Dia bukan pembunuh, namun dia di cap sebagai pembunuh oleh pria yang menjadikannya istri atas dasar dendam. Adiknya yang meninggal terjatuh dari atas gedung, dan menjadikan Laras sebagai tersangka pembunuhnya.
Kehidupan pernikahan yang tidak seperti Laras bayangkan. Hanya penuh dengan penderita dan siksaan. Namun, Laras tidak bisa terlepas dari Lin sampai dia puas melampiaskan dendamnya.
"Aku akan membuatmu menderita, sampai kau memilih untuk mengakhiri hidupmu sendiri!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Laras Pendonornya?!
Dua orang wanita yang berdiri di belakang dinding, jelas mendengar semua percakapan mereka. Laras menoleh pada Nara yang berdiri disampingnya.
"Kak, lihat sendiri bagaimana dia yang putus asa dengan keadaannya saat ini. Aku tidak bisa terus melihatnya seperti ini, Kak. Jadi, tolong mengerti atas keputusanku ini" ucap Laras.
Nara menatap Laras dengan mata berkaca-kaca. Dia memeluk gadis itu dengan perasaan yang begitu sedih. "Aku tidak bisa mencegah apapun lagi, jika memang ini adalah keputusanmu"
Laras mengangguk dalam pelukan Nara, air matanya menetes begitu saja. "Biarkan aku menjadi cahaya kembali untuk orang yang aku cintai"
Nara mengangguk saja dengan air mata yang ikut luruh di pipinya. "Semoga kamu berhasil"
Saat keduanya sudah ingin menghampiri Zayyan dan Lin, namun Dimas datang menghampiri dua pria itu. Membuat Laras dan Nara kembali diam di tempatnya dan mendengarkan apa yang akan dibicarakan mereka bertiga.
"Tuan Muda, ada telepon dari rumah sakit. Katanya sudah menemukan donor mata yang cocok untuk anda. Operasi bisa dilakukan dalam minggu-minggu ini"
Seperti mendapatkan sebuah pencerahan dalam hidupnya yang gelap, Lin benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan kabar baik itu.
"Benarkah?"
"Ya ampun Lin, akhirnya kau mendapatkan donor mata yang cocok" ucap Zayyan yang ikut bahagia mendengar kabar itu.
Lin hanya tersenyum, dia juga begitu bahagia tentang itu. "Tapi Dim, siapa yang mendonorkan matanya untukku?"
"Dokter tidak mengatakannya, seseorang ini ingin identitasnya di sembunyikan"
Lin hanya diam, berpikir orang baik mana yang akan rela mendonorkan matanya untuk Lin. "Dim, kenapa perceraianku belum juga selesai. Apa kau sudah menguruskan dengan Rama?"
Dimas hanya diam, dia bingung bagaimana menjelaskannya. "Em, nanti saya tanyakan pada Rama"
Bagaimana bisa selesai, di urus saja tidak sama Rama.
Hati Laras mencelos mendengar ucapan Lin yang bahkan tetap ingin menceraikannya setelah dia mendapatkan donor mata. Nara langsung memegang lengan Laras, mencoba untuk menguatkannya.
"Kak, aku butuh waktu sendiri" ucap Laras yang melepaskan tangan Nara, lalu berlalu pergi keluar rumah.
Nara ingin mengejarnya, namun dia tahu jika Laras hanya membutuhkan waktu untuk sendiri. Akhirnya Nara segera menghampiri suaminya.
"Sayang, kamu sudah pulang" ucap Zayyan, dia melambaikan tangannya agar Nara mendekat padanya.
Nara menatap Lin dengan kesal, sungguh dia tidak suka dengan pria itu yang menyerah begitu saja dan malah memilih menceraikan Laras. Nara hanya kasihan pada Laras.
Memang lebih baik Laras tidak lagi bersamanya. Dia hanya pria pengecut.
"Sayang, ayo pulang" ucap Nara pada suaminya.
Zayyan mengangguk, dia berdiri dengan menggandeng tangan istrinya itu. "Lin, selamat atas mendapatkan donor untuk matamu. Sekarang aku pulang dulu, kalau ada apa-apa, kau bisa menghubungiku"
"Iya Yan, terima kasih banyak"
Setelah pasangan suami istri itu pergi, kini tinggal hanya Dimas dan Lin yang berada di ruang tengah ini. Dimas duduk di sofa depan Lin.
"Tuan, apa sebaiknya anda batalkan saja perceraian anda dengan Nona Laras. Sekarang 'kan anda sudah mendapatkan donor mata, jadi anda bisa kembali memperjuangkan Nona Laras setelah anda kembali dapat melihat"
Lin tersenyum lirih, dia menggeleng pelan. "Semuanya belum jelas Dim. Aku hanya tidak ingin membuat dia terikat dengan pria sepertiku. Biarkan saja dia menemukan kebahagiaannya meski bukan bersamaku"
"Tapi kebahagiaan Nona adalah anda Tuan" ucap Dimas, bahkan dia sedikit kesal dengan Lin yang terus bersikeras untuk bercerai dengan Laras.
Bahkan Nona Laras juga yang menjaga anda selama ini. Jika memang ingin melepaskannya, maka aku adalah orang pertama yang akan mendapatkannya.
"Tidak mungkin Dimas, dia tidak mungkin bahagia bersamaku. Kau tahu sendiri bagaimana aku yang dulu membuatnya begitu menderita" ucap Lin, menyangkal ucapan Dimas barusan.
Dimas menghembuskan nafas kasar, bahkan dia juga tidak bisa memaksa Lin untuk membatalkan perceraian ini. Karena pria itu seolah sudah yakin dengan keputusannya ini. Meski Dimas tahu, jika sebenarnya dalam hati Lin bahwa dia tidak ingin melakukan semua ini.
"Baiklah, terserah anda saja, Tuan. Saya permisi dulu"
*
Laras terduduk di atas lantai dengan bersandar pada pintu kamar yang tertutup. Air mata terus membasahi pipinya, meski berulang kali dia mengusapnya. Rasanya begitu sakit dan sesak di dadanya. Seharusnya memang dia ikhlas atas apapun keputusan Lin. Namun, dia tidak pernah bisa mendengar kata cerai yang diucapkan oleh suaminya itu. Sejujurnya Laras begitu takut dengan kalimat cerai itu.
"Meskipun kamu tidak menceraikan aku, nyatanya aku akan tetap pergi dari kehidupanmu setelah kamu bisa melihat lagi. Tapi kenapa harus terus mengatakan cerai. Hatiku sakit sekali mendengarnya, Ya Tuhan.. Hiks.."
Laras benar-benar tidak bisa mendengar kata cerai dari mulut suaminya. Dia begitu terluka dengan itu.
"Aku mencintainya, dan apapun akan aku lakukan untuk melihat lagi dia bahagia dan mempunyai tujuan hidup lagi. Meski aku tidak akan bisa bersamanya setelah itu. Tidak akan melihatnya lagi, dan tidak akan menemaninya dalam menjalani hidupnya"
Tangisan Laras semakin kencang saja, seolah dia sedang mengeluarkan semua rasa sesak di dadanya dengan menangis saat ini. Dia begitu terluka dengan keadaan saat ini, dan dia juga sudah lelah dengan semuanya. Dia hanya ingin menangis untuk mengeluarkan segala beban dalam pikirannya ini.
"Ras, buka pintunya. Ini aku"
Suara Reni terdengar dari balik pintu kamar. Laras mengusap air mata di pipinya, lalu dia segera berdiri dengan susah payah dan membukakan pintu kamar untuk Reni. Tanpa berkata apapun lagi, Laras langsung memeluk Reni.
"Kak, aku lelah"
Reni mengelus punggung sahabatnya itu, air matanya ikut menetes mendengar keluhan Laras dan isak tangisnya. "Kamu hanya wanita hebat yang diciptakan berada di samping Tuan Muda dengan segala ketulusan yang kamu miliki. Tapi jika sekarang kamu lelah, kamu bisa beristirahat sejenak, Ras"
Reni melerai pelukannya, menatap Laras yang terlihat kacau sekarang ini. Reni menghapus air mata Laras dengan tangannya. "Kamu begitu mencintainya hmm? Sampai rela memberikan kedua matamu yang indah ini untuknya?"
Laras mengangguk dengan air mata yang kembali menetes. "Aku sangat mencintainya, Kak. Bahkan tidak papa jika harus aku yang tidak bisa melihat, asalkan dia bisa menjalani kehidupan dengan normal lagi"
"Laras..." Bahkan Reni sudah tidak bisa berkata-kata lagi, dia langsung memeluk Laras.
"Jadi, kau yang menjadi pendonor untukku?!"
Deg..
Bersambung
lanjut kak tetap semangat ya upnya 💪💪🤗🤗
lanjut kak tetap semangat 💪💪💪