Kinan hanyalah gadis biasa, dirinya mengadu nasib pergi ke kota bersama temannya setelah mendapatkan informasi kalau ada yang membutuhkan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga, demi kebutuhan dan juga ingin mengurangi beban keluarga Kinan akhirnya pergi ke kota jakarta, Di sana Kinan harus berhadapan dengan Daniel pria tampan yang bahkan tidak pernah terpikirkan dalam hidupnya. Mampukah Kinan bertahan di jakarta atau memilih pulang dan melanjutkan sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Biarkan Aku Serakah
Di kamar Kinan asik saling berbalas pesan dengan Sinta, Apalagi bunda Tata akan ikut serta liburan ke Vila. Sinta mengeluh karena pasti akan sibuk menjaga anak-anak sedangan Kinan akan menjadi Nona Muda yang tidak akan di report kan kecuali dengan kehamilannya sendiri.
[Udah 4 bulan tapi perut kamu masih belum nongol ya]
Kinan tersenyum geli mendapat pesanan itu..
[Duka atuh, Tar kalau 5 bulan mungkin udah keliatan.]
Menunggu balasan dari Sinta, Kinan menatap perutnya yang memang masih rata. Hanya saja kalau bajunya di rapatkan akan sedikit terlihat menonjol. "Kata orang di kampung mah Jero bobokong. (Dalamnya rahim)"
Daniel yang juga ada di dalam satu ruangan tepatnya di atas ranjang melirik Kinan yang tengah mengelus perutnya. Daniel asik bertukar pesan dengan Sarah. Tidak ingin mengajak Kinan berbincang atau juga mengajaknya tidur satu ranjang seperti biasanya setelah apa yang sudah terjadi.
Keduanya sama-sama menahan ego dan tetap pada pendiriannya. Kinan sepertinya masih marah dan tengah merajuk. Daniel enggan membujuk karena kalau di bahas pasti Kinan akan memberikan jawaban yang sama. Daniel juga memberi pesan kepada Sarah tidak bisa bertemu di waktu dekat beralasan sibuk dengan pekerjaan di mana Daniel akan membuka cabang baru di daerah Bogor puncak, berhubungan besok ke Vila jadi Daniel bisa sekalian mengintip progres pembangunan restoran.
"Tidur, udah malam jangan wa an terus." Titah Daniel dengan suara lembut. Dirinya menepuk kasur di samping meminta Kinan untuk berbaring. Membujuk siapa tau Kinan luluh.
Kinan melirik sesaat lalu kembali bersandar acuh tak ingin menggubris permintaan Daniel.
"Ayo tidur, ibu hamil ga baik tidur malam." Lagi Daniel bersuara. Menunggu Kinan yang enggan beranjak.
Kinan menghela napas berat sembari memejamkan mata. "Kinan mau tidur di sini."
Daniel mengendus kesal. Terpaksa berbaring dengan sedikit hentakan.
"Keras kepala." Daniel ngedumel tanpa Kinan dengar, Akhirnya Daniel memilih membiarkan Kinan terlelap pun dirinya mulai mengantuk lamanya menunggu Daniel bangkit menatap tubuh sang istri meringkuk. "Dia ga kasian apa sama anaknya?"
Segera Daniel menghampiri Kinan, membungkuk untuk mengangkat tubuh Kinan. Merasa tubuhnya melayang Kinan membuka mata. "Turunin, Kinan bisa jalan sendiri."
"Kamu tuh ya ngeyel," Seru Daniel kemudian membaringkan Kinan tak lupa menyelimutinya. "Tidur di sini, aku ga kasian sama kamu karena aku tau kamu lagi marah sama aku, tapi pikiran anak kita."
Kinan memilih memejamkan mata tidak ingin berdebat dengan Daniel yang mana ikut berbaring dan keduanya saling membelakangi.
Malam itu mereka masih saling mempertahankan ego sampai pagi pun datang..
.
Vila Matahari...
Gerbang cukup tinggi di buka seorang laki-laki tua setelah mendengar suara klakson mobil. Tak lama dua mobil melewati gerbang.
Pukul 9 pagi keluarga Pak Teo dan Pak Arman sampai di vila keluarga milik Bu Tari. Vila yang di khususkan untuk mereka ketika berlibur tidak di sewakan tapi selalu di rawat, kadang-kadang Daniel suka datang ke vila bersama Sarah dan beberapa teman untuk menikmati hari libur tapi sekarang agaknya susah untuk bisa kembali mengulang masa itu. Apalagi dengan statusnya saat ini. Kedua orangtuanya pasti mengirimnya ke luar angka jika tau pergi bersama Sarah di saat Kinan masih menjadi istrinya. Daniel memilih jalur sembunyi-sembunyi untuk saat ini. Akan ada waktu di mana semua rahasianya di bongkar tapi tidak sekarang.
Kinan mengagumi keindahan Vila yang mana suasananya seperti di kampungnya. Begitu sejuk dan menenangkan jiwa.
"Nanti-nanti pergi ke sini lagi," Kata Kinan, memejamkan mata menikmati seruan angin yang lumayan kencang, pandang mata menatap langit yang tadi cerah kini mulai berawan sepertinya akan hujan. Di rasa cukup Kinan masuk kedalam vila bersama Bu Tari.
Di kamar yang menghadap ke balkon Kinan menenangkan diri, sebelum menyusul Sinta yang sibuk dengan kedua anak Bunda Tata.
Daniel yang baru saja masuk mendekati Kinan, Mendapati Daniel datang Kinan memilih duduk sembari memainkan ponsel.
Daniel berdiri menatap pemandangan dan sejuknya angin. Sesaat keduanya saling membisu, Tak tahan Daniel duduk di samping Kinan.
"Masih marah?" Daniel menyenggol tubuh Kinan. Tak ada respon kembali Daniel menyenggol Kinan.
"Dasar bocah." Gumam Daniel berharap Kinan akan merespon, sejujurnya Daniel merasa tersiksa Kinan mendiaminya. Apalagi ketika di perjalanan Kinan seperti tidak melihatnya.
Kinan mengendus kesal, melirik Daniel dengan mata tajam.
"Emang masih bocah," Sahut Kinan ketus. dirinya bangkit dan melangkah tapi Daniel segera menarik Kinan membuat tubuhnya mendarat di pangkuannya, Daniel lantas mengunci tubuh Kinan yang terus memberontak.
"Jangan marah lagi," Daniel berbicara lembut, begitu rakus mendaratkan ciuman di pipi Kinan.
"Aa ih geli, Lepasin." Kinan meronta tapi yang di dapat malah hujanan ciuman di pipinya. Kinan mulai luluh karena memang tidak ada yang bisa menolak pesona Daniel. Hanya saja Kinan terus merajuk membuat Daniel berusaha mati-matian.
"Dengerin, aku udah ngabulin permintaan kamu."
Mendengar itu Kinan terpaku. Menatap Daniel lekat mencari jawaban dari manik mata sang suami.
"Untuk sementara aku ga akan nemuin Sarah, seperti permintaan kamu kemarin."
Kinan memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan senyuman, entah kenapa dirinya merasa seneng mendengar ucapan Daniel.
Walaupun pada akhirnya nanti kamu akan kembali sama Sarah dan di pastikan kalian akan menikah tapi untuk saat ini biarin aku menjadi serakah. Setelah bayi ini lahir aku tidak akan menganggu kalian.
Daniel menarik dagu Kinan tersenyum penuh hasrat apalagi melihat bibir sang istri yang mungil lagi menggoda. Tidak berniat membandingkan tapi bibir Kinan jauh lebih nikmat dari pada bibir Sarah. Daniel bisa merasakan itu hanya saja, cintanya begitu besar terhadap wanita cantik itu.
"Masih marah?" Tanya Daniel lagi.
Kinan menggeleng pelan. "Terimakasih."
"Sekarang." Daniel mengangkat tubuh Kinan untuk di bawa ke ranjang. "Kita olah raga sebentar,"
"Aa." Kinan pasrah karena sebenarnya dirinya rindu dengan sentuhan Daniel..
Di luar vila Sinta bersama Dea dan Tamara menunggu Kinan seperti anak-anak komplek yang akan mengajak main saja. Begitu gusar menunggu tanpa pasti.
"Mbak Sinta, Mana mbak Kinan nya." Tamara menarik tangan Sinta sudah tak sabar ingin berkeliling area vila.
Sinta menggelengkan kepala. "Kita duluan aja, biar nanti Mbak Kinan nyusul."
Sinta membawa anak-anak berkeliling vila, padahal tadi Kinan yang berinisiatif pergi menjelajahi sekitar vila. Ulah Daniel membuat Sinta harus siap menjaga anak-anak tantenya itu.
.
Di tempat lain, Sarah melamun di balkon kamarnya. Sesekali menatap Cincin yang melingkar di jari manisnya. Mengingat bagaimana Daniel begitu mencintainya dan jantan melamarnya membuat hati Sarah berbunga seperti energi Sarah kembali bersemangat.
"Sekarang aku akan menjauh seperti keinginan kamu, tapi aku akan tetap menunggu Daniel." Sarah lalu bangkit dan mandi karena harus kembali ke Jakarta.
Di atas ranjang ponsel Sarah berdering, Kebetulan Sarah baru selesai mandi. Tangannya yang lentik dan mulus itu terpaksa mengangkat panggilan dari seseorang.
"Apa lagi," Terdengar ketus Sarah bersuara.
" Selamat karena kamu sudah mempermainkan aku dan Daniel,"
Sarah duduk sebelum memberi jawaban. "Daren, aku ingin memperbaiki semuanya, aku minta maaf karena selama ini sudah membohongi kamu dan juga Daniel, aku berusaha untuk melupakan Daniel tapi ga bisa dia ga bisa di gantikan dengan siapapun termasuk kamu."
"Selama ini aku sudah bodoh percaya sama rayuan kamu, aku ga tau gimana respon Daniel jika nanti kami tak sengaja bertemu. Kamu berhasil membuat dia membenci aku."
Sarah menghela napas dengan wajah tak enak. Selama ini memang benar Sarah dan Daren mempunyai hubungan. Daniel tak salah tempo hari memergoki Sarah menemui Daren di club. Lamanya Daniel melanjutkan pendidikannya ke luar negeri membuat Sarah kesepian, Daren yang memang menjadi sahabat Daniel dan Sarah diam-diam menaruh rasa kepada Sarah sebenarnya rasa itu muncul ketika Daniel memperkenalkan Sarah. Tapi Daren berusaha membuang perasaan itu, Daren bukan pria kontrol yang mau merebut pacar sahabatnya akan tetapi sering berjalannya waktu dan ketidak hadiran Daniel membuatnya menerima Sarah, kala itu Sarah memintanya untuk selalu ada dan mau menemani di kala sedih. Singkatnya mereka berpacaran dan putus ketika Daniel kembali pulang ke Indonesia. Semenjak itu Sarah meminta Daren untuk tidak memberi tahu Daniel tentang hubungan mereka. Anggap semua hanya main-main saja. Bagi Daren Sarah itu licik. Mencintai Daniel sebegitu besar tapi mampu melukai hatinya.
"Kamu jangan khawatir, Daniel ga akan benci sama kamu, aku udah cerita in semuanya, jadi aku mohon kamu jangan bahas apa-apa lagi, mulai saat ini jangan lagi hubungi aku, aku dan Daniel akan menikah,"
"Tapi aku masih sayang sama kamu."
"Kalau kamu sayang aku, aku mohon bantu aku untuk bisa bersama Daniel, dengan kamu bersikap biasa-biasa aja, aku mohon."
"Aku akan berusaha,"
Tut....Tut..... panggilan itu terputus.
Sarah membaringkan tubuhnya ke kasur yang empuk menatap nanar langit-langit hotel dengan masih menggenggam ponselnya.
"Aku berharap semua bisa berjalan dengan semestinya, Daren, aku mau kamu bisa menemukan wanita yang benar-benar kamu cintai, aku ga pantes sama kamu, cinta ku hanya untuk Daniel, hanya Daniel."
Sarah terus berbicara sendiri sembari mengecup cincin pemberian Daniel.
.
Keesokan harinya...