NovelToon NovelToon
Soulmate

Soulmate

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Karir / Persahabatan / Romansa / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: sJuliasih

Saling suka, nyatain perasaan, terus pacaran?! Nyatanya nggak semudah itu.

Buktinya aja Freya, si anak beasiswa. Dan Tara, sang ketos si anak donatur. Mereka cinlok, sama-sama suka, tapi terpaksa harus back street .

Alasannya klasik dan klise. Bokap Tara nggak setuju kalo anaknya itu pacaran, terlebih sama Freya yang beda kasta dengan keluarga mereka.

Hingga Tara pun harus kuliah ke luar negeri dan putus komunikasi sepihak dengan Freya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sJuliasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Di tengah kekhawatirannya, tiba-tiba kang Jaka menghampiri saung tempat ia dan Tara berada.

"Punten neng...." suara kang Jaka membuatnya dan Tara menoleh.

"Iya kenapa kang?" tanya Freya sudah tak merasa canggung seperti di awal ia bertemu dengan lelaki yang berparas manis itu.

"Saya mau mengembalikan uang ini. Saya beneran ikhlas kok neng." kang Jaka menunduk sungkan seraya mengulurkan tangan, menyodorkan uang pemberian Freya tadi.

Dengan tegas Freya menolak. "Saya juga ikhlas kok kang. Nggak papa, terima aja. Anggap itu rezeki buat akang." paparnya.

Tara yang menyaksikan dan mendengarkan dialog keduanya mulai memberengut. Ia merasa cemburu melihat Freya yang entah sejak kapan seolah akrab dengan lelaki itu.

Kang Jaka diam sejenak. Bimbang apakah harus menerima uang pemberian Freya atau tidak. Walau nilainya tak banyak, tapi bagi kang Jaka, pantang menolong seseorang karna pamrih.

"Nggak papa kang, simpen aja." sambung Freya melihat lelaki yang berdiri di sampingnya terlihat ragu.

"Yasudah atuh neng, uangnya akang terima Terimakasih banyak ya." ujar kang Jaka seraya menyimpan uang kertas itu ke dalam saku baju pangsinya.

"Iya kang." jawab Freya singkat.

Selain ingin mengembalikan uang yang tak seberapa nilainya itu, ternyata niat kang Jaka menghampiri saung adalah untuk menawarkan bantuan kepada kedua remaja tersebut.

"Jadi ini temen eneng yang lagi sakit?" tanya kang Jaka melirik ke arah Tara sesaat.

Freya pun menganggukkan kepalanya.

"Meni kasep pisan euy akangnya. Saya kira teh, pacarnya si eneng."

"Nggak kok kang..." Freya tersenyum tipis. Sementara Tara hanya diam saja.

Kang Jaka pun turut diam sejenak. Sebelum akhirnya bertanya perihal kepulangan kedua remaja itu setelah mengetahui kondisi Tara.

"Kita juga nggak tau nih kang bisa pulang apa enggak. Soalnya temen saya kan lagi sakit begini." jawab Freya yang di sertai helaan nafasnya yang terdengar berat.

"Begini aja neng, eneng sama akang kan nggak mungkin menginap di rumah singgah saya. Bagaimana kalo saya antar eneng sama akang ke terminal bus? Jaraknya nggak terlalu jauh kok dari sini." Kang Jaka memberi saran sebagai jalan keluar terbaik.

Kedua remaja itu pun saling bersitatap. Tanpa berdiskusi terlebih dahulu keduanya langsung mengangguk setuju.

"Terus motor temen saya gimana kang?" tanya Freya yang turut mengkhawatirkan nasib motor Tara.

"Neng mah tenang aja. Di terminal juga ada kok mobil pick up yang memang khusus mengantarkan barang. Jadi neng tinggal kasih alamatnya aja, terus motor si akang akan di anterin sampe rumah." papar kang Jaka. Wajahnya yang murah senyum membuat lelaki itu terkesan sangat ramah.

Freya pun mengangguk mengerti.

"Yasudah kalo begitu saya panggilkan adik saya dulu ya neng. Supaya ada yang membantu saya mengurus motor akang kasep ini." Kang Jaka lalu bergegas pergi, berlari kecil menuju rumahnya yang ternyata sering di jadikan sebagai rumah singgah bagi wisatawan yang ingin menginap.

Namun sayang, belakang ini tak banyak wisatawan yang datang berkunjung ke pantai tersebut. Padahal letaknya tak terlalu jauh dari perkotaan. Pemandangan di sana sebenarnya juga sangat indah dan masih terbilang asri.

Mungkin karna fasilitas di daerah pantai masih belum memadai. Seolah tempat wisata itu memang tak di lirik sama sekali oleh pemerintah daerah. Hingga hanya kang Jaka dan saudaranya lah yang merawat pantai dengan air laut yang sangat jernih itu.

Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya kang Jaka datang bersama kedua adiknya dengan membawa dua motor atv yang biasanya di sewakan kepada wisatawan.

"Ayo kang naik." ucap kang Jaka.

Tara tak bergeming hingga harus di paksa terlebih dulu oleh Freya. Bukan ia tak ingin menaiki motor atv itu bersama kang Jaka, hanya saja Tara masih kesal dengan sikap kang Jaka yang terlalu baik kepada Freya. Lagi-lagi ia merasa cemburu.

Motor atv yang di naiki oleh Tara dan Freya pun mulai melaju meninggalkan pantai. Walau tak terlalu kencang seperti motor Tara, setidaknya Freya lega karna akhirnya ada cara bagi mereka untuk segera pulang.

Sedang keduanya di antar oleh kang Jaka dan salah satu adiknya, motor Tara yang di kendarai oleh adik kang Jaka juga pun turut menjauh dari pantai.

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan lama karna kecepatan motor atv yang memang terbatas, akhirnya mereka tiba di sebuah terminal bus. Usai memberikan alamat kepada seorang supir yang akan mengantarkan motor Tara, kedua remaja itu pun berpamitan kepada kang Jaka.

"Neng sama akang jangan sampe lupa kalo harus turun di pemberhentian bus yang pertama. Karna kalo kelupaan mah bakalan riweuh urusannya. Soalnya kan bus yang mau neng sama akang naiki ini nggak langsung ke ibu kota. Mesti kudu naik bus dua kali." papar kang Jaka sebelum Tara dan Freya berlalu dari hadapannya.

Freya tersenyum. "Iya kang. Makasih banyak ya kang udah ngebantu kita. Maaf juga karna kita jadi ngerepotin akang." ucap gadis itu merasa bersyukur bertemu orang sebaik kang Jaka.

Kang Jaka yang memang tak pernah melunturkan senyum dari wajahnya seketika mengangguk. "Nggak masalah atuh neng. Yasudah, akang kasep sama neng geulis hati-hati ya. Jangan khawatir soal motornya si akang. Saya mah jamin bakalan aman."

"Iya kang." sahut Freya.

Tanpa Freya duga, sebelum masuk ke dalam bus, tiba-tiba Tara mengeluarkan uang seratus ribuan sebanyak lima lembar dari dalam dompetnya. "Buat bayar jasa akang karna udah nganterin kita sampe sini." tukas Tara seraya menarik tangan kang Jaka agar mau menerima pemberiannya.

Kang Jaka yang memang tidak meminta imbalan apapun seketika menolak dengan sopan. Namun Tara yang tak suka berhutang budi langsung memasukkan uang di tangannya ke dalam saku baju kang Jaka. Lalu ia bergegas menarik Freya masuk ke dalam bus agar kang Jaka tak bisa mengejarnya.

Perlahan, bus yang mereka naiki mulai melaju. Meninggalkan kang Jaka yang hanya diam terpaku seraya menatap keduanya yang melemparkan senyum hangat dari balik jendela.

Tara langsung menyenderkan kepalanya yang terasa berat pada sandaran jok. Ia memejamkan matanya yang terasa panas. Tampaknya suhu tubuhnya semakin meningkat. Obat yang di minumnya tadi hanya memberikan efek redah sesaat.

"Tara... kenapa badan lo makin panas begini?" raut wajah Freya menyiratkan kekhawatiran. Gadis itu pun segera mengeluarkan obat pemberian dari kang Jaka yang ia simpan di dalam sling bag yang ia bawa.

"Ini Tar, kayaknya lo harus minum obat lagi."

Tara menolak. "Nggak Frey. Gue nggak mau over dosis. Baru juga beberapa menit yang lau gue minum tuh obat."

Freya pun menghela nafas pelan. Sekalut itu ia melihat kondisi Tara, hingga ia pun menghiraukan berapa banyak dosis obat yang boleh di konsumsi oleh Tara.

"Sorry Tar. Gue nggak bermaksud kayak gitu."

Tara memaksa bibirnya yang sedikit pucat untuk tersenyum. "Nggak papa Frey. Gue tau kok kalo lo itu peduli sama gue." ucapnya sembari menggenggam tangan Freya.

"Gue cuma butuh istirahat Frey. Bolehkan kalo gue pinjem bahu lo sebentar?" mata Tara yang sayu menatap lekat wajah Freya.

"Iya, boleh kok Tar. Lo boleh sepuasanya bersandar di bahu gue. Yang terpenting setelah itu lo harus membaik."

Tara mulai merebahkan kepalanya pada bahu Freya. "Makasih ya Frey. Nyaman banget bisa kayak gini sama lo."

Hawa panas dari tubuh Tara bisa Freya rasakan, apalagi nafas lelaki itu yang mengenai ceruk lehernya. Setelah memastikan Tara benar-benar tertidur, Freya pun memberanikan diri menyentuh wajah Tara. Mengelus pipi Tara perlahan, berharap demam yang di rasakan lelaki itu segera meredah.

Hingga satu jam berlalu, bus yang mereka naiki kini tiba di pemberhentian bus yang pertama. Sesuai pesan dari kang Jaka, Freya bergegas membangunkan Tara dan mengajaknya untuk segera turun.

Walau kepalanya masih terasa berat, mau tak mau Tara harus menurut. Dengan di tuntun oleh Freya, mereka pun menunggu bus lain yang rutenya memang menuju ke jalanan ibu kota.

Hanya menunggu sekitar 10 menit, bus yang di tunggu akhirnya tiba dan berhenti tepat di depan mereka. Segera keduanya menaiki bus yang baru tiba itu. Tak lama kendaraan itu melaju menembus senja yang mulai terlihat di ufuk barat.

Selama perjalanan pulang, berkali-kali Freya memeriksa kondisi Tara dengan menempelkan punggung tangannya pada dahi lelaki itu. Perlahan, suhu tubuh Tara mulai menurun.

Sebelum menaiki bus yang kedua tadi, Freya memang sempat menyuruh Tara untuk meminum obatnya lagi. Dan kini ia lega mengetahui Tara sudah membaik.

Tidur selama hampir 2 jam membuat tubuh Tara meregenarasi dengan sendirinya. Lelaki itu pun membuka matanya saat kepalanya terasa lebih ringan.

"Kita belum sampe ya Frey?" tanya lelaki itu seraya mengangkat kepalanya dari bahu Freya.

Freya menoleh. "Belum Tar. Mungkin sekitar 20 menitan lagi." jawab gadis itu. "Gimana keadaan lo? Udah merasa baikan?"

Tara pun mengangguk. "Kayaknya gue cuma kecapekan aja Frey."

"Lo sih, udah tau abis hiking, malah pake acara ngajak gue ke pantai segala." sekak Freya namun tak bermaksud memojokkan lelaki di sebelahnya.

"Kok lo jadi marah sama gue?!" pekik Tara. Raut wajahnya terlihat kesal.

"Siapa juga yang marah sama lo Tar. Gue mah cuma ngomong doang."

"Sama aja!" tegas Tara dengan nada suaranya yang sedikit meninggi.

Tak ingin memperumit keadaan, Freya pun memilih mengalah. Dengan tenang ia bertanya kepada Tara. "Lo kenapa sih Tar? Kepala lo masih sakit? Bilang aja sama gue kalo ada sesuatu yang buat lo nggak nyaman.

Tara diam sejenak sebelum akhirnya mengutarakan apa yang mengganjal di hatinya. "Gue itu sebenarnya kesel sama kang Jaka." ungkapnya.

"Kenapa?!" Freya menatap Tara dengan serius. Ada kebingungan yang tergambar di wajahnya.

"Karna kang Jaka berani ngedeketin lo. Kayaknya tuh orang juga baik banget lagi sama lo." sambung Tara.

"Lah kan kang Jaka emang baik. Dia juga bantu bawa motor lo kan?!"

"Ya ... Tapi tetep aja gue nggak suka. Mana dia manggil gue asep lagi. Nama kan gue kan Tara bukan asep." tutur Tara tanpa menoleh sedikit pun pada lawan bicaranya.

Ucapan Tara yang sangat menggelitik itu langsung membuat Freya tertawa lepas.

"Tara... Tara... Pengetahuan bahasa daerah lo minim banget ya ternyata." ujar Freya masih terkekeh. "Lo tau nggak kenapa kang Jaka manggil lo dengan sebutan kasep, bukan asep ya. Tapi kasep."

Tara menggelengkan kepala.

"Itu karna lo ganteng. Dalam bahasa Sunda, kasep itu ungkapan untuk seorang laki-laki yang tampan atau ganteng." papar Freya agar Tara tak salah paham akan ucapan kang Jaka tadi.

"Makasih ya Frey lo udah bilang gue ganteng." ada senyum yang terbit di wajah Tara yang masih terlihat pucat.

"Idih... Kang Jaka kali yang bilang lo kasep."

"Kang Jaka lagi.... Kang Jaka lagi. Suka lo sama kang Jaka?"

"Menurut pandangan gue nih Tar, kang Jaka terlalu manis nggak sih untuk jadi penjaga pantai?!" entah apa maksud Freya mengatakan hal itu di hadapan Tara.

Tara yang semakin kesal seketika menoleh sinis. "Kenapa nggak gue tinggal aja ya lo tadi. Supaya lo bisa ngeliat muka kang Jaka yang manis itu setiap hari."

Freya semakin terkekeh dan tak mampu menahan tawanya melihat tingkah dan ekspresi wajah Tara.

"Bisa-bisanya lo muji cowok yang baru lo kenal. Sementara gue, cowok yang ada di depan mata lo, yang hampir setiap hari lo liat tapi nggak pernah sedikit pun lo bilang kalo gue ganteng, keren atau apalah. Lah ini giliran liat kang Jaka aja lo langsung kepincut."

"Lo cemburu?!

"Ya iya lah. Pake acara nanya lagi lo." sekak Tara.

***

1
korokoro
kaget banget Tara, jangan nakal main cubit pipi aja/Scowl/
Julia H: namanya juga modus kak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!