NovelToon NovelToon
Jingga Swastamita

Jingga Swastamita

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Angst / Enemy to Lovers
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: CHIBEL

Namanya Jingga Swastamita, seorang gadis yang hidup selama 19 tahun di panti asuhan.

Jingga, nama yang di berikan oleh ibu kandungnya, serta Swastamita yang memiliki arti senja. Nama yang di berikan oleh Ibu panti, karena ia ditemukan saat matahari akan kembali ke peraduannya.

Tanpa ia duga, seorang pria yang mengaku sebagai ayahnya datang menemuinya setelah bertahun-tahun lamanya dan membawanya tinggal bersama.

Dia akan hidup bersama ayah dan juga ketiga saudara laki-lakinya. Saudara yang pada kenyataannya sangat membenci kehadirannya.

Penderitannya di mulai sejak hari pertama ia menginjakkan kaki di sana. Mampukah Jingga melewati semua perlakuan buruk ketiga saudaranya? Apalagi salah satu dari mereka ternyata menginginkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 - Salah aku, apa?

Jean memacu kuda besinya dengan kecepatan tinggi, ia mengabaikan klakson mobil maupun motor yang hampir ia tabrak.

Dia sudah mendapatkan lokasi dari Mario dan juga Jingga berada. Dia bisa langsung menyimpulkan bahwa temannya itu yang ditemui oleh Jingga, mengingat Mario pernah mengatakan bahwa ia tidak akan meyerah.

Benar saja, lokasi keduanya saat ini bukanlah kafe dekat kampus, melainkan hotel yang letaknya juga tak jauh dari kafe tersebut.

Sekarang sudah jam 9 malam, jika saja Jean tidak mengancam salah satu antek-antek Mario, mungkin sampai sekarang ia belum mengetahui keberadaanya.

Pemuda itu memarkirkan motor sportnya di dekat pintu hotel dengan sembarangan. Setelah melepaskan helmnya, ia berlari masuk ke dalam hotel, ia bahkan mengabaikan teriakan security.

"Katakan, orang bernama Mario Wiguna berada di kamar nomor berapa" ucapnya dengan dingin kepada resepsionis hotel.

"Maaf, Tuan. Kami tidak bisa mengatakannya, itu privasi pelanggan hotel," jawab resepsionis berjenis kelamin wanita itu dengan seopan.

Jean mendengus pelan lalu mengeluarkan ponselnya, ia mencar nomor seseorang yang ia kenal dan menghubunginya.

"Paman! Tolong pecat resepsionis hotel milik Paman sekarang juga. Dia menghalangi Jean!" ucap pemuda itu saat panggilan telepon sudah tersambung.

Jean menatap resepsionis yang wajahnya kini terlihat pias, "Jean hanya ingin menyusul teman yang menginap di sini," ucap Jean lagi.

"Baiklah. Terima kasih, Paman."

Panggilan terputus, Jean kembali menatap resepsionis itu dengan tajam. "Berikan kuncinya sekarang atau kau benar-benar akan di pecat sekarang juga," ancamnya. Jean tidak berbohong, pemilik hotel ini adalah pamannya, adik dari ibunya.

:

Resepsionis tersebut akhirnya mengambil kunci di mana orang bernama Mario Wiguna berada. "Silahkan, Tuan," ucapnya gugup sembari menyerahkan kunci padanya.

Jean menerima kunci tersebut dan segera berlari menuju lift. Ia masuk dan memencet angka 8, karena Mario berada di kamar nomor 809. Dia terlihat bergitu gusar dengan detak jantung yang menggila.

Sesampainya di depan kamar yang ia tuju, Jean segera menempelkan card lock di gagang pintu.

Tit! Tit!

Jean segera menarik gagang pintu ke bawah saat kunci sudah terbuka. Pemuda itu mengeraskan rahangnya saat sudah berdiri di ambang pintu.

Dari posisinya ia bisa melihat Mario yang sedang bergerak di atas ranjang. Dengan langkah lebar, Jean menghampiri Mario dan tanpa peringatan menarik pemuda itu hingga tersungkur di lantai.

Mario yang memang terlalu terbuai dengan kegiatannya tidak mendengar ada seseorang yang masuk ke dalam kamar yang ia gunakan. Bahkan sebentar lagi ia akan mencapai klimaks.

BUG!!

Satu bogeman Jean berikan kepada Mario. "Udah gue bilang jangan yang ini, BRENGSEK!!" teriaknya.

BUG! BUG! BUG!!

Jean meninju wajah Mario berulang kali hingga babak belur. Pemuda itu juga menginjak perut Mario berulang kali, "Mati lo penjahat kelamin!!"

Jean terengah-engah, di bawahnya Mario sudah tidak sadarkan diri. Ingin rasanya ia memotong kelamin pemuda itu yang basah dengan lendir.

Mengingat tujuannya kemari, Jean menolehkan kepalanya ke arah ranjang yang mana Jingga telentang dengan mata yang menatap langit-langit.

Keadaannya benar-benar kacau, bekas lelehan air mata di wajahnya serta bercak merah yang hampir mengiasi seluruh tubuhnya, serta cairan putih yang berserakan di atas perut serta pahanya.

"Jingga?" panggil Jean dengan pelan. Ia mendekati gadis itu yang sama sekali tidak bergerak meskipun dalam keadaan sadar.

"Maaf aku terlambat," lirih pemuda itu.

"Salah aku, apa?" ujar Jingga. "Salah aku apa sampai di perlakukan kayak gini? Apa karena aku anak haram?" lanjutnya.

Mata Jean memerah mendengar ucapan gadis itu. "Apa anak haram memang akan berakhir seperti ini? Dulu Ibu juga di perkosa Ayah, sekarang aku juga berakhir di perkosa oleh kalian berdua," kata Jingga di iringi kekehan kecil.

Sekeras-kerasnya hati Jean, saat melihat orang yang ia cintai dengan keadaan seperti ini, ia akan luluh seketia. Tatapan kosong itu, membuat hatinya sakit.

"Pulang ya? Aku telpon Jio biar antar mobil ke sini," ucap Jean lalu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi sang adik.

"Jean gak mau nyentuh aku sekalian? Mumpung gak di rumah. Jean bisa pake tubuh Jingga sepuasnya."

Mendengar kalimat itu, Jean meremat ponselnya dengan kuat. "Gak usah bayar, gratis kok buat Jean," tambah gadis itu.

Pemuda itu tidak menghiraukan ucapan Jingga, "Ji! Bawa mobil ke hotel Merdeka sekarang!" perintahnya kepada sang adik di seberang sana.

"Bawa aja! Gak usah banyak tanya!"

Setelah mengatakan itu, Jean mencari pakaian Jingga yang tersebar di atas lantai. Rahangnya kembali mengeras saat melihat baju Jingga yang sudah tidak layak pakai alias robek.

"Jio mau ke sini ya? Kalau gitu nanti aku minta Jio buat pake tubuh aku juga. Jio pernah ngasih aku minuman, sebagai gantinya dia bisa pake tubuh aku juga," ucap Jingga dengan tawa pelan.

"Apa Kak Jason aku kasih juga, ya?"

Jingga masih meracau yang mana mampu membuat Jean meneteskan air matanya. Gadis itu terlihat trauma berat akan apa yang menimpanya kali ini.

Tidak ada plihan lain, Jean mengambil selimut yang teronggok di lantai dan segera membalut tubuh telanjang Jingga.

Matanya menatap ke arah pergelangan kaki serta tangan Jingga yang memerah. Tangannya kembali mengepal kuat, Mario harus menerima hukuman yang setimpal.

30 menit kemudian, Jio sudah mengabari jika ia sudah sampai di parkiran. Dengan sigap, Jean menggendong Jingga dan membawanya keluar, meninggalkan Mario yang masih terkapar di sana.

"Kak Jingga!!" pekik Jio saat melihat kakak tirinya yang berada di gendongan Jean.

"Buka pintunya, Ji!" perintah Jean.

Jio segera membuka pintu belakang, "Kak Jingga kenapa, Kak?!" tanya Jio penasaran.

"Gak usah banyak tanya, nanti Kakak jelasin di rumah," jawab Jean yang kini sudah duduk di kusi belakang dengan Jingga yang berada di pangkuannya.

Jio menutup mulutnya dan segera melangkah menuju kursi kemudi setelah menutup pintu belakang.

Di dalam mobil begitu hening, ketiga orang yang berada di dalamnya sibuk dengan isi pikiran masing-masing.

Jio terkadang mencuri pandang lewat kaca tengah, ia bisa melihat Jingga yang menatap kosong jalanan dan juga Jean yang mengelus puncak kepala gadis itu.

Sampai di rumah, Jio membantu membuka pintu dan mengekori kakaknya masuk ke dalam rumah.

"Jingga kenapa, Je!" tanya sang kepala keluarga yang sedang berbincang dengan seorang pria asing di ruang tamu.

Jean menatap sekilas tamu ayahnya, "Jingga di perkosa, Yah," lirih Jean.

Jerry dan juga tamunya yang merupakan Yuda itu melotot kaget. "Siapa! Siapa yang udah ngelakuin hal bejat itu!!" tanya Jerry dengan amarah yang memuncak.

"Senior Jingga, Yah," jawab Jean. "Jean bawa Jingga ke kamar dulu," lanjut pemuda itu lalu melangkah menuju kamar Jingga di ikuti Jio.

Selepas kepergian ketiganya, Yuda menatap tajam Jerry. "Sekarang kau sudah lihat? Kau benar-benar gagal menjaganya! Kau tidak pantas disebut sebagai Ayah!" amuk Yuda.

"Kau pasti tidak tau, kan? Anak keduamu sudah memperkosa Jingga beberapa hari yang lalu. Dan sekarang anak malang itu di perkosa oleh Kakak tingkatnya sendiri?!"

Jerry terkejut mendengar hal tersebut, "Keputusanku sudah bulat! Aku akan membawa pergi Jingga sejauh mungkin dari kalian," pungkas Yuda.

Pria itu segera meninggalkan ruang tamu dan menuju lantai atas di mana kamar Jingga berada, meninggalkan Jerry dengan pikiran yang berkecamuk di otaknya.

Bersambung

Semoga suka dengan Bab ini, jangan lupa like subscribe dan komen ya

Terima kasih sudah membaca. Dukungan kalian sangat berharga buat author, biar semangat buat update☺️

1
HiLo
ceritanya menarik
WiLsania
jalan ceritanya kek naik rollercoaster
Fatma Kodja
malang benar nasib jingga, ayo Paman Yudha bawa jingga sejauh-jauhnya agar tidak ditemukan oleh ayahnya dan juga kakak tirinya, biarkan mereka menerima karma karena akibat kesalahan ayahnya yang memperkosa ibunya hingga menghasilkan jingga dan sekarang jingga juga korban dari perkosaan saudara tiri dan juga Mario
Fatma Kodja
jahat sekali Jason sama Jean kenapa mereka tega sama jingga padahal jingga juga korban karena terlahir dari anak yang tanpa status nikah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!