NovelToon NovelToon
Guru Dingin Itu Adalah Ayahku

Guru Dingin Itu Adalah Ayahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari dari Pernikahan / Konflik etika / Anak Kembar / Anak Yatim Piatu / Romansa / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:12.4k
Nilai: 5
Nama Author: Gywnee

"Untuk sementara waktu menyamarlah jadi guru disana, entah kenapa aku merasa orang itu juga berada di sekolah itu." Ucap seorang pria 35 tahun, dia bernama Leon, dia adalah ketua kepolisian.
"Tenang saja Axel, tidak ada yang mengenalimu aku akan mengganti identitasmu. Namamu akan aku ubah menjadi Gavin Alexander." Jelas Leon sambil menyentuh pundak Axel, lalu Axel menatap Leon dengan tatapan dinginnya.

"Tujuanku bersembunyi dari orang-orang, kenapa malah menyuruhku jadi guru disana?" Tanya Axel dengan kesal.
Leon menatap Axel dengan kesal, "Aku tidak mau membicarakan ini tapi putra dan putrimu sekolah disana, apa kau tidak takut jika terjadi sesutu dengan mereka?" Tanya Leon.
"Ini saatnya kau bekerja sebagai polisi sungguhan bukan polisi bayangan lagi Axel." Ucap Leon sambil tersenyum.

Axel hanya diam, dia sebenarnya lebih memikirkan tentang kedua anaknya daripada orang itu.

"Leon, apa kau tahu siapa nama anak-anakku?" Tanyaa Axel dengan raut wajahnya yang sedih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gywnee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 23

Lalu mereka pergi ke tempat penyewaan gedung olahraga. Dan mereka pun mulai bertanding basket. Axel senang kemampuan Vyan melebihi dirinya.

"Wah kita 4-3, ngalahin bapak susah banget sihh..." Ucap Vyan dengan ngos-ngosan.

"Kamu udah bagus loh ini," Puji Axel.

"Kalau sama bapak masih kalah jauh." Jawab Vyan.

Lalu Vyan mengambil bola Axel dan memasukan ke ring, dan akhirnya bolanya masuk. Vyan berteriak dengan senang sedangkan Axel hanya tersenyum melihatnya.

"Yang tadi dianggap skor juga ya pak..." Pinta Vyan.

Axel berdecih tersenyum, "Kita 4-4 kan, ayo istirahat dulu!" Ajak Axel.

Lalu mereka duduk sambil minum.

"Ahh lega banget rasanya..." Ucap Vyan dengan senang.

"Kenapa?" Tanya Axel dengan heran.

"Enggak tahu sih pak, tapi rasanya lega aja..." Jawab Vyan.

Axel hanya diam, lalu dia meminum minumannya.

"Bapak boleh saya tanya sesuatu?" Tanya Vyan dengan heran.

"Hm, katakan saja!" Jawab Axel.

"Apa bapak pernah membenci ayah pak Gavin?" Tanya Vyan dengan sedih. Axel terkejut dengan pertanyaan Vyan, dan dia tahu hal tersebut mengarah ke dirinya, tidak mungkin Vyan dan Vani tidak membencinya karena dia meninggalkan Keara sendirian menanggung semua itu.

"Tentu saja pernah." Jawab Axel, dia juga mengingat masa lalunya dengan papanya sendiri.

"Lalu apa bapak tidak memikirkan ibu bapak, mungkin saja ibu bapak akan sedih kalau bapak membenci ayah bapak sendiri?" Tanya Vyan dengan heran.

"Tentu saja iya, tapi situasi kita mungkin beda Vyan." Jawab Axel.

"Iya juga sih pak, aku dari kecil tidak pernah tahu siapa papaku...wajahnya pun aku tidak tahu, bahkan cerita tentang dia dari mama pun aku tidak tahu. Aku kesal dan muak karena tidak pernah mendapat jawaban yang aku inginkan tentang papa, tapi aku tidak mau menunjukkan hal itu ke mama aku takut mama sedih....menurut bapak kenapa papa saya pergi? padahal mama saya bilang papa tidak pernah menyakiti dirinya." Tanya Vyan dengan sedih.

Axel hampir meneteskan air mata mendengar pertanyaan itu dari putranya, dia tidak mau melihat Vyan karena emosinya bisa pecah jika dia melakukannya.

"Vyan...papa mu mungkin punya alasan melakukan hal itu, jika kamu benci tidak apa-apa benci saja dia, nanti kamu juga akan tahu kenapa dia melakukan ini dan itu." Jawab Axel.

Vyan tersenyum kecil, "Baru kali ini ada orang yang mengatakan itu padaku, eum...aku pikir memang begitu sih, mungkin aku akan benci papa sampai papa cerita semua tentang dia." Ucap Vyan.

Axel tersenyum kecil, lalu dia berdiri.

"Mau lanjut lagi?" Tanya Axel sambil mengulurkan tangannya, dan Vyan tersenyum lalu dia meraih tangan Axel. Dan mereka memulai basket lagi.

Keesokan harinya.

Keara mengantar kedua anaknya ke SMA Nory, dan Ivan pun ikut mengantar mereka berdua. Setelah mereka berdua di kantor guru, mereka diantar ke kelas mereka oleh wali kelas mereka.

"Apa kau yakin disini?" Tanya Vani dengan heran.

"Yakin saja." Jawab Vyan.

Keara dan Ivan tersenyum melihat mereka.

"Akhirnya keinginan Axel terwujud, oh iya Keara ada yang ingin aku bicarakan padamu." Ucap Ivan.

"Apa?" Tanya Keara dengan heran. Lalu mereka berdua masuk ke dalam mobil Ivan untuk mengobrol.

"Ada apa Ivan?" Tanya Keara dengan heran. Lalu Ivan memberikan black card ke Keara.

"Apa maksudnya ini?" Tanya Keara dengan heran.

"Dari Axel, dia juga memberikan ini untuk mereka berdua." Ucap Ivan lalu dia mengeluarkan 2 black card lagi. Keara terdiam dia masih memikirkan banyak hal untuk menerima kartu ini.

"Dia itu ayah dari anak-anakmu, jadi hal seperti ini sudah wajar Keara." Jelas Ivan.

"Lalu bagaimana dengan dia? jangan-jangan dia tidak ada uang lagi." Ucap Keara dengan cemas.

Ivan berdecih tersenyum, "Kau lupa siapa dia, tenang saja uangnya tidak akan habis. Terima saja." Ucap Ivan.

Lalu Keara menerima 3 kartu itu.

"Tinggallah di apartemen, Axel sudah menyiapkan rumah untuk mu." Ucap Ivan.

"Tidak. Jika hal-hal seperti ini datang tiba-tiba aku takut anak-anak akan curiga." Jawab Keara.

"Iya sih kau benar..." Jawab Ivan.

"Aku akan tetap di rumah itu sambil menunggunya datang." Jawab Keara sambil tersenyum. Ivan tersenyum kecil.

.

Saat jam istirahat, Vani sangat heran dengan saudara kembarnya yang cepat akrab dengan anak-anak disana. Bahkan dia sudah diajak main basket oleh anak-anak cowok, dan juga anak-anak cewek terlihat menyukainya, mereka membicarakan Vyan jika Vyan ganteng, keren, dan humble. Sedangkan Vani, dia hanya diam di bangkunya. Dia tidak tahu cara berinteraksi dengan orang baru, dan dia sangat merindukan Falen sekarang.

Melihat Vani yang hanya diam di tempat, Vyan menghampirinya.

"Ayo makan di kantin!" Ajak Vyan.

Vani menoleh ke Vyan, "Dengan mereka?" Tanya Vina.

"Iya lah, ayo!" Ajak Vyan. Dan mau tidak mau Vani harus ikut dengan Vyan, karena dia baru disini jadi dia malu kalau ke kantin sendirian. Vyan berusaha membuat Vani dekat dengan mereka tapi Vani terlihat malu dan tidak percaya diri. Meskipun begitu Vyan tetap menemani Vani karena dia tahu Vani tidak mudah beradaptasi dengan lingkungan baru tidak seperti dirinya.

Axel tersenyum melihat mereka berdua, dia senang karena Vyan yang begitu pengertian dengan saudaranya sendiri. Dia tidak meninggalkan Vani meskipun dia sudah dapat kenalan banyak disana.

"Apa itu anak-anak bapak?" Tanya kepala sekolah itu dengan heran, karena Axel begitu muda untuk memiliki anak berusia 16 tahun.

"Iya. Tapi saya harap anda tidak memberitahu ini ke siapapun." Jawab Axel.

"Tentu saja pak," Jawab kepala sekolah itu sambil tersenyum.

"Kalau begitu saya permisi." Ucap Axel lalu dia pergi.

Kepala sekolah itu tersenyum, "Kenapa anak semuda dia bisa sehebat ini, donasi besar untuk sekolah ini...apa karena ada anak-anaknya disini." Gumam kepala sekolah itu dengan heran.

"Mereka berdua beruntung punya ayah seperti dia." Gumam kepala sekolah itu sambil tersenyum.

Sepulang sekolah.

Vyan dan Vani pulang naik taksi karena jarak sekolahnya cukup jauh dari rumah mereka.

Di sepanjang jalan Vani hanya diam sedangkan Vyan sibuk membaca pelajaran yang sudah diajar tadi.

Lalu Vyan menoleh ke Vani.

"Mau makan dulu, kayaknya ini sudah lewat jam makan siang." Tanya Vyan karena dia takut Vani sakit lagi.

"Enggak." Jawab Vani.

"Pak tolong berhenti di restoran depan itu ya pak, terimakasih." Ucap Vyan sambil tersenyum. Vani menoleh ke Vyan dengan tatapan kesal karena tidak mendengarkan dia.

Dan mereka berdua makan direstoran kecil itu. Dia terheran-heran melihat Vani yang makan dengan lahab.

"Tadi sok-sokkan enggak mau..." Gumam Vyan dengan kesal.

"Vyan kau tidak lapar kan, boleh minta ayam sedikit enggak?" Tanya Vani, belum juga dijawab Vani sudah mengambil semua ayam Vyan.

"Makan saja, aku sudah kenyang hanya melihatmu." Ucap Vyan.

Vani tersenyum lalu dia makan dengan lahab. Vyan memperhatikan saudaranya itu, baru kali ini dia melihat Vani yang tersenyum seperti itu.

"Vyan..." Panggil Vani.

"Apa??" Tanya Vyan dengan nada kesal.

"Aku tahu dari internet kalau ada toko buku disini," Ucap Vani.

"Enggak. Aku ada janji sama mereka mau basket nanti sore." Jawab Vyan.

"Cepet banget sih akrabnya heran, anterin bentar kenapa sih, uangku kurang jadi nanti bayarin dulu." Ucap Vani dengan kesal.

"Ada ya orang minta tolong marah-marah gitu?" Sahut Vyan dengan kesal.

"Kalau kau enggak ngeselin ya enggak bakal marah!" Jawab Vani dengan kesal.

"Makanya dong punya teman banyak, cuma aku kalau enggak ya Falen mulu." Ucap Vyan dengan kesal.

"Apa hubungannya sih, yaudah sih kalau enggak mau!" Jawab Vani dengan kesal lalu dia keluar dari restoran.

"Kenapa pergi seenaknya. Kalau nyasar baru tahu." Gumam Vyan dengan kesal.

"Vani tunggu oyyy..." Teriak Vyan.

.

Axel keluar dari kantornya, Axel ingin pergi ke kedai Keara. Dan saat dia membuka mobilnya tiba-tiba ada seseorang dari belakang yang menyodorkan pisau di lehernya.

"Diamlah, dan ikut!" Ucap orang itu.

Axel berdecih tersenyum.

1
hitijahubessyjeane 01
keren
Mbak Thia
cerita nya bagus tapi tolong di tetap kan namannya Vina apa vani
Gywnee: namanya vina, kadang salah ketik ☺🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!