Kecelakaan yang membuatnya cacat dan berakhir menggunakan kursi roda membuat Zenita sang Nona muda gagal menikah dengan kekasihnya. Ia terpaksa harus menikah dengan supir pribadinya karena mempelai pria tidak datang ke pernikahan. Namun bagaimana jadinya jika keduanya sudah memiliki pujaan hati masing-masing namun dipaksa untuk bersama?
Apakah keduanya akan saling jatuh cinta seiring berjalannya waktu? Ataukah berakhir dengan perceraian?
Sementara sang mempelai pria yang tidak datang ke pernikahan itu kembali ke kehidupannya setelah pernikahan itu terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagita chn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23.Menginap
"Ayo kita pulang Hazna. Aku tidak enak dengan Nona. Aku sudah terlalu lama pergi."
"Iya iya baiklah. Ayo kita pulang..Hehe" Hazna sudah terlihat senang sekali. Walau mereka hanya bertemu kurang dari 2 jam namun ia merasa sangat senang hari ini bisa jalan dengan kekasihnya.
Ia juga terlihat dibelikan hadiah kecil dari Franz untuk disimpan.
Mereka pun akan segera pulang dan Franz tentunya mengantar lebih dulu kekasihnya kerumah. Selepas itu ia baru pulang kerumahnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore. Franz baru saja sampai dirumahnya. Ia langsung segera turun dari mobil dan masuk ke dalam kerumah.
Terlihatnya Fara yang sedang merapikan meja diruang tamu. Lalu melihat kakaknya yang baru saja pulang.
"Kakak baru pulang? Kasian Nona. Kakak terlalu lama meninggalkannya" Fara merasa greget sendiri melihat kakaknya yang baru pulang.
"Iya maafkan kakak Fara. Jalanan juga macet. Ini hadiah untukmu" Diberikan tentengan mewah oleh kakaknya itu.
"Ini untukku Kak?" Kaget. Karena baru pertama kali kakaknya memberikan hadiah semahal itu.
"Iya bawel! Katanya mau hadiah yang paling mahal."
"Hehe. Aku kan hanya bercanda Kak. Mentang-mentang sudah menjadi suami Nona, Kakak---"
"Husss! Jangan keras-keras. Kakak ini menggunakan uang kakak sendiri. Lagian tempat fitness kakak semakin rame sekarang."
"Ohh iya aku lupa saking senangnya Kak. Maaf hehe."
"Dimana Nona?"
"Nona pingsan"
" Apa??"
"Maksudku tidur Kak. Dia tidur dikamar kakak. Soalnya kamar kakak lebih nyaman kan"
Mendengar jawaban itu membuat Franz langsung mengecek ke kamarnya. Ternyata istrinya masih tertidur pulas. Sebenarnya ia merasa bersalah juga karena telah meningalkannya pergi, namun harus bagaimana lagi posisinya memang serba salah sekarang.
Franz mulai duduk ditepian. Ia masih menatap istrinya yang tertidur itu. Ia terlihat cantik bahkan saat tertidur sekalipun. Memang dia sudah tercipta cantik dari sananya. Bahkan jika Franz ditanya tentang Nona pun dia tidak akan berbohong. Dia akan menjawab Nona cantik, bahkan sangat cantik. Makannya Franz sampai sekarang sadar diri. Ia juga tidak berharap lebih akan pernikahan ini. Senang tidak senang, toh ia juga sudah memiliki tunangan.
Maafkan aku Nona. Aku meninggalkanmu terlalu lama dan bertemu dengan Hazna. Aku pasti berdosa besar sekarang, karena aku pergi meninggalkan istriku sendiri dan bertemu dengan wanita lain.
Andai saja Nona sedikit menghargai pernikahan ini mungkin aku tidak akan melakukan ini. Dan Andai saja Nona menerima pernikahan ini mungkin pertunangan ini juga sudah aku akhiri sejak kemarin.
Franz masih terdiam duduk. Begitu banyak hal yang ia pikirkan sekarang termasuk istrinya, tunangannya, omongan papa Indra dan sebagainya. Aduh semuanya bercampur aduk menjadi satu dikepala. Tanpa sadar istrinya pun sudah terbangun dan melihat kehadirannya.
Sejak kapan dia duduk disini? Dia menungguiku?
Namun melihat Franz yang terdiam dan melamun membuatnya pura-pura tidur kembali. Ia masih merasa malu untuk bangun.
Maafkan aku Nona.
Berulang kali Franz meminta maaf didalam hatinya. Tentu saja Franz bukan tipe lelaki yang tak bertanggungjawab. Makannya ia begitu merasa tak enak hati setelah meninggalkannya dan bertemu dengan Hazna. Bahkan tak sadar Franz menyeka rambut istrinya yang menghalangi wajah cantiknya itu dengan lembut sambil meminta maaf didalam hati.
Apa ini? Franz menyentuhku? Astaga kenapa aku jadi deg-degan.
Franz langsung pergi meninggalkan kamarnya. Karena ia merasa tidak enak lama-lama disitu. Terlebih jika ibunya mengetahuinya pasti akan ada banyak pertanyaan nantinya. Makannya ia keluar dari kamar itu dan memilih untuk duduk diluar.
Namun yang sedang ditinggal justru tersenyum kecil sambil melihat kepergiannya.
Kenapa aku merasa senang seperti ini. Dia hanya baru menyentuh rambutku. Aku pasti sudah gila!
Ada rasa senang bercampur tidak. Karena ia kembali teringat akan Franz yang sudah memiliki tunangan.
*
*
Setengah jam setelah itu Franz kembali menengok istrinya, karena waktu sudah menujukkan pukul 4 pas. Zenita tentunya sudah terbangun. Memang ia sudah terbangun sejak tadi si namun ia memilih untuk bermalas-malasan saja di atas ranjang Franz itu.
"Nona sudah bangun?"
"Sudah. Aku baru saja bangun." Berbohong.
"Maaf aku tertidur terlalu lama." Canggung harus berkata apa, jadi perkataan itulah yang ia lontarkan dari dalam mulutnya, terlebih mengingat sentuhan Franz tadi ia menjadi merasa malu sendiri. Padahal saat Franz menyentuh rambutnya tadi ia pun tidak tahu kalau istrinya sudah terbangun.
"Seharusnya aku yang meminta maaf Nona. Aku meninggalkanmu terlalu lama." Franz terlihat mengambil tentengan kecil yang ada dimeja dekat ranjangnya. Lalu ia pun memberikan isi tentengan itu kepada istrinya.
"Aku membelikan sesuatu untukmu Nona. Entah kenapa aku merasa suka melihat gelang ini jadi aku beli saja. Mungkin ini juga sebagai permintaan maafku karena meninggalkan Nona terlalu lama."
"Ini untukku?"
"Ya. Mungkin ini tidak seberapa Nona. Kalau Nona tidak suka ya terserah Nona mau diapain."
"Ini bagus kok lucu. Aku memang suka memakai gelang. Kalau begitu pakaikan"
Franz pun merasa senang dan langsung memakaikan gelang itu pada istrinya.
Ini semua akibat Hazna yang minta dibelikan gelang waktu pertemuan tadi. Tentu saja Franz merasa tidak adil jika ia tidak membelikan istrinya juga.
Waktu semakin sore, bahkan semakin gelap. kini keduanya harus segera pulang kerumah.
Namun saat akan pulang kerumah justru ban mobil Nona sudah kempes. Bahkan sangat kempes.
"Astaga! Bannya kempes Nona. Ada-ada saja!"
"Panggil montir saja kemari Mas. Atau bagaimana?"
"Iya tapi ini sudah gelap. Mungkin susah untuk mencari montir. Lagian bengkel yang bagus cukup jauh dari sini Nona, nanti kita kemaleman."
"Kalau begitu makan malam lah disini saja Franz. Bila perlu menginap jika kemaleman. Kasian Nona pasti dia ingin istirahat." Ibunya yang mengantar kedepan rumah pun bersuara melihat keadaan itu.
"Iya Nona makan malam disini saja. Bila perlu menginap. Nanti tidur denganku hehe.." Ujar Fara senang. Karena dirasa kini mereka bestfriend.
"Husss! Apa yang kau katakan Fara? Sopan lah sedikit pada Nona. Jika Nona tidur denganmu pasti kau akan menendang Nona. Tidurmu saja seperti baling-baling helikopter. Nona akan tidur sendiri dikamar Kakak." Timpal mama tak setuju.
Iya iya nanti pasti juga tidur dengan kakak bu.
"Hehe.Tenanglah Bu. Justru aku merasa senang jika Fara mau tidur bersamaku"
Mau bagaimana lagi? Keduanya tidak jadi pulang. Akhirnya mereka makan malam dirumah Franz. Namun Franz tetap berusaha untuk memanggil montir untuk datang kerumah.
Namun tampaknya hari semakin malam tentu saja membuat keduanya menginap.