Sekuel dari TOBATNYA SANG KETUA MAFIA.
Note: JANGAN NUMPUK BAB YA🚫
NOVEL INI MENGGUNAKAN HITUNGAN RETENSI❗
Velicia yang dikenal sebagai ratu mafia berusaha kabur dari perjodohan yang dilakukan oleh sang ayah, Dave Allen. Ia benci saat memikirkan akan menghabiskan sisa hidupnya dengan Darren si penjahat kelamin.
Velicia terpaksa bersembunyi di dalam masjid dan mengenakan sesuatu yang begitu asing baginya. Hingga akhirnya ia dipertemukan dengan seorang laki-laki yang ia ketahui merupakan seorang ustadz.
"Astagfirullah! Kamu ... setan atau bidadari!" kaget seorang pria tampan dengan wajah bersinar. Saat itulah, pertama kalinya Velicia merasakan jantungnya berdegup tak biasa.
Ia akan membuat laki-laki itu jatuh cinta padanya kemudian memanfaatkannya demi memenangkan lahan milik warga yang menjadi incarannya sekaligus membuktikan eksistensinya sebagai ratu mafia.
Namun, akankah niat Velicia itu berhasil?
Atau ... senjatanya justru akan makan tuan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ratu 23
Velicia membawa kendaraan roda dua itu secepatnya. Luka di kakinya mulai terasa nyeri dan perih. Jika bukan di hadapan suaminya, Velicia takkan mengampuni para penyerang itu. Mereka pasti akan meregang nyawa di tangannya. Baginya, yang merupakan ratu mafia, menghabisi lawan adalah hal yang biasa. Entah sudah berapa banyak darah yang mengalir dari tangannya.
Sepanjang perjalanan, Zayn terus terisak pelan. Pemuda itu berpegangan erat pada pinggang istrinya. Pandangannya menunduk menyesali kelemahan diri. Tak terasa roda kendaraan tersebut berhenti tepat di depan pekarangan rumah Arumi. Bangunan tersebut sudah banyak mendapatkan renovasi di sana-sini sehingga terlihat lebih bagus.
Zayn turun kemudian memegang tangan Velicia. "Kamu masih bisa jalan ke dalam? Mau aku gendong saja?" tanya Zayn dengan tatapan penuh kekhawatiran.
"Luka kecil ini tidak akan membuatku tiba-tiba lumpuh," sahut Velicia datar. Hatinya sedikit kesal, karena nyatanya pemuda yang berada di sisinya itu lemah. Padahal kala itu di masjid, Zayn bahkan mampu menyerangnya sampai tak sadarkan diri. Kenapa di saat ketemu penjahat, Zayn seketika lembek bagaikan tape.
Velicia hendak berjalan mendahului Zayn akan tetapi ada sepasang tangan yang mengangkat tubuhnya hingga melayang.
"Kau!" Velicia yang kaget membulatkan kedua matanya.
"Kakimu pasti sakit. Maaf, aku harus melakukan ini sebagai bentuk tanggung jawabku," jelas Zayn kenapa dia tiba-tiba menggendong Velicia ala bridal style.
Di perlakukan seperti itu adalah hal yang asing bagi Velicia. Gadis itu melingkarkan lengannya untuk berpegangan pada leher Zayn dengan canggung.
Sesampainya di dalam, kebetulan Arumi dan Max sudah berada di kamar mereka. Zayn menurunkan istrinya dengan pelan di sofa ruang tamu.
Zayn berjongkok, kemudian mengangkat wajahnya menatap dengan sendu dan penuh sesal ke arah istrinya. Membuat Velicia salah tingkah sendiri.
"Boleh aku lihat lukanya?" tanya Zayn. Velicia mengangguk pelan, sambil menarik bawahan gamisnya.
Tersingkaplah kaki yang putih mulus namun kini terdapat goresan cukup panjang. Darah kering menandakan luka itu juga cukup dalam.
"Astagfirullah. Subhanallah. Lukanya cukup besar dan dalam. Rasanya pasti sakit. Tapi, tidak ada klinik yang buka malam begini. Apa kamu bisa tahan kalau kita kerumah sakitnya besok pagi?" kata Zayn sambil meringis pelan.
"Kalau saja obat yang ku bawa tidak hilang, semua ini pasti hanyalah luka kecil biasa," batin Velicia. Gadis itu menggeleng. Kemudian berusaha berdiri dari duduknya. Saat itu juga, Zayn menahannya.
"Mau kemana?"
"Mencari barang yang bisa menghentikan aliran darahnya. Aku juga butuh obat nyeri. Kau itu hanya melongo dan memasang wajah sedih saja," ketus Velicia sinis. Zayn semakin merasa bersalah karenanya.
"Maaf. Biar aku yang ambilkan. Tunggu di sini, jangan bergerak," titah Zayn tentu dengan suara yang sangat lembut. Zayn juga mengusap pucuk kepala Velicia dengan tatapannya yang sulit di artikan.
Zayn kebelakang membawa baskom berisikan air hangat dan juga kotak obat. Benda yang selalu ada di rumahnya. Bahkan sejak dirinya kecil dulu. Zayn ingat, dia jarang sekali terluka. Sang ummi benar-benar menjaganya dengan ekstra. Ketika dirinya terjatuh saja wanita itu akan menangis sambil menyalahkan dirinya dalam waktu cukup lama.
"Biar aku bersihkan dulu ya lukanya. Mungkin, agak sedikit perih. Ku harap, kamu bisa menahannya," kata Zayn. Setelahnya pemuda itu berlutut lagi di depan kaki istrinya.
Velicia diam saja mendengar ocehan suaminya yang cengeng itu. Karena Zayn bicara sambil menahan tangisnya dengan mata mendungnya. Velicia sangat terganggu dengan ekspresi pemuda di hadapannya ini. Akan tetapi perasaan itu perlahan berubah ketika Velicia menyaksikan kesungguhan Zayn dalam mengobati lukanya.
Zayn membersihkan kaki Velicia dengan lembut dan penuh kehati-hatian. Air matanya sesekali jatuh melihat luka itu yang ia pikir sangat menyakitkan. Luka yang di sebabkan oleh ketidakberdayaannya sebagai laki-laki. Luka yang di peroleh istrinya demi menyelamatkan nyawanya.
Sruuttt!!
Zayn menyusut air yang keluar dari hidungnya. Setelah luka itu bersih, Zayn meniupnya pelan. Velicia seketika merinding karena tiupan napas Zayn terasa dingin di kulitnya.
Zayn mendongak sebelum menutup luka itu dengan plester, karena melihat reaksi Velicia yang sesekali menarik kakinya menjauh.
"Sakit ya? Maaf. Ini semua salahku. Luka yang kamu terima dan rasakan semua karena kebodohanku," ucap Zayn yang kemudian menunduk lagi. Kini, kedua bahu pemuda itu terlihat bergetar dan turun naik. Namun, tangannya tak berhenti untuk mengobati luka itu hingga selesai dan tertutup sempurna.
Semakin lama Velicia merasa sentuhan hangat itu menjalar di hatinya. Sikap Zayn yang penuh perhatian membuka pikirannya. Nyatanya, pemuda yang menyandang status sebagai suaminya itu sangat peduli padanya. Buktinya, Zayn sejak tadi terus menangis sambil mengobati lukanya.
Velicia hendak berdiri lagi.
"Mau apa?"
"Pipis."
"Sini." Tanpa Velicia duga, tubuhnya kembali melayang di udara. Zayn menggendongnya lagi untuk membawanya ke kamar mandi.
"Pakaiannya buka saja."
"Hah, apa!"
"Ini kan banyak debu dan bercak darah," jelas Zayn.
"Bagaimana kalau kau tergoda?" Velicia menatap Zayn dengan tajam.
"Aku janji tidak akan begitu. Aku tidak pantas menjadi suamimu karena tidak mampu melindungimu," kata Zayn dengan penyesalan yang masih bersarang di hatinya.
"Kalau begitu, carikan laki-laki yang pantas jadi suamiku, sosok pria yang berani dan bisa melindungi istrinya!" tantang Velicia yang seketika membuat kedua mata Zayn membola.
"Ya–ya, gak gitu juga," ucap Zayn lirih dan terbata. Ia mulai menyukai Velicia. Ia tidak mungkin menyerahkan istrinya pada laki-laki lain. Velicia menyeringai tipis melihat ketidakberdayaan Zayn.
Velicia masuk kamar mandi, Zayn ingin membantunya namun gadis itu meyakinkannya bahwa ia bisa sendiri. Zayn memilih pergi ke dalam kamarnya mengambil pakaian ganti. Ia tidak mungkin menggendong istrinya dalam keadaan tanpa busana.
Saat itulah, dirinya bertemu dengan sang Abi. "Ada apa? Sepertinya telah terjadi sesuatu?" cecar Max pada putranya yang wajahnya semrawut itu.
"Kami berdua di serang, Bi."
"Lailahaillallah. Siapa yang menyerang kalian!" Max meraih dan menekan kedua bahu putranya.
"Zayn, sudah menghubungi pakde Semar. Mungkin, kita tunggu informasi darinya, Bi. Karena Zayn tidak tau siapa mereka," jelas Zayn.
Max mengeratkan rahangnya. Kedua tangannya terkepal. Setelah ini dia harus mencari tau siapa para penyerang itu sebenarnya.
"Mungkinkah mereka orang suruhan developer yang menginginkan lahan itu? Apa mereka sengaja membuat makar?" ucap Max ke arah putranya. Zayn menggeleng tak yakin menyangkal maupun mengiyakan.
"Lalu bagaimana dengan Zahra, istrimu?"
"Astaghfirullah. Dia di kamar mandi, Bi!" Zayn bergegas mengambil pakaian ganti kemudian mengenakannya pada Velicia. Setengah mati Zayn menahan hasratnya. Tanpa obat pereda nyeri kini suhu tubuh Velicia mulai demam.
"Ya Allah, Nak. Maafkan kami ya. Sejak kamu kesini, ada saja musibahnya." Arumi berkata pada Velicia sambil mengompres dahi menantunya itu dengan tatapan sendu. Hatinya terenyuh sekali melihat Velicia terluka dan berakhir sakit.
"Zayn, besok pagi kau harus mengantarnya ke rumah sakit. Biar Abi dan pakde Semar yang antar kalian!" titah Arumi.
"Semua ini, karena Zayn tidak memiliki bekal ilmu bela diri." Tanpa sadar Max keceplosan. Pria itu menelan ludahnya karena seketika mendapatkan tatapan horor dari Arumi.
"Sepertinya, aku keracunan. Belati itu ada racunnya. Mas Zayn ...!"
APA YANG AKAN ZAYN LAKUKAN SETELAH TAU KALAU ISTRINYA KERACUNAN?
VELICIA JUGA DEMAM TINGGI. SEMENTARA, KLINIK SUDAH TUTUP DAN RUMAH SAKIT JAUH. OH, MALANGNYA NASABMU, VEL. SABAR YA 🤧
aku tak otw ke lapak papa Dave 🤭