Di kota kecil bernama Harapan Senja, beredar cerita tentang sosok misterius yang dikenal sebagai "Sang Brandal." Sosok ini menjadi legenda di kalangan warga kota karena selalu muncul di saat-saat genting, membantu mereka yang tertindas dengan cara-cara yang nyeleneh namun selalu berhasil. Siapa dia sebenarnya? Tidak ada yang tahu, tetapi dia berhasil memenangkan hati banyak orang dengan aksi-aksi gilanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xy orynthius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 23
Malam yang panjang akhirnya berakhir,namun
Ketegangan masih menggantung di udara
Saat matahari pagi menyinari jalanan kota.
Mobil Viktor melaju kencang meninggalkan
Kawasan kumuh, menyisakan jejak kabur dari serangan mendadak yang mereka baru saja
hindari. Kai duduk di kursi belakang, tatapan
nya terpaku pada layar ponsel nya, memantau
respons jaringan volkov setelah unggahan virus. Zed, di samping nya berusaha menjaga nafasnya
tetap stabil, meski ketegangan masih terlihat jelas di wajahnya.
"Virus sudah aktif," gumam kai pelan,
suaranya hampir tenggelam oleh deru mesin mobil yang dipacu Viktor."tapi kita belum tahu sejauh mana dampaknya. kita perlu tetap waspada."
Zed hanya mengangguk, menatap pemandangan kota yang melintas cepat di luar jendela. "Gue yakin volkov bakal ngelakuin apa aja buat bales.
kita perlu rencana cadangan kalau keadaan makin buruk."
Viktor, yang tetap fokus mengemudi mendengus
pendek. "gue udah nyiapin tempat aman.Tapi Lo harus tau, nggak ada yang bener-bener aman
dari orang seperti volkov. Dia punya mata di
mana-mana, dan nggak akan butuh waktu lama sampai dia nyium jejak kita."
Kai menarik nafas dalam-dalam. Dia tahu Viktor benar. Dunia mereka lebih berbahaya daripada sebelumnya. Setelah mereka menyentuh proyek terbesar volkov, tidak akan ada jalan kembali.
Misi ini bukan lagi sekedar balas dendam, tapi perjuangan bertahan hidup. Volkov akan mengerahkan segala kekuatannya untuk menghancurkan siapa pun yang berani menentangnya.
Saat mereka semakin mendekati pinggiran kota,
Viktor mengarahkan mobil ke sebuah gang sempit yang nyaris tersembunyi di antara gedung gedung tua yang tampak sepi. Mobil berhenti di depan sebuah pintu baja yang nampak sudah berkarat, dengan dinding di sekitarnya penuh coretan graffiti yang menutupi seluruh permukaannya. Viktor keluar terlebih dahulu, memeriksa area sekitar dengan cermat sebelum memberi isyarat kepada Kai dan Zed untuk mengikutinya.
Mereka masuk ke dalam bangunan yang tampak tak terurus dari luar, namun di dalamnya,terdapat lorong lorong yang panjang dan sempit membawa mereka menuju sebuah ruangan yang cukup luas dan terang.tempat ini meski tersembunyi, terlihat sudah di persiapkan dengan baik. Di dalam nya terdapat beberapa komputer,peta yang terpampang di dinding, serta berbagai peralatan yang menandakan bahwa ruangan ini lebih dari sekedar tempat persembunyian.
"Ini markas sementara kita," kata Viktor sambil meletakkan senjatanya di meja.
"Gue udah nyiapin tempat ini sejak lama,buat jaga jaga klau situasi makin parah. Dari sini, kita bisa terus ngelacak pergerakan volkov tanpa harus khawatir ketahuan ."
Kai memandangi ruangan itu dengan penuh perhatian. "Ini lebih dari yang gue harapkan," ucapan dengan naga kagum.
"Lo udah siapin semuanya, Viktor "
Viktor hanya mengangguk singkat."Gue nggak suka ambil resiko. Volkov orang yang licik, dan klau kita mau ngelawan dia, kita harus selangkah lebih maju."
Zed mendekat ke salah satu komputer dan mulai mengetik dengan cepat, mencoba mengakses jaringan yang terhubung dengan sistem volkov. "Gue akan cek apakah ada respons langsung dari jaringan mereka setelah kita unggah virus."
Kai mendekat untuk melihat layar komputer, dan sementara Viktor berdiri di samping mereka, memperhatikan dengan mata yang waspada. Beberapa menit berlalu dalam keheningan, hanya suara ketikan keyboard yang terdengar. Kai dan Viktor saling bertukar pandang, keduanya merasakan ketegangan yang terus meningkat.
"Ada gerakan," ujar Zed akhirnya, suaranya serius." Mereka belum bisa ngapus virusnya, tapi mereka udah mulai ngeaktifin protokol darurat. Volkov mungkin udah tau kita yang bertanggung jawab. Kita harus cepat ambil langkah selanjutnya sebelum mereka ngejar kita."
Kai menarik nafas dalam-dalam." Kita nggak bisa berhenti di sini. Volkov akan terus ngejar kita, dan kita harus buat langkah yang lebih berani. Gue ada ide. Kita harus Serang Volkov langsung dari sumbernya -- rumahnya sendiri."
Viktor mengangkat alisnya. " Itu langkah yang berani, tapi juga berbahaya. Volkov punya pasukan pribadi di rumahnya. Kita nggak akan bisa nyerang langsung tanpa rencana matang."
Kai berpikir sejenak. "Gue nggak bilang kita nyerang dia secara langsung. Kita bakal bikin volkov keluar dari tempat persembunyiannya.
kita butuh umpan yang cukup besar buat narik dia keluar. Dan saat itu terjadi, kita bakal siap buat ngehancurin dia."
Viktor tersenyum tipis, melihat potensi dari rencana Kai." Lo ngomong kayak seorang taktik yang berpengalaman,Kai. "Gue suka ide lo, tapi kita butuh lebih dari sekedar ide. Kita butuh sesuatu yang konkret buat narik Volkov keluar."
Zed berpikir keras. Gimana klau kita gunakan orang dalam? Volkov pasti punya musuh di dalam organisasinya sendiri. Orang yang pengen liat dia jatuh, tapi nggak punya keberanian buat ngelakuin nya sendiri."
Viktor mengangguk perlahan. "Itu bisa jadi solusi .Gue tau beberapa orang yang nggak suka sama cara Volkov ngejalanin bisnisnya. Tapi kita harus hati-hati. Penghianat organisasi Volkov bisa berbahaya. Kalau mereka tau kita ada di sini, mereka bisa langsung laporin kita."
Kai menatap Viktor dengan tekad yang kuat . "Gue nggak peduli seberapa berbahaya nya ini. Kita udah terlalu jauh buat mundur sekarang. Kalau kita bisa nemuin orang yang tepat, kita bisa gunain mereka buat ngasih pukulan terakhir ke Volkov."
Viktor berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk setuju."oke, kita akan coba rencana lo.Kai, tapi Lo harus tau, sekali kita jalanin ini, nggak akan ada jalan keluar lagi. Volkov nggak akan ngasih kita kesempatan kedua."
"Gue udah siap," jawab Kai tegas. "Zed mulai cari informasi tentang orang-orang dalam organisasi Volkov. Siapa yang punya motivasi buat ngejatuhin dia, dan siapa yang paling mungkin bisa kita ajak kerja sama."
Zed mengangguk, jari-jarinya kembali bergerak cepat di atas keyboard. "Gue bakal dapet daftarnya secepat mungkin. Tapi kita harus siap kalau mereka nggak setuju atau malah berbalik lawan kita."
Sementara Zed bekerja, Viktor mengambil ponselnya dan mulai menghubungi beberapa kontaknya. Dia tah, mereka butuh semua informasi dan dukungan yang bisa mereka dapatkan jika ingin berhasil dengan rencana ini. Kai menunggu dengan sabar, meski di dalam hatinya ada ketegangan yang terus membara. Setiap terasa seperti hitungan mundur menuju konfrontasi dengan Volkov-- konfrontasi yang bisa menentukan nasib mereka semua.
Beberapa jam kemudian, Zed akhirnya menemukan sesuatu. "Gue dapet satu nama yang menarik," kata Zed, suaranya penuh antusiasme." Namanya Sergei Makarov. Dia salah satu letnan Volkov yang punya banyak pengaruh, tapi rumor bilang dia nggak puas sama cara Volkov ngejalanin bisnis."
Viktor mengernyitkan dahi, mencoba mengingat. "Gue pernah denger nama itu. Sergei orang yang pintar tapi juga licik. Kalau dia nggak suka sama Volkov, dia pasti punya alasan kuat. Tapi kita nggak bisa langsung percaya. Kita perlu bukti kalau dia bisa diajak kerja sama."
Kai merenung sejenak. "Kita bisa mulai dengan ngehubunginia secara anonim. Kasih dia sedikit informasi tentang kelemahan Volkov, dan lihat bagaimana dia bereaksi . Kalau dia tertarik, kita bisa lanjut dengan rencana kita."
Viktor mengangguk, setuju dengan rencana itu. "Gue bisa atur pertemuan rahasia dengan Sergei. Tapi kita harus siap kalau dia nolak atau malah ngejebak kita."
Zed menambahkan, "Gue bakal nyiapin komunikasi yang aman buat ngehubungin dia. Kita nggak bisa biarin Volkov tau kita ada di belakang ini."
Beberapa menit kemudian, mereka mulai menjalankan rencana. Zed mengirim pesan rahasia kepada Sergei, Menawarkan informasi penting tentang kelemahan Volkov. Mereka semua menunggu dengan cemas mengetahui ini bisa menjadi titik balik dalam pertempuran mereka.
Waktu berlalu, dan akhirnya, jawaban datang. Sergei merespon dengan singkat, menyetujui pertemuan di tempat netral. Ada nada kehati-hatian dalam pesannya, tapi juga ada ketertarikan yang jelas. Dia ingin tahu lebih banyak.
Kai merasakan adrenalin mengalir dengan cepat ditubuhnya. "Ini kesempatan kita. Kita temui Sergei dan lihat apakah dia bisa dipercaya. Kalau dia setuju untuk kerja sama, kita bisa mulai langkah selanjutnya."
Viktor mengangguk, wajahnya serius. "Kita harus siap buat apapun yang terjadi. Kalau ternyata Sergei musuh.
Happy reading ☺️, maaf mungkin masih banyak yang kurang tepat atau mungkin ada yang typo jadi mohon pengertiannya.