Jangan lupa tinggalkan Jejak,
Tidak disarankan untuk pembaca dibawah umur.
Mengetahui fakta jika wanita yang ditunggunya selama enam belas tahun, telah memiliki anak dari keponakannya, membuat Dimas patah hati, meskipun rasa cintanya begitu besar, tapi dia memilih untuk menyerah, demi kebahagiaan bersama.
Demi menghibur hatinya yang tengah galau, dia berlibur di villa milik keluarganya.
Di tempat berbeda, seorang wanita sedang sibuk menyiapkan acara liburan gratis yang di dapatkan dari tempatnya bekerja.
Sesuatu hal terjadi pada keduanya, sehingga membuat laki-laki itu selalu mengejarnya, dan sang wanita selalu terbuai olehnya, walau seharusnya hal itu tidak boleh terjadi di karenakan wanita itu telah memiliki kekasih..
Apakah Dimas akan mengalami patah hati kedua kali, atau justru berhasil memiliki wanita baru yang dia temui?
P.S. Lanjutan dari cerita sebelumnya berjudul
❤️Pembalasan Atas Pengkhianatan Mu❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbuai Rayuan
Area dewasa
Jangan lupa tinggalkan jejak
happy reading.
Rumi tetap dalam pendiriannya, dia tak mau memenuhi permintaan Dimas, meskipun hanya sekedar ciuman.
Dimas menghela nafas kasar, dia masih lelah luar biasa setelah menempuh perjalanan berjam-jam. Meski begitu dia berusaha memenuhi tanggung jawabnya pada wanita yang sebulan lalu telah ditidurinya, tapi penolakan demi penolakan dia terima. Kartu ATM, tawaran menikah, menjadi partner ranjang, dan terakhir ciuman.
Apakah Bunga Harumi tidak tau, jika ini kali pertama Dimas mendapatkan penolakan bertubi-tubi? Seorang Dimas Soetomo yang dimanapun tempat digilai banyak wanita, sekarang malah ditolak mentah-mentah oleh seorang wanita biasa.
Diandra saja yang merupakan cinta pertamanya, dan hingga saat ini namanya masih terukir dalam hatinya, tak menolaknya, justru Dimas lah yang melepaskan, demi kedamaian keluarga.
Bebagai umpatan, dan sumpah serapah, Dimas ucapkan dalam hati, tak mungkin baginya menunjukan amarah pada wanita itu, bisa-bisa Rumi ketakutan.
Dimas mulai mendekat pada Rumi, wanita itu masih berdiri menatap dirinya, ukuran tinggi berbeda, membuat Dimas menunduk menyamakan tinggi, "Serius kamu nggak mau ciuman sama aku? Apa kamu nggak akan menyesal?" bisiknya.
Rumi merinding mendengarnya, dia melirik sekilas lelaki yang jarak wajahnya, hanya beberapa centi darinya. Rumi bisa melihat hidung mancung serta pipi mulus tanpa noda, dan bibir merah muda, yang pernah dia cicipi, jangan lupakan aroma parfum. Astaga lelaki ini sayang untuk dilewatkan.
Dimas kembali menegakan badannya, dia menunggu reaksi dari wanita dihadapannya. Namun beberapa saat kemudian Rumi masih saja terdiam, tak bersuara.
Melihat diamnya wanita itu, Dimas menyunggingkan senyumannya, dia mulai meraih pinggang ramping itu, dan tangan satu lagi miliknya, meraih tengkuk Rumi, lalu tanpa banyak bicara Dimas menyatukan bibir mereka.
Yang awalnya hanya kecupan, lalu berubah menjadi lumat*n, dan lihatlah, Rumi mulai membalas ciumannya.
Dimas tau, wanita itu mulai terbuai, siapa juga yang bisa tahan dengan pemilik julukan good kisser, saat dirinya tinggal diluar negeri, Di club' malam langganannya, para wanita berlomba-lomba untuk berciuman, dan berakhir di ranjang.
Lidah keduanya saling beradu, Rumi semakin terjebak dalam perangkap yang dibuat mantan playboy itu.
Dan hanya dengan ciuman, Rumi merasakan sensasi luar biasa, dia bahkan melenguh, disela-sela ciuman.
Dimas mengangkat wanita itu, lalu meletakkannya di kitchen island yang tak jauh dari ruang tamu, tanpa melepas ciuman itu.
Hanya suara sesapan dan kecupan yang memenuhi ruangan, hingga beberapa menit berlalu, Dimas melepas terlebih dahulu ciuman itu. Dia menyentuh bibir yang sedikit membengkak karena ulahnya, dengan ibu jarinya. "Good girl," dia tersenyum sejenak, lalu kembali menyatukan bibir mereka.
Siapa juga yang bisa menolak pesona seorang Dimas? Andai dulu dia mencium cinta pertamanya, mungkin Diandra tak mau lepas darinya. Sayangnya, dia sempat berfikir jika Diandra terlalu berharga untuk dia rusak.
Tanpa sadar Rumi membusungkan dadanya, dia terbuai hanya dengan ciuman yang diberikan Dimas. Sebagai lelaki, Dimas tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ukuran yang pas untuk tangan besarnya.
Rumi semakin gelisah, dia merasakan sesuatu mengalir dibawah sana, apa kini dia menginginkannya? Apa yang harus dilakukannya? Lelaki tampan didepannya, sayang untuk dilewatkan, tapi bagaimana dengan Ari?
Mengingat tunangannya, Rumi mendorong tubuh besar milik Dimas, tapi lelaki itu justru merapatkan tubuh mereka, alhasil keduanya benar-benar menempel, karena Dimas berdiri diantara kedua kaki milik Rumi.
Dimas mencium seolah hendak memakan mulut Rumi, dan wanita itu semakin larut terbuai, dengan ciuman panas itu.
Tembok pertahanan, yang sedari tadi hanya retak, kini benar-benar roboh. Yah... Sesuai harapan Dimas, kini Rumi terjebak dalam pesonanya.
wanita itu melenguh, sembari mendongak, saat Dimas mulai mendaratkan kecupan kecil disekitar leher.
Dimas terus melancarkan aksinya, membuat Rumi pasrah dengan apa yang dilakukannya, termasuk saat cardigan terlepas dari tempatnya, menyisakan daster yang kancing depannya telah terlepas.
Tak sampai disitu, Dimas mulai menyingkap, daster, dan perlahan menurunkan kain segitiga yang menutupi bagian inti dibawah sana.
Andai tak ingat, harus bersikap lembut, mungkin Dimas akan merobek sesuatu yang menghalanginya. Meski saat ini kepalanya pening, akibat hasratnya telah sampai di ubun-ubun, logikanya tetap berjalan. Dimas memperlakukan Rumi dengan lembut.
"Apakah kamu masih menyimpan pil kontrasepsi?" tanya Dimas berbisik.
Rumi yang tengah terengah-engah, menggeleng. "Lalu apa sekarang masa subur kamu?" tanya Dimas lagi.
Rumi kembali menggeleng, "Aku tau kamu menginginkannya, begitu juga aku, sayangnya aku tak punya pengaman, jadi apa kamu setuju, melakukannya sampai akhir?" tanya Dimas memastikan.
Rumi yang kini benar-benar menginginkannya, hanya bisa mengangguk setuju. Miliknya sudah basah dan gatal, dia butuh dipuaskan.
Dimas mulai melucuti kain yang menempel pada dirinya, dan mulai melesakan miliknya. Dia mendongak memejamkan matanya, menikmati sensasi pijatan, dibawah sana, "Rasanya milikku akan meleleh," gumamnya pelan.
Keduanya bermandikan peluh, karena kegiatan panas itu, mereka terbuai dalam kenikmatan duniawi.
Rumi benar-benar tak berdaya akan rayuan maut yang diberikan Dimas, hanya dalam hitungan menit, dia telah m*njilat ludah yang sudah dia buang.
Dimas bisa membuat Rumi, melupakan segala hal tentang Ari, lelaki yang katanya dia cintai.
Bukan hanya di dapur, keduanya melanjutkan kegiatan panas itu di sofa, kamar mandi, dan berakhir di ranjang milik Dimas.
Untuk sekian kalinya, Dimas meraih pelepasan, dan untuk Rumi, sudah tak terhitung, wanita itu meneriakkan nama Dimas.
Mereka tertidur saling berpelukan, Dimas memejamkan mata dengan wajah puas, sedangkan Rumi berharap apa yang dilakukannya, hanya mimpi.
***
Rumi membuka mata, menatap langit-langit kamar yang ditempatinya, terasa asing untuknya.
Tiba-tiba dia teringat kejadian semalam, dia kembali melakukan kesalahan yang sama, dia mengkhianati Ari, "Bego!" makinya pada dirinya sendiri. Sudahlah tak usah dipikirkan, sudah terjadi.
Rumi memutuskan mandi, masa bodoh dengan penghuni apartemen ini, yang jelas dia harus segera pergi dari sini.
Beberapa saat kemudian.
Dengan handuk yang melilit ditubuhnya, Rumi keluar dari kamar, hendak mencari keberadaan baju yang dikenakannya semalam.
"Kamu lagi apa?"
Rumi terkejut, dia yang tengah menunduk, mencari keberadaan bajunya di area dining room, Rumi menoleh, menatap lelaki yang bertelanjang dada, hanya mengenakan celana pendek ketat, melihat hal itu, membuat Rumi mengalihkan pandangan. "Aku cari baju, kamu taruh mana?"
Dimas yang baru saja berolah raga mendekat, "Di laundry, sedang aku cuci,"
Rumi mendadak gugup, jarak mereka cukup dekat, "Aku harus bekerja, aku akan pulang sekarang," waktu menunjukan pukul setengah tujuh pagi.
"Aku akan antar kamu, tapi sebelumnya, bisakah kamu buatkan aku sereal? Kamu bisa mencarinya di kabinet," Tunjuk Dimas pada area dry kitchen dibelakang Rumi.
"Tapi aku belum memakai baju,"
Dimas mengambil kaos polos hitam, yang dia letakan di kursi, "Kamu pakai ini dulu, sembari tunggu baju kamu kering,"
Rumi menurut, dia mengenakan kaos milik Dimas, yang terlihat kebesaran untuknya. Lalu mulai mencari sereal, sesuai permintaan Dimas.
lanjuttttt👍👍👍👍