Hidden Baby Triplets Mr. Shane

Nick berjalan memasuki rumah utama keluarga Jeff sembari bersiul-siul riang. Kedatangannya tengah disambut oleh Oma Emma, Bianca- Mommy nya dan Shane di ruang tengah itu.

"Oma..." serunya memberi ciuman di pipi keriput tersebut. Setelahnya, ia pun memperlakukan hal yang sama ke Bianca.

"Tunggu, kenapa wajah-wajah kalian sangat tertekan? Apa ada masalah__"

Bugh...

"Shane!" Oma Emma dan Bianca meneriaki kompak nama itu yang tiba tiba saja menonjok pipi Nick.

"Ish," Nick meringis sembari menyeka sudut bibirnya yang ternyata sedikit berdarah. "Kau gila, hah?" sunggutnya kesal dengan mata menusuk tajam ke Shane.

Bugh...

Bugh...

Bukan mulut Shane yang berbicara tetapi tangan-tangan otot nya yang terus menyerang Nick di depan keluarga besar nya, tanpa peduli dengan teriakkan 'stop' dari Oma nya dan Bianca. Para pelayan dan Bodyguard Shane pun cuma menjadi penonton.

"Fu*k!" umpat Nick. Ia tidak bisa mengimbangi kekuatan Shane sehingga punggung nya tersudut ke tembok dengan leher dicekik oleh Shane.

"Aku akan menjobloskan mu ke penjara atas kasus korupsi di kantor dan perselingkuhan mu dengan Zoya, jika kau tidak memberitahukan posisi Zoya sekarang. Di mana dia?"

Sialan, kenapa bobrok nya sudah diketahui oleh Shane.

"Di mana Zoya kau sembunyikan?" bentak Shane.

"Uhuuk ... Aku... uhuk, tidak tau. Sumpah!"

"Shane, dia bisa mati! Lepaskan tanganmu!" Bianca berlari menolong anak nya yang nyaris kehilangan nafas. Terus menerus memukul tangan Shane tapi pria itu tidak bergeming.

"Panggil polisi! Yang bersalah harus memang dihukum tanpa terkecuali!"

Ketegasan Oma Emma membuat Shane menarik tangannya dari leher Nick.

"Jangan panggil polisi, ku mohon. Aku, aku minta maaf, Oma. Shane, beri aku kesempatan." Dari pada mengelak berujung sia-sia, Nick lebih memilih mengiba. Ia sampai bersimpuh di depan Shane.

"Di mana Zoya berada? Beri tau maka hukuman mu akan ku ringankan."

Sayangnya, Nick benar benar tidak tahu sehingga ia hanya bisa menggeleng membuat Shane tidak pernah menarik kata-katanya lagi.

"Panggil polisi!" Shane melirik salah satu bodyguard nya.

"Shane, jangan..."

Tidak peduli, Shane pergi begitu saja mengabaikan teriakan itu.

Nick yang ingin memohon, berusaha mengejar nya tapi segera dicekal oleh dua bodyguard Shane.

"Oma__"

"Saya kecewa padamu!" Oma Emma menjeda, menolak keras menerima penghianat meskipun itu cucu nya sendiri. "Berani mengobarkan api, maka berani pula merasakan baranya."

Nick mendengus ditolak oleh Omanya.

"Ah, lepaskan aku sialan!" Ia melampiaskannya kekesalannya dengan membentak orang yang mencekalnya seraya meronta-ronta. Tapi sama sekali tidak terlepas.

"Shiit, kalian menyebalkan!"

***

"Akhirnya Anda pulang, Tuan."

Liam menghela nafas lega menyambut kepulangan Shane.

"Di mana Lucas dan lainnya?"

"Mereka habis__" Liam tidak melanjutkan ucapannya. Sebagai gantinya, ia menunjuk ruangan yang sudah diobrak abrik oleh si kembar.

Tiga pelaku nya pun masih ada di ruang tengah itu. Memandang Shane dengan adanya kemarahan.

"Mereka seperti brandal yang mengamuk," lirih Shane yang bisa didengar oleh Liam di sebelah nya.

"Seperti Anda, Tuan." Eh... Liam yang spontan keceplosan, menutup mulutnya yang lancang.

"Apa kalian sudah makan?"

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Shane.

"Kalian mau makan apa?'

"Kami mau Mommy. Tidak ada Mommy, kami mogok makan dan berbicara dengan Daddy. Daddy tukang bohong!"

Entah yang bicara di sana Edgar apa Lucas? Shane masih kurang lihai membedakannya.

Drrtt...

Adanya telepon masuk, membuat Shane membalik tubuhnya dan pergi begitu saja.

"Hais, dia tidak punya telinga ya? Main pergi saja!" Elzan mendengus mengumpati Shane.

"Pokoknya, jangan ada yang luluh sebelum dipertemukan Mommy. Oke...?!"

Elzan dan Lucas kompak mengangguk setuju pada deklarasi Edgar.

"Setuju! Semangat berjuang untuk kalian ya." Liam mengedipkan mata nya. Mereka rupanya diam-diam bersekongkol. "Kalau lapar bilang-bilang, ya, kita makan sembunyi -sembunyi," sambung nya dengan suara berbisik.

"Siap, Paman."

"Halo." Karena dari pengacara nya, Shane sengaja menjauh dari si kembar menerima telepon itu.

"Tuan, pengacara Nona Nabella menekan pihak kita untuk menarik laporan. Mereka akan melaporkan Anda balik atas pemerkosaan dan penculikan bayi jika tidak dituruti. Saya harus apa?"

Shane tidak langsung menjawab. Ia berpikir keras memikirkan selanjutnya jika ia tidak mengabulkan itu. Jujur, tuduhan pemerkosaan yang tertuju padanya sangat membengkakkan telinga nya. Sialan, Nabella. Ia saja tidak tau menahu kejadian malam itu tetapi tuduhan nya bisa membuat karirnya merosot tajam.

"Pak Frans, tolong ajukan tes DNA untuk Nona Nabella, saya ingin meyakinkan secara hukum kalau anak saya adalah anak nya juga. Kalau pun itu kenyataannya, maka saya akan menarik laporan kembali."

"Saya akan bicara dengan pengacara nya, Tuan."

***

"Bagaimana, Agam. Saya sudah bisa bebas?"

Agam menggeleng. "Pihak Tuan Shane ingin melakukan tes DNA. Dia sepertinya masih ragu kalau kau adalah Mommy nya si kembar."

"Ish, dasar pria merepotkan." Nabella mendengus dingin.

"Bel, gimana perasaan mu setelah tau Daddy si kembar adalah pria yang memiliki kuasa di kota ini?" Agam menggoda. "Dia juga tampan loh, Bel."

"Hais, mulut mu ya. Asal kau tau ya, Gam. Perangai batu lebih baik daripada dirinya. Dia menyebalkan dan sangat sombong. Pokoknya, setelah tes DNA keluar, anak-anak harus ikut semua dengan ku."

"Hahahaha..."

"Apa ada yang lucu?" Nabella melirik malas pria yang sudah dianggap nya kakak itu. "Tidak jelas!"

***

"Mommy!"

"Mommy!"

"Kami mau Mommy!"

Kelakuan si kembar sudah seperti sekelompok suporter yang berdemo melihat kedatangan Shane di ruangan itu. Panci yang diambil Lucas di area dapur dibentur-benturkan satu sama lain yang membuat suara kegaduhan.

Shane sampai memijit kening nya, pusing mendengar suara bising itu.

"Yes Mommy, No Daddy!"

"Eeeh, aaaah. Eeeh, aaah..." Elzan berdemo malah seolah olah mau bernyanyi.

"Stop, anak-anak!"

Bukannya mendengar perintah Shane, si kembar malah kian menabuh alat dapur itu.

Sabar... Sabar...

Shane elus dada.