NovelToon NovelToon
Labirin Cinta

Labirin Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / CEO / One Night Stand / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:18.1k
Nilai: 5
Nama Author: Bunga Peony

Kesalahpahaman yang terjadi antara Ardan dan Raisa membawa Raisa pada kesalahan satu malam yang tidak dia sengaja.


Awalnya Raisa ingin menutup rapat-rapat rahasia terbesar dalam hidupnya itu dan kembali menjalani hubungan yang harmonis bersama Ardan. Namun di hari pertunangannya dengan Ardan, Raisa harus mendapati sebuah fakta yang mengejutkan.

lelaki yang telah menghabiskan satu malam panjang dengannya ternyata adalah Paman Ardan sendiri. Arthur Morante, adik bungsu dari Papa Ardan.

Apakah Ardan akan memaafkan Raisa atas kebohongan yang Raisa sembunyikan? Apa yang akan Raisa lakukan jika ternyata Arthur justru tak mau melepaskannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunga Peony, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Wanita Munafik.

Pagi Raisa kali ini terasa begitu suram berbanding terbalik dengan suasana matahari yang cerah benderang.

Raisa mengaduk sarapannya tak minat. Wajahnya yang sendu seakan tak memiliki gairah.

"Kamu kenapa, Nak?" tanya Papa Raisa heran. Sejak tadi Bram Wijaya memperhatikan gerak-gerik putrinya yang tak biasa.

"Hah, tidak ada apa-apa, Pa." Raisa tersentak kaget. Dia mencoba bersikap biasa-biasa saja agar lelaki yang menjadi cinta pertamanya itu tak curiga.

"Apa makanannya tak enak?" tanya Bram kembali begitu perhatian. Bram jarang di rumah karena harus bekerja  mengelola bisnisnya. Namun saat di rumah dia sebisa mungkin memberikan perhatian pada putri semata wayangnya itu.

"Enak, kok. Papa gak perlu khawatir," ujar Raisa meyakinkan.

Matanya menangkap ekpresi jijik yang ditunjukkan Wulan yang duduk di hadapannya. Sejak dulu wanita itu selalu saja iri padanya. Dan Raisa tahu tentang itu tetapi dia tidak menggubris. Percuma meladeni orang yang memiliki penyakit hati yang pada akhirnya akan menyakiti diri sendiri dengan mendengar kata-kata pedas yang keluar dari mulutnya.

"Baguslah kalau begitu, jadi Papa bisa lebih tenang bekerja. Rencananya lusa Papa harus berangkat ke Amerika.Lagi pula ada Mama dan Wulan yang menemanimu di rumah."

Raisa tersenyum kecut. "Mama dan Wulan? Mereka berdua hanya pengacau tambahan dalam hidupku, Pa," batin Raisa.

"Papa tak perlu khawatir, kami berdua akan menjaga Raisa dengan baik. Lagi pula Wulan dan Raisa akur satu sama lain, bahkan orang-orang di luar sana sampai tak menyangka jika mereka adalah saudara sambung karena saking akrabnya," ujar Lani penuh dengan kebohongan.

Ucapannya membuat Raisa ingin muntah. Ibu dan anak itu sangat pintar memainkan sandiwara dengan wajah polos serta senyum manisnya yang memikat.

"Ke Amerika, Pa? Berapa hari?" tanya Raisa kaget. Ini bukan kali pertama Bram berangkat ke luar negeri atau bahkan ke luar kota. Hanya saja Raisa merasa tak tenang saja saat Bram berada jauh darinya.

"Sekitar satu bulan, Sayang. Ada urusan yang harus Papa selesaikan di sana. Kamu mau pesan oleh-oleh apa?" tawar Bram pada putri semata wayangnya itu.

Bram tersenyum puas mendengar anak serta istrinya saling akur dan menyayangi. Dia menatap wajah Raisa dengan penuh kasih sayang. Senyum lembut terukir di raut wajah kasar dan keriput itu. Waktu begitu cepat berlalu. Setiap melihat wajah Raisa, lelaki tua itu selalu terkenang dengan mantan istrinya yang telah lama tiada.

Wajah cantik Raisa mewarisi wajah cantik sang Mama yang merupakan cinta pertama dan cinta yang tak terlupakan dari seorang Bram Wijaya.

"Tak perlu repot-repot, Pa. Asal Papa pulang ke rumah dengan sehat dan selamat, aku sudah senang mendengarnya," jawab Raisa tulus.

Wulan mencebikkan bibirnya, dia mengejek Raisa di dalam hati. Rasa iri kembali merasuk ke dalam jiwanya.

"Kok cuma Raisa yang ditanyain mau oleh-oleh apa. Akunya tidak?" timpal Wulan dengan nada manja. Dia selalu bersikap kekanak-kanakan saat bersama Bram Wijaya demi menarik kasih sayang dari Ayah sambungnya itu.

"Tentu saja kamu dapat, Wulan. Kamu mau oleh-oleh apa?"

"Hmmm aku mau—," Wulan menjeda kalimatnya sesaat untuk berpikir. Dia sedang mengumpulkan daftar barang-barang yang dia inginkan di dalam otaknya. Semakin banyak maka semakin baik, ketamakan merasuki dirinya.

"Aku mau Papa belikan aku gaun terbagus di negara itu, perhiasan, tas, sepatu, aksesoris, dan juga jam tangan mahal," jelas Wulan tanpa canggung.

Bram terkekeh. Dua putri yang saat ini dia miliki memiliki karakter yang bertolak belakang.

"Wulan. Jangan meminta sebanyak itu pada papamu. Papamu itu mau bekerja bukannya tamasya," tegur Lani pada putrinya. Bukan karena tak enak hati ataupun malu, melainkan hanya sekedar basa-basi.

"Sudahlah, Ma. Tak apa-apa, jika bukan aku Papanya tempat dia meminta lalu pada siapa lagi."

"Kalau Papa kerepotan membawa pesanku, aku bisa kok Pa beli sendiri di sini. Tapi uangnya dari Papa," todong Wulan langsung. Raisa mendelikkan matanya. Sikap Wulan seperti perampok.

Bram tertawa, dia mengeluarkan kartu hitam dari dalam dompetnya kemudian memberikannya pada Wulan. Senyum wanita berbaju seksi itu semakin merekah lebar bersamaan dengan senyum Lani.

Dua wanita saling memandang penuh arti.

"Pa, apa itu tidak berlebihan?" protes Raisa tak terima. Dia yakin kedua wanita itu pasti akan langsung menggunakan kartu tersebut untuk berfoya-foya. Menggerogoti harta orang tuanya hingga habis seperti lintah penghisap darah.

Sejak dulu Raisa tak suka papanya menikah dengan Lani. Seorang janda dari keluarga sederhana, wajahnya yang polos tak seperti yang terlihat. Hanya saja Raisa tak bisa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.

"Berlebihan? Bukannya kamu juga dapat Raisa! Tidak adil dong hanya kamu yang dapat kartu ini sedangkan aku tidak. Apa karena aku bukan anak kandung Papa seperti kamu, makanya aku tak pantas mendapatkannya?"

Wulan memulai dramanya, dia memasang wajah yang tersakiti dan kemudian menyerahkan kembali kartu itu pada Bram. Senyum di wajah Lani meredup. Dia menatap ke arah suaminya dengan pandangan kecewa.

Beam tak enak hati. Dia menyodorkan kembali kartu tersebut ke pada Wulan.

"Ambillah! Apa yang aku berikan untukmu maka itulah yang menjadi milikku," ucap Bram membujuk.

"Tapi Pa—" Bram menaikkan tangannya meminta Raisa untuk berhenti berbicara.

"Sudah! Wulan putri Papa dan dia juga berhak mendapatkan seperti yang kamu dapatkan."

Raisa mengepalkan tangannya di bawah meja. Senyum licik di sudut bibir Wulan membuat Raisa semakin geram. Wanita itu seakan sedang mengejek dirinya dengan mengibaskan kartu hitam itu di dekat wajahnya seperti kipas.

"Dasar parasit!" umpat Raisa di hati.

Raisa berpamitan untuk pergi ke kampus. Tak ada gunanya berdebat dengan orang tuanya hanya perihal kartu. Raisa menyalami tangan sang Papa lalu beranjak pergi begitu saja tanpa menghiraukan panggilan Lani.

Wulan pun melakukan hal yang sama, dia bergegas berpamitan pada Bram untuk pergi kerja kemudian menyusul Raisa dari belakang.

"Sa, tunggu!" panggil Wulan setibanya di parkiran mobil. Raisa tak menggubris, di masuk ke dalam mobil dan bersiap untuk menghidupkan mesin mobil tersebut.

Wulan setengah berlari  mendekati mobil Raisa sebelum wanita itu menekan gas dan pergi.

"Aku bilang tunggu ya, tunggu!"

"Ada apalagi? Aku tak punya waktu untuk meladenimu!" sungut Raisa tak peduli.

"Tak punya waktu meladeniku tapi bermesraan dengan seseorang di balik tembok itu kamu punya banyak waktu, ya," cibir Wulan yang membuat tubuh Raisa menegang.

Raisa menoleh. Dari balik pintu mobil yang kacanya terbuka itu Wulan tersenyum sinis padanya.

"Apa maksudmu?"

"Maksudku, jauhi Ardan jika kau tidak mau lelaki itu membencimu!" ucap Wulan yang disertai ancaman.

"Ba-bagaimana dia tahu? Apa dia melihat semuanya?" batin Raisa gusar.

"Barang bekas sepertimu tak pantas untuk lelaki sesempurna Ardan. Kamu itu sampah Raisa!" lanjut Wulan menegaskan.

Raisa mencengkram kemudi mobil erat. Ingin rasanya dia menggigit wanita yang tengah menghinanya saat ini, mencabik-cabiknya menjadi beberapa bagian dan melemparnya ke jalanan.

1
Lia Amelia
lanjutannya mna thoorr
Herlina Aprianti
cerita nya seru dengan alur maju mundur, buat penasaran
Yuli Ana
kesel bngt sm artur ini. pacar ponakan jg direbutin... hemmm kasihan ardan
Susi Akbarini
emang pernah buat anak?
kalo iya..
waahhh ..
gaswat...
jangan2 bukan anak Arthur..
lanjutttt..
❤❤❤❤❤❤
Afri
sama Arthur aja dech Raisa
Afri
banyak betul yg suka SM Ardan .. saingan Raisa berat cuuyy
sahabat sendiri , KK tiri , sehat Ardan
beecgghhj
Afri
penasaran aku dgn s judes wulan
Afri
jgn bodoh raisaaaa .. GK cm Ardan cowok d bumi ..
jengkel aku
zi_hafs
semoga Ginela tetap setia sama Raisa
Susi Akbarini
waaahhhh...
untung ada sahabat seperti ginela..
jadi ad yg bantuin Raisaa...

good job ginela..
❤❤❤❤❤
Yuli Ana
ginela suka sm ardan ya...
Yuli Ana
dasar gila 😡
Yuli Ana
raisa dilawan...🤣🤣
Yuli Ana
rasain..🤣🤣🤣🤣
Susi Akbarini
wezzzzz...
cinta telah berubah jadi benci...
jadi tega dorong mendorong..
❤❤❤❤❤❤
anikbunda lala
lanjutkaaaan arrhur
Susi Akbarini
serrruuuuu...
lanjuttttttt...
❤❤❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
siapakah diaaaa?????


lannnnjuutttttttt..
❤❤❤❤
Susi Akbarini
waaahhhh seruuuuu ini...
bagaimana cara Ardan minta penjelasan pada apmannya..


btw sayang banget
bunga camtik sebanyak itu dibiaekan terbengkalai..

benar kmu Maria..
comotin aja dan bawa plg..

klao aku dekat jga aku comotin daripada mubazir..

😀😀😀😀😀

lanjuttttt
❤❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
Arthur mulai menunjukkan taringnya...

akankah Ardhan turut menyelidiki apa arti kamar itu???

laannnjjuuttttt...
❤❤❤❤❤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!