejati.
Hal-hal yang umum terjadi di sekitar kita maupun yang tidak bisa kau pikir sebelum nya. Semua tertuang dalam kisah-kisah mengharukan dan mendebarkan.
Semoga kalian dapat terhibur dengan kisah pendek ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lan05, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dinara & Deon 6
Thalia dan Logan selama seminggu ini melihat perlakuan Deon kepada putri mereka yang tulus. Deon sebisa mungkin selalu datang tiap hari walau terkadang terlambat, tapi yang mereka lihat Deon sebisa mungkin selalu ada di samping putri nya.
Sehingga Logan merasa malu, dirinya sebagai ayah merasa tidak pernah memperlakukan putri nya dengan baik. Thalia pun merasa seperti itu, ia merasa Deon lebih mengetahui tentang putri nya dari pada dirinya sebagai ibu Dinara.
Maka dari itu mereka membiarkan Deon terus datang kesini, karena mungkin dengan kehadiran Deon dapat membuat Dinara kembali ke sisi mereka.
***
Sementara jiwa Dinara saat ini justru merasa aneh karena ada berada di tempat yang sangat asing baginya. Dan sejauh yang ia lihat disini hanya ada dirinya saja. Dinara bingung harus apa disini dirinya tidak ingat kenapa bisa berada di tempat ini.
"Halo!!" Teriak Dinara yang tidak mendapat sahutan dari siapa pun.
"Apa ada orang disini!!" Teriak lantang Dinara yang tetap tidak ada yang membalas nya.
"Apa yang sebenar nya terjadi padaku.?" Lirih Dinara kebingungan dengan semua ini. Dinara pun menyusuri tempat ini yang seperti taman yang sangat luas tidak ada bangunan apapun hanya terhampar rumput lembut yang ia rasakan dengan telapak kaki nya yang tidak memakai alas kaki.
Selama dan sejauh apapun Dinara berjalan, pemandangan yang ia lihat selalu ini, tidak ada perubahan.
"Tolong siapa pun." Ucap Dinara memeluk kedua lutut nya menyembunyikan wajah nya dalam-dalam. Dinara merasa ingin menangis karena merasa sendiri dan tidak tahu harus apa. Dirinya seperti pernah merasakan kesepian seperti ini, hati nya mendadak terasa sangat sesak. Pikiran nya tiba-tiba serasa di timpa beban berat dan memori-memori itu teringat dan terbayang dalam kepala nya. Semua yang ia alami dan rasakan selama ini menyeruak meliputi hati dan pikiran nya.
"Tidak.. tolong berhenti, aku tidak mau!" Jerit Dinara menjambak rambut nya guna menghilangkan bayang-bayang itu dalam pikiran nya.
Saat Dinara merasa diambang kesakitan nya ia merasa ada yang menyentuh pundak nya dengan lembut. Dinara pun melihat siapa yang menyentuh pundak nya, namun yang ia lihat adalah sosok dirinya saat kecil. Anak yang murni dan polos tanpa tahu keras nya dunia saat ia tumbuh dewasa. Air mata nya mengalir kala melihat anak itu tersenyum dengan polos nya menunjukkan senyuman terbaik nya kearah Dinara, binaran semangat dan harapan itu masih ada terpancar dari mata anak kecil itu.
Dinara pun memeluk anak kecil itu yang notabene adalah dirinya sendiri. Memeluk nya dengan erat berharap masa depan mereka bisa lebih baik lagi. Namun apakah akan ada masa depan untuk nya atau memang saat ini lah akhir hidup nya. "Kau tidak sendiri Dinara, ada yang menanti mu disana." Bisik Dinara kecil tepat di telinga nya.
Dinara melepas pelukan itu dan memandang mata polos anak itu dengan seksama. Dalam netra mata itu memantulkan bayangan seseorang yang semakin lama semakin jelas. "Deon." Lirih Dinara memanggil nama kekasih nya.
Tak lama terdengar suara Deon menggema memanggil - manggil nama nya beberapa kali. Terdengar nada sedih dan putus asa dalam suara nya. Dinara melihat sekeliling beberapa kali namun nihil dirinya tidak bisa menemukan apapun selain padang rumput yang luas.
"Ikuti kata hatimu, ikuti suara orang - orang yang mencintaimu. Mereka kini sudah menyadari arti hadir mu dalam hidup mereka. Semoga kau bisa menerima semua ini dengan baik agar masa depan yang selama ini kau idamkan dapat terwujud." Sosok anak kecil itu pun sudah menghilang, namun suara nya dapat ia dengar dengan jelas.
Dengan cepat Dinara mengikuti suara - suara orang-orang yang memanggil nya. Dinara masih tidak percaya tapi dirinya bisa mendengar suara kedua orang tua nya dengan jelas memanggil nama nya dengan lembut. Berharap dirinya kembali dan menebus kesalahan mereka selama ini.
Apakah mereka menyesal? apakah mereka tidak akan memaksa dan menyiksa nya lagi? Apakah Dinara bisa percaya dengan ucapan mereka?
Saat memikirkan itu semua Dinara merasa gelap dan tidak ingat apa-apa.
***
Sementara suasana tegang dirasakan oleh orang tua Dinara dan Deon yang kala itu saat mereka sedang berada di kamar rawat inap Dinara seperti biasa, tiba-tiba Dinara mengalami kejang.
Deon segera memencet tombol untuk memanggil perawat. Segera setelah perawat datang mereka langsung dengan sigap menangani Dinara dan tak lama dokter pun datang. Setelah itu mereka disuruh untuk menunggu di luar dan membiarkan tenaga medis menangani Dinara dengan baik.
Mereka menunggu dengan cemas melihat keadaan Dinara yang tiba-tiba seperti itu. Logan memeluk istri nya dengan kuat terdengar isak tangis Thalia yang tak kuasa melihat putri nya yang seperti itu.
"Dinara akan baik-baik saja kan.?" Tanya Thalia pada Logan demi meyakinkan hati nya yang saat ini sangat gelisah dan pemikiran-pemikiran buruk mulai bermunculan dalam pikiran nya.
"Kita berdoa yang terbaik. Maaf ini semua gara-gara aku yang tidak bisa menjaga emosi ku, aku benar-benar Daddy yang buruk bagi Dinara."
Setelah menunggu beberapa saat dengan hati yang gelisah dokter pun keluar. Thalia, Logan dan Deon segera menghampiri dokter untuk menanyakan keadaan Dinara.
"Bagaimana Dok.?" Ucap Thalia yang pertama kali bertanya.
"Syukurlah keadaan pasien kembali membaik dan tidak ada kondisi yang fatal."
"Baiklah terimakasih dok." Thalia dan Logan segera masuk kembali ke ruang rawat Dinara, melihat keadaan Dinara yang masih sama seperti sebelum nya. Sementara Deon memberi kesempatan untuk kedua orang tua Dinara untuk bersama dengan Dinara. Deon berjalan menuju keluar rumah sakit mencari tempat agar bisa mengeluarkan rokok nya untuk ia hisap.
Semenjak bersama dengan Dinara Deon sudah berhenti merokok karena Dinara tidak menyukai nya. Dinara bilang dirinya tidak mau melihat orang yang ia sayang merusak tubuh nya. Setelah itu Deon berusaha untuk berhenti dari nikotin itu, walau tidak mudah tapi Deon berusaha untuk terlepas. Sekuat itu efek Dinara di hidup nya, hingga saat ini melihat Dinara seperti itu mau tidak mau Deon memikirkan kemungkinan terburuk nya dan itu membuat nya semakin stres hingga kembali merokok untuk melepas rasa stres nya yang seminggu terakhir benar-benar membebani pikiran nya.
Deon segera mematikan rokok nya kala sudah menghabiskan beberapa batang rokok, lalu kembali masuk dan menyiapkan hati nya kembali untuk melihat Dinara. Setelah sampai Deon pun membuka pintu kamar rawat Dinara perlahan, disana terlihat kedua orang tua Dinara yang saat ini terlihat kacau, sedikit nya itu membuat Deon sedikit puas setidak nya orang tua Dinara menyadari kesalahan mereka dan Deon harap orang tua kekasih nya itu tidak mengulangi kesalahan yang sama nanti nya.
"Deon, saya mau keluar bersama istri saya dulu sebentar. Saya titip Dinara padamu." Ucap Logan sembari membawa istri nya yang terkulai lemas.
Deon membalas nya dengan anggukan, Logan dan Thalia pun keluar dari kamar menyisakkan Deon dan Dinara.
"Sayang cepat bangun, aku disini selalu menunggumu. Jujur saja ini sangat berat untukku, kau membuatku merasa sangat kacau. Aku tidak bisa berpikir jernih, pikiran - pikiran buruk itu selalu menghantui ku."
"Aku mohon bangun ya.. Aku janji akan selalu ada di samping kamu, mendengar semua cerita kamu apapun yang mau kamu lakukan akan aku usahakan sayang. Tapi aku mohon kamu bangun." Deon menggenggam erat tangan kekasih nya dengan kedua tangan nya, memohon dengan sangat kepada Tuhan agar mengembalikkan kekasih nya kedalam hidup nya.
Saat Deon masih menggenggam tangan kekasih nya ia merasakan pergerakan dari jari jemari kekasih nya. Deon tersentak apa itu halusinasi nya saja karena terlalu ingin Dinara cepat sadar. Tapi seakan diyakinkan kembali, jari lentik kekasih nya kembali bergerak dan Deon pun dengan cepat kembali menekan tombol untuk memanggil perawat.
Karena setelah itu mata cantik kekasih nya terbuka perlahan membuat Deon menunggu sampai kekasih nya itu sadar sepenuh nya.
"Sayang." Panggil Deon lirih. Dinara melirik kearah panggilan tersebut dan mata mereka langsung beradu.
"De..on" Ucap Dinara sangat pelan hampir tak terdengar namun Deon mengerti apa yang di ucapkan Dinara dari gerak bibir nya.
"Iya sayang ini aku."
Tak lama Dokter dan perawat pun datang dan segera memeriksa keadaan Dinara.
Sementara Logan dan Thalia yang melihat dokter dan perawat kembali masuk ke kamar Dinara dengan cepat menyusul mereka, Thalia dan Logan takut sesuatu kembali terjadi pada Dinara. Namun saat mereka masuk dugaan mereka salah, ternyata putri nya telah sadar kan diri dan kini tengah ditangani oleh dokter.
Logan dan Thalia pun menangis haru melihat bahwa putri mereka kini telah kembali.
Dokter pun kembali menghampiri mereka dan menjelaskan kondisi Dinara yang masih harus dirawat untuk pemeriksaan lebih lanjut, jika hasil pemeriksaan itu menunjukkan tidak ada masalah apa-apa Dinara baru diperbolehkan pulang.
"Baik dok terimakasih."
"Sama-sama, saya peringatkan kembali untuk kalian berdua agar kejadian seperti ini tidak terulang." Peringat Dokter tersebut kepada Thalia terutama Logan.
"Baik dok, saya berjanji. Saya sangat menyesal dengan perbuatan saya."
"Ya sudah kalau begitu saya permisi."
"De..on" Lirih Dinara berusaha memanggil kekasih nya.
"Kenapa sayang.?" Deon menghampiri kekasih nya dan duduk di samping kasur Dinara.
"Ha..us.." Deon yang mendengar itu langsung mengambil minum untuk Dinara. Dan membantu Dinara minum.
"Teri.. ma.. ka..sih."
" Ya sayang, kamu jangan banyak bicara dulu ya." Ucap Deon sembari mengelus lembut rambut Dinara.
"Aku sangat senang kamu kembali sayang." Ujar Deon menautkan jari jemari mereka dengan erat.
Dinara mengangguk pelan sembari tersenyum lirih, Dinara juga merasa senang bisa melihat Deon kembali. Walaupun hidup nya tidak menyenangkan namun setelah bertemu Deon Dinara merasa kebahagian nya terpenuhi.
"Heyy... kenapa nangis hmm.?" Tanya Deon menghapus air mata Dinara dengan pelan.
"Ada yang sakit.?"
Dinara hanya menggeleng saja.
"Kalau ada yang sakit bilang oke."
Dinara tersenyum melihat kepedulian dan perhatian dari Deon. "Si..ni." Dengan menggerakkan tangan nya menyuruh Deon untuk mendekat.
Deon pun mengikuti keinginan kekasih nya. Dengan mencodongkan badan nya kearah Dinara.
"Ma..u pe..luk." Deon terkekeh mendengar permintaan Dinara, ternyata kekasih nya yang manja ini sudah kembali.
"Ada orang tua kamu sayang ga malu.?"
Dinara seperti nya baru menyadari kehadiran orang tua nya, ia kira Dinara akan bangun sendirian seperti sebelum nya tanpa kehadiran siapa-siapa. Tatapan nya bergeser melihat kearah orang tua nya yang saat ini bergeming di tempat nya.
Dinara tidak tahu apa yang dirasakan nya saat ini kepada orang tua nya. Yang jelas hati nya seperti mati rasa. Walaupun masih ada ketakutan saat melihat langsung kedua orang tua nya.
Sementara Thalia dan Logan sedari tadi terdiam tidak berani menghampiri putri nya dan hanya melihat interaksi Dinara dengan Deon. Thalia dan Logan sangat bersyukur putri nya kini telah sadar, namun mereka juga bingung mau bersikap seperti apa. Karena mereka menyadari bahwa perlakuan mereka sebelum nya terlampau kejam kepada anak nya.
Mereka takut Dinara tidak menerima mereka, terlebih Logan yang mendengar sendiri ucapan benci dari Dinara padanya.
"Orang tua mu mau berbicara sesuatu boleh.?" Tanya Deon meminta persetujuan Dinara. Dirinya tidak mau memaksa jika Dinara tidak mau, dia akan selalu memastikan kenyamanan Dinara terlebih dahulu.
Dinara terdiam tidak langsung menjawab disisi lain Dinara tidak mau berhadapan dengan kedua orang tua nya, tapi di sisi lain Dinara penasaran apa yang mau dibicirakan kedua orang tua nya. Karena mereka sebelum nya jarang sekali mau berbicara dengan nya kecuali itu menyangkut olimpiade atau lomba - lomba yang akan di ikuti Dinara, selebih nya orang tua nya hanya bekerja dan bekerja.
Saat Dinara sedang berpikir, Thalia dengan memberanikan diri maju menghampiri putri nya. Mengumpulkan keberanian nya untuk mengutarakan rasa penyesalan nya dan keinginan nya untuk berubah.
"Dinara."
Dinara yang tidak siap dengan Mommy nya langsung memegang tangan Deon erat. Seakan meminta perlindungan kepada Deon.
"Sayang tenang ya, ada aku disini aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti mu lagi." Ujar Deon menenangkan kekasih nya yang terlihat panik.
Thalia yang melihat ketakutan putri nya kepada nya merasa tersayat. Apakah ini yang dirasakan putri nya selama ini, rasa tidak diterima oleh orang terdekat nya sendiri. Orang yang seharus nya melindungi nya.
Deon pun segera memeluk kekasih nya. Dan berkata kepada orang tua Dinara untuk membiarkan Dinara tenang dan istirahat terlebih dahulu. Nanti Deon akan membujuk Dinara agar mau berbicara dengan Thalia dan Logan.
Thalia dan Logan pun mengerti lalu keluar dari kamar rawat putri nya. Mereka hanya bisa berharap Deon dapat membujuk anak nya untuk berbicara dengan mereka berdua. Karena baik Logan maupun Thalia banyak sekali yang ingin ia ungkapkan kepada putri nya dan mengutarakan penyesalan serta keinginan mereka untuk berubah.
Membangun keluarga yang lebih baik lagi dengan prioritas utama mereka yaitu Dinara putri satu-satu nya yang mereka miliki.