NovelToon NovelToon
My Lovely SPG

My Lovely SPG

Status: sedang berlangsung
Genre:cintamanis
Popularitas:23k
Nilai: 5
Nama Author: De Shandivara

Danisa seorang gadis cantik dan sederhana. Tidak tamat SMU karena kondisi perekonomian keluarganya yang sulit mengharuskannya bekerja dan merelakan cita-cita.

Demi membantu menyambung kehidupan ibu dan adik-adiknya, Danisa rela bekerja banting tulang menjadi SPG di toko sepatu di sebuah mall.

Suatu hari, pertemuannya dengan laki-laki berpenampilan compang-camping yang menurutnya seorang tuna wisma, Danisa memberikannya jatah makan siangnya.

Siapa sangka rupanya pertemuan itu mengubah alur takdir Danisa hampir keseluruhan karena ternyata pria yang dia kira miskin itu adalah pemilik perusahaan brand sepatu tempat dia bekerja.

Bagaimana kisah Danisa? Ayo kita berkelana di sini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon De Shandivara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malam Di Grand Park

Danisa mengusap kepala bocah berusia delapan tahun yang duduk di sisinya, dia adiknya yang bernama Kania.

"Ayahku pergi saat Kania masih bayi, dia lebih memilih wanita keduanya daripada ibuku yang saat itu bahkan masih masa nifas," cerita Danisa.

"Ibulah yang bekerja keras untuk menghidupi ketiga anaknya, sampai suatu hari ibu mengalami musibah tak terduga jatuh di kamar mandi hingga kondisinya menjadi seperti ini."

Danisa menyudahi kisahnya, dia menengok ke samping, dan tersenyum lebar. "Ya itulah secuil tentang aku, bagaimana denganmu?"

Burhan yang nyaris terbawa suasana dengan cerita sedih Danisa, tak jadi keluar air mata. Dia menggaruk kepalanya yang tak gatal, tidak ada cerita menarik di masa lalunya kecuali cerita pilu soal hubungan asmara yang terhalang restu.

"Aku ... aku punya kisah cinta yang cukup runyam. Karena asal-usul kekasihku yang katanya tak jelas di mata keluargaku, ditambah asumsi adikku yang mengatakan pacarku bukan orang baik, orang tuaku tak menyetujui hubungan kami."

"Hem, cukup menyedihkan rupanya. Sabar, ya." Danisa mengangguk-anguk.

Malam itu untuk pertama kalinya Danisa keluar malam-malam hanya untuk makan angin, bukan karena urusan pekerjaan. Memenuhi ajakan Burhan berkunjung ke grand park kota. Namun, kali ini dia tidak sendiri, melainkan mengajak serta adiknya yang bungsu ikut bersamanya.

"Oh ya. Jadi, kamu kenal Nadira di mana? Kok bisa ngeh saat aku bercerita tentang kakaknya? Atau kamu ini—" tanya Danisa

"Aku temannya juga, teman lama," jawab Burhan sekenanya.

"Kukira teman dekatnya hanya aku, soalnya Nadira takkan mungkin menceritakan masalah keluarganya selain kepadaku," kata Danisa sembari menyesapi eskrim pada kornnya.

"Aku juga sahabatnya sejak SMP," usul Burhan lagi seakan sedang meyakinkan gadis di sisinya.

"Nggak apa kali, mengaku-ngaku seperti ini. Seru juga kalau aku menyamar jadi seumuran mereka."

Danisa mengangguk-angguk. Situasi hening sesaat, hanya ada suara gemuruh orang-orang yang berlalu lalang dari kejauhan karena mereka tidak punya topik perbincangan. Sampai pada akhirnya, Kania berteriak saat melihat bianglala versi lite di depan mata.

"Kak, itu," tunjuk bocah itu.

"Kania nggak takut naik wahana itu? Kak Nisa aja takut lho," ujar Danisa saat melihat wahana yang adiknya tunjuk. Bianglala yang sepertinya tidak diperuntukkan untuk anak usia di bawah 10 tahun karena antreannya ramai orang dewasa dan lintasannya terlihat cukup mengerikan.

"Nia gak takut, Kak. Itu akan seru, Nia mau naik itu," ujar bocah itu seraya menarik-narik tangan Danisa supaya ikut langkahnya.

"Kakak gak ikut, ya? Kak Nisa gak berani naik, mual. Kamu sendirian berani kan, Dek?"

Kania manggut-manggut. Danisa menurut dan dia membelikan tiket untuk Kania seorang.

"Kita naik saja bertiga," ucap Burhan.

"Pak, saya beli tiketnya untuk dua orang lagi," kata Burhan sekaligus membayar semua tiketnya.

Meski Danisa menggeleng, tetapi tangan laki-laki menggenggamnya erat seolah sedang meyakinkan jika semua akan baik-baik saja selama bersama dengan dirinya.

Bahkan sampai wahana itu naik perlahan dan berputar walau tak cepat, Danisa lebih sering menunduk dan memejamkan matanya. Tanpa sadar, dia terus menggenggam tangan besar milik Burhan di pangkuannya, sedangkan tangan yang lainnya menggenggam erat tangan sang adik yang duduk berseberangan dengannya.

"Nia, duduk! Jangan banyak gerak," kata Danisa pada Kania. Anak itu sungguh berani bahkan tampak gembira saat wahana mulai bergerak sampai di puncaknya dan semakin jauh dari tanah.

Berbeda dengan Danisa yang phobia ketinggian, dia tak henti-hentinya merapalkan doa dan istigfar.

"Kak Nisa tenang saja, ini gak akan jatuh kok. Apalagi tangan kakak sudah berpegangan kencang pada kak Burhan."

Sontak, Danisa yang mendengar itu langsung menatap ke pangkuan. Dia langsung menghempaskan tangan Burhan dengan kasar yang semula ia genggam.

"Maaf," ujarnya salah tingkah. Mendapat kekehan dan tatapan mengejek dari Burhan, Danisa pura-pura memandang ke arah luar. Sial, nyatanya saat ini dia sedang berada di puncak ketinggian.

Mual pun lansung menyerang.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Burhan saat mereka sudah mendarat dengan selamat. Danisa yang pening, mual-mual, dan tak bisa berjalan normal–dia sempoyongan.

"Aku gendong," kata laki-laki itu. Bukan penawaran, tetapi keharusan.

"Gak, gak perlu."

Sepertinya Danisa belum mengenal siapa laki-laki itu sepenuhnya, makhluk yang tak pernah mau dibantah. Dia telah berlutut di depan Danisa dan mempersilakan punggungnya untuk dinaiki.

"Naiklah," perintahnya sekali lagi.

Selain merasa merepotkan, Danisa juga malu dengan adik kecilnya. Dia yang selama ini ingin terlihat menjadi manusia tangguh untuk adik-adiknya, tetapi image perempuan tangguh seakan hancur lebur sudah.

Ia merasa lemah hanya karena tak tahan naik wahana barusan dan berakhir di gendongan orang. Danisa diam di punggung laki-laki itu hingga mereka menemukan bangku panjang yang kosong untuk beristirahat.

"Sebentar, aku belikan minum. Tetaplah di sini bersama Kania," kata laki-laki itu.

Danisa tak menyaut, percuma. Selama ini penolakannya tak berarti apa-apa, lebih baik diam daripada melakukan hal yang sia-sia.

Saat sedang duduk berdua dan Kania berada dipangkuannya, seseorang yang sedang melintas tanpa sengaja menendang kakinya yang sedang selonjoran.

"Aduh!" pekik wanita itu yang terserimpet kaki Danisa yang melintang.

"Maaf, Kak. Aku tak sengaja. Maaf-maaf," ujar Danisa spontan.

"Ck, ini jalan umum. Jangan seenaknya kalau selonjoran, untung aku lagi gak apes," omel wanita itu dengan wajah kesal, tapi tetap terlihat cantik.

"Iya, saya minta maaf, Kak," ujar Danisa sekali lagi.

Danisa mengerutkan dahinya. Sosok di depan matanya tidak lain wanita yang sering ia temui akhir-akhir ini. Pemilik master black card member produk Herxion.

Danisa menatap nanar punggung wanita itu yang berjalan santai merangkul lengan pria yang berjalan di sampingnya. Pria yang sama yang dia lihat saat di depan pintu lift hotel kala itu.

"Oh, jadi laki-laki itu kakaknya Nadira?" pikir Danisa saat melihat pria yang berjalan di samping sosok wanita yang selama ini mengaku sebagai tunangan kakak sabahatnya.

Sekembalinya Burhan membawa sebotol air minum, Danisa pun berkata.

"Kamu tahu, tadi aku bertemu dengan Nona Arnetta yang kemarin datang ke toko, dia pemilik kartu member master black. Dia di sini bersama kekasihnya, kakaknya Nadira."

"Apa? Bukan," sergah Burhan langsung mengelak.

"Benar. Aku lihat sendiri, dia berjalan dengan pacarnya tadi. Itu laki-laki yang sama yang sejak awal kulihat mereka bersama di hotel itu," terang Danisa.

"Darimana kamu tahu dia kekasih Arnetta?"

"Sejak awal jumpa di hotel waktu itu, pun aku sudah tahu karena mereka terlihat mesra dan saling panggil 'sayang'," jelas Danisa mengingat kejadian di depan lift dulu.

"Dimana sekarang mereka?"

Danisa berjinjit, mencari sosok sepasang pria dan wanita yang memakai kaus couple berwarna biru muda. Warna pakaian yang cukup terang, membuat Danisa mudah menemukan keberadaannya.

"Tuh," tunjuk Danisa pada sepasang pria wanita yang saling menyandarkan kepala dan berjalan beriringan di tengah kerumunan massa yang cukup ramai.

1
dewi
pak herix atau burhan hrs tau apa yg terjadi dengan daisy dengan memeriksa sisi tv kantor lagian agis sok bgt si adek nya aja sombong d ngak tau d untung
LISA
Sinis bgt ma² nya Burhan
LISA
Hehee..Nisa g tau klo cowo itu bos nya..
LISA
Aq nunggu Kak
LISA
Kita menunggu update nya Kak
LISA
Kesempatan utk Danisa nih
Fri5
nah loh2...... ada udang dibalik bakwan 🤭Hasby gercep jg, langsung broadcast 😂😂😅
🅰️Rion bee 🐝
nah lo salah pahamkan buru lurusin Danisa ntar burhanya ngreog lagi..😃
Ummi Sulastri Berliana Tobing
lanjut
ummaia windarni
salam kenal kak,aki Winda dari Tangerang
happy shalalala: halo... Salam kenal yaa🤗
total 1 replies
Felicia amira
lanjut kak
happy shalalala: Oke kak☺
total 1 replies
Fri5
ntar satpamnya yg diusir Burhan koq Nia 😀🤭
happy shalalala: hahahaha😂
Fri5: Nisa maksdnya
total 2 replies
dzaky ej
Lanjut kak, makin seru cerita x
happy shalalala: Oke, thanks yaaa
total 1 replies
Ummi Sulastri Berliana Tobing
lanjut ☺️☺️☺️
happy shalalala: okey!!!🥰
total 1 replies
Fri5
Yeay......😀 makasih ya kak sdh update lagi👍🤗
happy shalalala: samasama🤗
total 1 replies
Ummi Sulastri Berliana Tobing
terimakasih g jadi Hiatus Thor
lanjut LG
Akasia Rembulan
ditunggu ya kak.. tetap semangat
Fri5
jangan lama2 kak 😥
dewi: kenapa ngak d terusin sampai tamat kk karyanya syg lo
total 1 replies
Felicia amira
😒😒
Ummi Sulastri Berliana Tobing
ya sayang sekali☹️☹️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!