NovelToon NovelToon
Kerinduan Di Antara Awan

Kerinduan Di Antara Awan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Dewa Aksara

Di antara kabut tebal yang melingkupi sebuah kota kecil, terdapat dua insan yang terpisah oleh luka-luka masa lalu dan dinding-dinding yang mereka bangun di sekitar hati mereka. Maya, seorang gadis muda dengan senyum rapuh yang menyembunyikan kesedihan yang tak terucapkan, bertemu dengan Atma, seorang penyair puisi yang membawa beban kesedihan yang sama beratnya.

Dalam taman yang dikelilingi oleh awan mendung, di tempat di mana kesedihan bersarang, keduanya menemukan tempat untuk berbagi cerita-cerita mereka yang penuh dengan rahasia dan rasa sakit. Di antara puisi-puisi yang penuh dengan warna dan keheningan yang menyentuh, Maya dan Atma menemukan cinta di antara kabut-kabut kesedihan.

Namun, cinta mereka tidak datang tanpa rintangan. Bayang-bayang masa lalu yang mengejar mereka, bersama dengan rahasia-rahasia yang tersembunyi di balik senyuman mereka, menguji ketahanan cinta mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewa Aksara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan Dengan Senja

Keesokan harinya, Maya, Elma, dan Lestari kembali bertemu di kafe kesayangan mereka. Mereka duduk di meja yang sama seperti biasa, tersenyum dan menikmati suasana yang tenang.

Kali ini, pembicaraan mereka terfokus pada hubungan Lestari dengan Gema. Lestari dengan senang hati menceritakan kembali kisah awal mereka, dari pertemuan pertama hingga tahap-tahap berikutnya yang mengarah pada hubungan yang romantis.

Kala itu, Lestari duduk di bawah pohon rindang yang dipenuhi dengan daun-daun hijau. Cahaya senja menyinari langit, menciptakan warna-warna indah yang mengalun mempesona di ufuk barat. Dia duduk sendiri, merenungi keindahan alam yang menyapanya dengan damai.

Namun, kesendirian Lestari terputus ketika suara lembut memecah keheningan senja. Dia menoleh dan melihat seseorang berdiri di sampingnya, dengan senyuman hangat di wajahnya.

"Langit senja memang indah ya," ucapnya dengan suara lembut.

Lestari sedikit terkejut oleh kedatangannya tiba-tiba. "Benar sekali, sangat indah," jawabnya sambil tersenyum ramah.

Orang itu mengangguk. "Maaf jika aku mengagetkanmu. Nama saya Gema."

Lestari tersenyum sopan. "Senang bertemu denganmu, Gema. Aku Lestari."

Mereka berdua duduk di bawah pohon rindang itu, berbagi pandangan yang sama ke arah langit senja yang masih memancarkan warna-warni keemasan.

"Dapatkah aku bertanya, apa yang membawamu ke sini?" tanya Lestari, ingin memulai percakapan.

Gema tersenyum. "Sama seperti kamu, aku juga suka menyaksikan keindahan senja di bawah pohon ini. Menikmati hidup dengan rasa tenang dan damai."

Lestari menatap dan menanyakan dengan spontan. "Apa kamu punya masalah?"

Gema menggelengkan kepala, “Manusia itu selalu punya masalah” Jawabnya sambil menatap langit senja.

Lestari menghela nafas panjang, “Benar, apa yang kamu katakan itu benar"

Gema tersenyum sambil menatap jauh ke arah cakrawala. "Tapi bagaimana manusia itu sendiri menyikapi dan belajar tentang masalahnya” Lestari merenung sejenak, memikirkan makna di balik kata-kata Gema.

“Oiya Aku boleh menanyakan sesuatu kepadamu?” Tanya Lestari.

“Tidak, Aku berasal dari balik bukti itu,” Gema sambil menunjuk ke arah bukit tempat arah terbenamnya sang mentari.

Lestari melihat dengan simpati saat buku-buku dan kertas-kertas Gema tersebar di tanah, hembusan angin yang lembut memainkan halaman-halamannya. Tanpa ragu, dia membungkus kertas-kertas dan mengumpulkan buku-buku tersebut.

"Kamu suka menulis puisi juga ya?" tanya Lestari sambil membereskan barang-barang Gema.

"Iya," jawab Gema, tampak malu karena insiden tersebut, "Maaf, jadi merepotkan."

Lestari tersenyum menenangkan. "Tidak apa-apa, ini tidak merepotkan sama sekali."

Tiba-tiba, mata Lestari tertuju pada satu buku tipis yang terbuka di antara tumpukan lainnya. Ada sebuah puisi yang tertulis dengan tulisan indah di halaman tersebut. Lestari membaca dengan hati yang tergerak.

"Ini puisi kamu yang buat?" tanya Lestari, tanpa bisa menyembunyikan ketertarikannya.

Gema tersenyum malu-malu. "Iya, itu salah satu puisi yang aku tulis. Sebenarnya, puisi itu tentang bagaimana aku belajar mencintai diriku sendiri, dan bagaimana aku menggunakan kata-kata untuk mencurahkan apa yang spesial dalam hidupku."

Lestari terpesona oleh kejujuran Gema. "Puisi itu begitu indah dan penuh makna. Aku bisa merasakan setiap kata yang ditulis di dalamnya."

Gema tersenyum menghargai. "Terima kasih, Lestari. Menulis puisi bagi saya seperti sebuah jendela untuk memahami diri sendiri, untuk mengekspresikan apa yang sulit diungkapkan dengan kata-kata biasa."

Lestari tersenyum. "Aku juga merasa begitu. Kita mungkin memiliki cara yang berbeda untuk mengekspresikan diri, tapi dalam dunia puisi, kita bisa menemukan kedalaman yang sama."

“Aku boleh membacanya?”Tanya Lestari.

“Boleh, tapi maaf tulisanku tidaklah bagus” Jawab Gema.

“Terbaca kok,” Ucap Lestari dengan senyuman. “Tulisan Gema mirip dengan Atma, sudahlah, ini cuman perasaanku saja,” Ucap Lestari dalam hati.

...Aku dan dimana Kamu...

...Aku sedang mencari jawaban...

...Jawaban yang harus aku temukan sendiri...

...Aku tahu kamu disana sendirian...

...Aku tahu kamu sedang kesepian...

...Aku akan menemukan dirimu...

...Sejauh mata ini yang tidak memiliki batas pandangnya...

...Aku tidak pernah bertemu denganmu...

...Tapi ibuku menginginkan dan meminta dirimu hadir kembali...

...Kamu dimana?...

...Aku mencari mu lewat rangkaian kata...

...Semoga rangkaian kata ini bisa menemukanmu...

...Aku tahu kamu masih dibawah langit yang sama denganku...

“Romantis banget, emang gadis mana membuat kamu berjuang sekeras ini?” Tanya Lestari sembari mengembalikan buku tipis itu.

“Bukan seorang gadis, Tapi kakak aku,” Jawab Gema sembari memasukkan buku tipis itu ke dalam tasnya. “Kakak aku, sebelum aku lahir, aku merasa adalah anak pertama dari ayah dan ibuku, tapi ibuku mengatakan bahwa aku memiliki kakak, tapi ibu tidak tahu ia kemana, ibu sangat mencintai kakakku, tapi ibu lupa siapa nama kakak ku itu.” Gema yang menatap Lestari dengan mata yang penuh dengan kesedihan dan senyum kepalsuan.

“Semoga cepat bertemu ya,” Ucap Lestari, angin yang berhembus mengakibatkan dedaunan jatuh di atas kepala mereka, “Sebentar, ada...” Ucap Gema yang mengambil daun yang menyelip di rambut Lestari.

“Terima kasih, Gema” Ucap Lestari dengan malu, Gema mengambil Dedaunan itu dan mendekatkan wajahnya dengan wajah Lestari, Lestari terpaku melihat wajah Gema yang sangat dekat.

Saat Gema mencoba mengambil dedaunan yang terselip di antara rambut Lestari, tanpa sengaja, tangan yang menjadi penopang tubuhnya tergelincir karena ketidakseimbangan. Akibatnya, tubuh Gema dan Lestari terjatuh dengan lembut ke tanah yang empuk di bawah Pohon Perjanjian.

Mereka saling menatap satu sama lain, terdiam dalam momen yang tak terduga. Suasana seakan-akan merestui pertemuan mereka, dengan hembusan angin yang lembut membelai rambut mereka dan cahaya senja yang memancar di langit sore.

Tiba-tiba, segerombolan burung terbang melewati langit, menyisakan jejak-jejak anggun di udara senja. Lestari dan Gema menoleh ke arah burung-burung itu, dengan Lestari berada di bawah dan Gema di atasnya.

Mereka saling bertatapan, matanya penuh dengan keajaiban dan kehangatan. Tidak ada kata-kata yang perlu diucapkan di antara mereka, karena keheningan telah memberi ruang bagi kehadiran satu sama lain.

Di bawah Pohon Perjanjian, di tengah-tengah langit senja yang mempesona dan segerombolan burung yang melintas di langit, Lestari dan Gema merasakan keajaiban pertemuan mereka. Mereka tersenyum, merasakan ikatan yang tumbuh di antara mereka seperti akar yang merangkum tanah di sekitar Pohon Perjanjian itu sendiri.

Balik dengan Maya dan Elma yang mendengar cerita dari Lestari, Maya memukul meja dengan keras sehingga semua yang ada di kafe itu menoleh ke arah mereka “Maaf, kelepasan,” Ucap Maya dengan rasa yang tidak enak, “Heh, Kamu tidak melakukan hal yang tidak-tidak, bukan?” tanya Maya dengan tatapan tajam.

“Gimana rasanya?” Tanya Elma tanpa berfikir panjang.

“Heh... “ Ucap Lestari yang menatap Elma, “Tidak, Tidak mungkin aku melakukan hal yang begituan di tempat umum” Jawab Lestari dengan tegas.

“Ditempat gelap-gelap saja kalau mau melakukan hal itu” Ucap Elma dengan santainya.

“Ya ampun, teman aku satu ini, mulutnya emang gak ada rem sama sekali” Ucap lestari yang lemas karena ucapan dari Elma.

“Terserahlah, aku tidak melakukan apa-apa, tenang saja” Ucap Lestari

1
Kana
bangun atma. ku tabok ya bkin cape nangis kau/Right Bah!/
Kana
pingsan aja biar ga cape 🙃
Kana
lagi kerja aku jgn dibuat nangis bisa? 🥺
Gema: siapa suruh baca di saat kerja wkwkw
total 1 replies
Aegis Aetna
aku mampir kak, semangat.
Gema: Terimakasih udah mampir yaa
total 1 replies
Kana
😢 ini mah buku diary
Kana
elma😭
Gema: parah elma nya ya
total 1 replies
ATAKOTA_
sangat menyentuh
Gema: terimakasih
total 1 replies
Kana
Ga sabar pengen ketemu kayanya ya🤭
Kana
ciiee 😚
Kana
Jangan makan pedes atma🤨
Gema: hahaha
total 1 replies
Kana
kasian lestari🥀
Gema: Maaf ya wkwkw
total 1 replies
Kana
jahil nya 🤨
Kana
Semangat Nulisnya🥰
Gema
Selamat menikmati perjalanan Atma dan Maya yah
Gema
senyum senyum yah wkwkw
Kana
Senyum2 nah🤭
Kana
Semangat dan Sukses Untuk Novelnya 🌷
Kana
Keren🥰
Gema: makasih sayang
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!