Princess A Tyrant General

Beberapa hari Pangeran Drake tidak melihat keberadaan Leandra, bahkan di malam hari Leandra tidak tidur di kamar mereka. Entah kemana wanita militer itu pergi sepanjang hari dan berada sepanjang malam.

Sudah tak kuat menahan rasa penasarannya, ia memanggil Velix.

"Ya, Pangeran." Velix menunduk memberi salam, seperti biasa mereka berdua berada di ruang rahasia milik Pangeran Drake.

Sebenarnya tempat itu adalah ruangan untuk mengajar beberapa pelayan yang antusias ingin bisa membaca dan menulis.

"Aku menahan rasa penasaran ku selama beberapa hari ini, apalagi aku sibuk mempersiapkan untuk kedatangan dari pihak Prancis. Aku juga harus menyiapkan untuk kompetisi para istri Pangeran bersama para bagian pelaksana."

"Saya tahu, Pangeran."

"Jadi, apa yang dilakukan istriku selama beberapa hari ini? Kenapa di malam hari pun, dia tidak berada di kamar?"

"I-itu... jika Pangeran mendengarnya. Jangan marah pada saya, Pangeran. Sa-saya tidak bisa mengawasi Putri dari dekat, apapun yang dilakukan Putri Clarence di dalam sana bersama para lelaki itu... saya tidak tahu." Velix menunduk dalam, ia merasakan Pangeran Drake sedang menahan amarah setelah mendengar penuturannya barusan.

"Para lelaki?!"

Velix mengangguk, "Lelaki berbeda__"

"Bawa aku ke tempatnya sekarang juga...!!!" Pangeran Drake mengepalkan kedua tangan, wajah lelaki itu sudah tidak sedap dipandang.

Velix memutar tubuh berjalan keluar ruangan rahasia, berjalan tergesa-gesa ke tempat Leandra selalu tinggal sepanjang waktu. Padahal tidak selalu setiap waktu Leandra di dalam tempat itu, beberapa kali Leandra menyelinap keluar Istana untuk membuntuti Paman Eddy.

Sampailah Velix dan Pangeran Drake di depan sebuah dinding, ada ukiran simbol di dinding luar ruangan rahasia milik Leandra.

Ya, itu adalah tempat Leandra bertemu pertama kalinya dengan Rover si serigala. Leandra menjadikan tempat itu sebagai tempat rahasianya, meski sekarang sepertinya sudah bukan tempat rahasia lagi.

"Putri Clarence selalu masuk membawa beberapa pelayan dan pengawal lelaki ke dalam sana, saya tidak bisa membuka dinding ini Pangeran. Hanya Putri Clarence yang bisa, Putri menempelkan telapak tangan ke arah simbol di dinding." Tunjuk Velix pada ukiran sebuah simbol.

"Aku hidup di Istana sudah 26 tahun, kenapa baru sekarang aku mengetahui ada sesuatu di balik dinding ini? Padahal aku sering melewati lorong ini."

"Jadi bagaimana, Pangeran. Kita tidak bisa masuk, harus menunggu Putri Clarence membuka dinding."

"Sial! Membayangkan Lea bersama lelaki di dalam sana membuat dadaku terbakar, Velix! Arggttt....!!!"

Bugh!

Kepalan tangan Pangeran mendarat di dinding, jari-jari tangan Pangeran tampak memerah memar.

"Pangeran!"

"Aku tidak apa-apa, kita tunggu saja disini. Mumpung aku punya waktu!"

Pangeran Drake menyenderkan punggung badan ke dinding seraya meredam emosi, posisi nya berdiri seraya bersedekap.

Sekitar dua jam kemudian, akhirnya dinding terbelah di tengah-tengah membentuk sebuah jalan ke dalam ruangan.

Wanita yang ditunggu-tunggu akhirnya keluar juga, wajah Putri Clarence penuh dengan peluh menetes mengalir dari atas kepala hingga tetesan keringat terjatuh di bawah dagu.

"Pangeran, sedang apa kamu disini?" Leandra mengusap tetesan keringat.

Di belakang Leandra, beberapa lelaki berotot berdiri. Melihat Pangeran Drake mereka serentak memberi salam dengan menundukkan kepala. "Salam, Pangeran!"

"Pergi...!!!" geram Pangeran Drake menatap satu persatu wajah para lelaki dengan mata dinginnya seolah ingin mene_bas lee_herr mereka satu-persatu.

Wajah para lelaki itu nampak terbengong sebab tak mengerti letak kesalahan mereka dimana sampai Pangeran langsung membentak mereka semua.

"Ba-baik, Pangeran."

Mereka pergi dengan setengah berlari, ditatap bak seorang mangsa oleh Pangeran Drake membuat mereka ketakutan.

"Ada apa denganmu, kanapa marah?" Leandra bersedekap menatap tajam Pangeran Drake.

"Ruangan apa di dalam? Kenapa hanya kamu yang bisa membuka dinding ini?"

Leandra berdecak sebal, ia menoleh pada Velix. "Kamu melaporkan apa pada Tuan-mu ini, Velix?"

"Pu-putri... tahu namaku?" gagap Velix.

"Sejak awal aku sudah tahu kamu membuntuti ku atas perintah Pangeran. Jadi aku juga tahu namamu, bahkan kau menyukai Daisy pelayan pribadi ku... Aku juga tahu! Kau selalu sembunyi-sembunyi menatap pada Daisy dengan tatapan suka seorang laki-laki pada perempuan."

Velix salah tingkah, dia tidak percaya seorang ahli seperti dirinya dalam membuntuti seseorang kini malah balik dikuliti habis-habisan.

"Apa aku salah?" tantang Leandra sembari tersenyum devil, sebelah alisnya terangkat terlihat tampak tengil.

Glek.

Velix memilih diam.

"Kalian boleh Masuk!" Leandra menoleh kembali pada Pangeran Drake, tanpa menunggu keduanya Leandra membalikkan tubuh kemudian melangkah lebih dulu dan masuk ke ruangan itu.

Pangeran Drake dan Velix mengikuti langkah Leandra masuk ke dalam ruangan yang berada di balik dinding, tiba-tiba dinding itu tertutup kembali setelah ketiganya masuk.

Lilin-lilin di setiap sisi dinding sudah menyala terang, melewati lorong kecil yang hanya mampu dilewati sekitar dua orang. Velix berjalan paling belakang, Leandra memimpin jalan di depan. Hingga di depan sana suatu ruangan besar terlihat, beberapa suara lelaki terdengar.

"Putri Clarence memang patut diacungi jempol, lihat otot di lenganku sudah terbentuk meski baru empat hari! Hahaha...!" gelak tawa dari salah satu lelaki terdengar.

"Aku bahkan sudah bisa menembakkan senjata api! DORRRR....!" salah satu dari mempraktekan gerakan memegang senjata api dengan telunjuk dibentuk menembak.

"Putri Clarence memang wanita hebat! Kita bahkan diajari berbagai cara bertarung, kemarin aku dibawa ke hutan dan diajari bertarung di lumpur dan melewati sungai dengan beban 100 kilo di punggungku dan aku berhasil dalam 4× percobaan...!" seorang lelaki berbadan tinggi besar menepuk dadanya dengan bangga.

"Ya! Ya! Kalian semua anak didik ku yang hebat...!"

"PUTRI....!!!" semua lelaki itu tersenyum sumringah namun tiba-tiba senyum di bibir mereka surut mendapatkan tatapan mematikan dari seseorang yang berdiri di belakang Leandra.

"Pa-pangeran, salam. Ka-kami..." mereka gelagapan.

"Jangan takut, Pangeran datang hanya ingin menyapa kalian dan ingin melihat kemajuan latihan kalian." Leandra menepuk punggung Pangeran Drake agar merubah wajah seramnya. "Normalkan raut wajahmu, mereka ketakutan!"

Pangeran Drake pun berusaha berwajah tanpa ekspresi, lalu menghembuskan nafas panjang. "Apapun yang sedang kalian lakukan, lanjutkan!"

"Baik!" mereka pun kembali dengan kegiatan masing-masing. Ada yang melakukan push-up sendirian. Ada dua orang yang berlatih dengan bertarung dengan gerakan-gerakan yang memang baru dilihat oleh Pangeran.

Paling menyita perhatian mata Pangeran Drake adalah senjata-senjata aneh yang berada di dalam sebuah peti.

Menyadari tatapan Pangeran Drake, Leandra berjalan ke arah peti lalu menarik satu senjata api berlaras panjang.

"Ini adalah senjata api berlaras panjang, jenis AK-47 senapan serbu yang dioperasikan dengan gas dan dilengkapi dengan senapan 7.62 × Kartrid 39mm." Leandra mendekati Pangeran sembari menjinjing senjata AK-47 dengan berat 4,3kg namun terlihat sangat ringan di pegangan tangan wanita itu dengan panjang senjata sekitar 870 mm.

"Kamu masih ingat senjata yang ditembakkan Paman Eddy di dunia-ku, apa mirip dengan yang ini?" tanya Leandra mengangkat senjata.

"Bukan... aku melihat lebih kecil dari ini." Pangeran Drake menggeleng.

"Memang senjata di dunia-ku banyak ragamnya, bahkan senjata yang dipakai Paman Eddy tidak bersuara karena memakai peredam. Mungkin senjata yang dia pakai saat menembak ku adalah senjata api berlaras pendek dengan silencer."

Pangeran Drake memerhatikan setiap detail bentuk senjata api di tangan Leandra.

"Mau coba memegangnya? Anak-anak sudah sering berlatih menggunakan senjata dalam beberapa hari ini, ini..." Leandra menyodorkan nya.

Dengan rasa penasaran yang tinggi, Pangeran akhirnya mengambil senjata laras panjang itu dan menimang dengan kedua tangan. Mata lelaki itu memancarkan rasa takjub, sebab untuk kedua kalinya dia melihat senjata api.

"Ada apa lagi di dalam peti itu?" tanya Pangeran kembali penasaran.

"Lihat sendiri," Leandra berjalan kembali ke arah peti diikuti Pangeran.

"Ini namanya granat, penghancur yang menyebabkan ledakan saat kita berada di dalam hutan tempo hari. Lalu, yang ini namanya teropong untuk memata-matai atau mengawasi suatu obyek dalam jarak jauh, dengan memakai ini kita bisa mendekatkan jarak yang kita intai hingga terlihat jelas."

"Ini adalah Proyektil peluru. Disebut mata peluru atau anak peluru berupa proyektil padat yang ditembakkan dari senjata api untuk merusak target dengan cara menembusnya dengan energi kinetik yang dihasilkan oleh kecepatannya yang sangat tinggi."

Mata Pangeran Drake semakin berbinar.

"Lalu yang ini?" tunjuk Pangeran Drake pada benda lainnya.

"Belati tantangan, terkadang juga dikenal sebagai belati 'meninju' dirancang untuk dikenakan di lengan pemakainya seperti sarung tangan selama pertarungan jarak dekat."

Leandra manarik benda militer lainnya.

"Yang ini, namanya Masker topeng kulit berwarna coklat dengan lensa mata berkisi. Masker yang dirancang untuk melindungi wajah dan mata si pemakai dari 'percikan' atau pecahan logam panas yang memantul."

"Satu lagi... ini adalah Periskop parit terdiri dari cermin bersudut yang memanjang melampaui bagian atas parit. Memungkinkan prajurit melihat ke atas parit tanpa terkena tembakan musuh."

"Darimana kamu mendapatkan semua ini, Lea?" kini Pangeran menelisik wajah Leandra, sungguh setiap hal yang berhubungan dengan wanita militer dari dunia lain itu dapat membuatnya tercengang.

"Jadi begini..."

Flashback beberapa hari lalu....

Leandra sudah merencanakan akan mengikuti kemanapun Paman Eddy pergi, sebab ia yakin jawaban dari segala keajaiban dirinya bisa datang ke dunia pararel ada hubungannya dengan Paman Eddy dan Ratu Alexa.

Hingga akhirnya Leandra sampai di suatu tempat di kaki gunung berjarak sekitar 4 jam dengan menaiki kuda.

Setelah sampai di kaki gunung, dalam sekejap mulut wanita militer itu menganga tak percaya. Disana bahkan sudah ada mobil berjenis Jeep, bahkan di Kerajaan saja semua orang masih menggunakan kereta kuda atau seekor kuda.

Namun di tempat ini... semua berada diluar bayangan Leandra. Tampaknya dunia pararel tempat Putri Clarence berada sedang tidak baik-baik saja, sepertinya perang dunia akan tercetus jika Ratu Alexa sampai berkuasa.

Apa target Ratu Alexa bukan hanya ingin berkuasa di Kerajaan dalam negaranya saja, akan tetapi Ratu juga ingin menguasai seluruh dunia pararel? Menguasai Negara-Negara lain?! Gila...!!!!

Jangan sampai Ratu Alexa mengetahui tentang dunia asli Leandra dan mencari cara untuk bisa datang kesana, kemungkinan... Dunia real Leandra pun akan dikuasai oleh Ratu dengan segala ambisinya.

_______ Continue _______////