NovelToon NovelToon
Kamar Jenazah

Kamar Jenazah

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / spiritual / hantu / Roh Supernatural
Popularitas:30k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Kamar jenazah, bagian dari rumah sakit yang agak dihindari. Misteri dan kisah mistis apa yang dialami oleh Radit Krisna yang bekerja sebagai petugas Kamar Jenazah. Tangisan yang kerap terdengar ketika menjalani shift malam, membuat nyalinya terkadang ciut.

Berhasilkah Radit melewati gangguan yang terjadi dan mengungkap misteri tangisan tersebut?

===

Hanya untuk penggemar kisah horror. Harap tidak membaca dengan menabung bab ya.

Follow IG : dtyas_dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24 ~ Dia Kembali (2)

Sosok itu berdiri di belakang Radit. Berpenampilan sama seperti sebelumnya, dengan dress lusuh dan kotor juga noda darah serta wajah menunduk. Masih terdengar isak tangis yang semakin membuat bulu kuduk merinding. Suasana tempat itu terasa mencekam, membuat Radit ketakutan. Apalagi ia hanya sendirian.

“Ka-mu ….”

“Hiks.Bohong, kalian bohong.”

Radit tidak dapat mengucapkan kalimatnya, mulutnya seakan kaku. Tatapannya tetap mengarah pada sosok di hadapannya.

Grap.

Tangan sosok itu kini mencengkram, leher Radit membuat pria itu kesulitan bernafas.

“Kalian jahat, kamu dan sahabat kamu itu jahat.”

“Aaaa.” Hanya suara parau yang berhasil lolos dari mulut Radit, wajahnya memerah dan kepalanya menggeleng pelan. Tangan Mirna semakin mencengkram dan mengangkat tubuh Radit sehingga tidak menapak.

Terdengar suara dari luar juga roda brankar. Mirna melepaskan Radit membuat tubuh itu tersungkur dan terbatuk dan Radit memegang leher yang tadi dalam cengkraman sosok Mirna.

“Dit.” Zul berteriak karena tidak melihatmu di depan. “Woi, lo kenapa?” tanya Zul sambil mendorong brankar ke arah ruang tengah dimana Radit berada. Zul datang bersama petugas keamanan, lalu berjongkok mengecek kondisi Radit yang masih terengah dan bersandar sambil memejamkan mata.

“Mas, seperti mendapatkan kekerasan? Apa ada penjahat kemari?” tanya petugas keamanan.

“Penjahat mau ngapain? Curi mayat,” ejek Zul. “Palingan diserang sama setan,” ujar pria itu lagi hanya bercanda, tidak tahu kalau Radit memang baru saja berhadapan dengan setan.

“Leher lo dicekek ya?”

Radit mengangguk pelan.

“Sama dokter Lena?” tanya Zul lagi lalu terkekeh dan Radit hanya bisa berdecak.

Aktivitas di kamar jenazah kembali ramai sampai subuh menjelang, tetap saja dalam benak Radit memikirkan kenapa Mirna kembali lagi. apalagi sekarang semakin ekstrim dengan melukainya dan mengatakan “kalian jahat”. Entah apa maksudnya.

Tepat  pukul setengah tujuh saat Radit dan yang lainnya akan pulang, berbarengan dengan kedatangan Lena. Tentu saja kedatangan wanita itu karena urusan pekerjaan, ada jenazah korban pembunuhan yang masuk subuh tadi. Lena dan seorang dokter forensik dari kepolisian akan melakukan otopsi.

“Nah, kebetulan dokter Lena datang,” seru Zul.

“Kenapa?” tanya wanita itu, heran dengan pernyataan Zul.

“Radit tadi diserang. Tau deh sama orang apa sama setan.”

“Mulut lo bang, kalau ketemu setan beneran juga semaput,” ejek Radit dan Zul hanya tergelak.

“Bener yang zul bilang?” tanya Lena setelah memastikan rekan Radit sudah pergi. Radit menunjuk kursi di depan kamar jenazah, agak jauh dari pintu agar obrolan mereka tidak didengar oleh tim yang sedang bertugas.

“Mirna, dia muncul lagi,” ujar Radit sambil berbisik.

“Hah, masa?”

“Hm. Dia cekek gue, tuh lihat bekasnya.” Benar saja ada tanda biru seakan lebam di leher Radit. "Dia juga teriak kalau ‘Kalian Bohong, Kalian jahat’, maksudnya apa ya,” gumam Radit.

“Apa mungkin dia masih penasaran, tapi kenapa?”

“Deo belum dinyatakan bersalah,” ungkap Radit dan membuat Lena memekik tidak percaya. Sama seperti dirinya yang menyayangkan akan keputusan tersebut, bukan karena tidak kasihan pada Deo. Namun, nyawa MIrna melayang karena ulah pria itu.

“Nanti malam, kamu masih jaga?”

“Shift malam lagi, besok baru libur.”

“Aku datang nanti malam, kita harus cari tahu kenapa arwah Mirna masih penasaran.”

“Kalau boleh memilih, lebih baik tidur di rumah daripada urusan sama arwah,” cetus Radit.

Beberapa jam sebelumnya, tepatnya di kamar Deo. Pria itu terjaga dan tidak bisa tidur lagi, padahal jam menunjukan lewat tengah malam. Artinya masih lama menuju fajar datang. Setelah sosok Mirna di rumah sakit lalu pergi karena Radit dan Lena dan dia diperbolehkan pulang, tidak ada lagi penampakan apalagi gangguan dari sosok itu.

Namun, ketiga sahabatnya dan Dio sudah tahu kalau Mirna meninggal karena ulahnya. Sejak tiba di rumah, Deo tampak murung. Dia merasa bersalah, tapi takut mengakui. Apalagi didukung oleh orangtuanya yang menyiapkan banyak pengacara untuk membelanya. Ditambah tidak ada saksi dan bukti yang menguatkan, membuat pria itu berada di atas angin.

Setelah keluar dari toilet dan mengecek ponselnya, ada beberapa pesan masuk dan panggilan tidak terjawab dari sang kekasih. Hubungan mereka sedang tidak baik, kekasihnya seakan tahu kalau Deo berulah. Sebelumnya sda yang mengirimkan foto Deo menjemput perempuan yang mengenakan seragam minimarket. Hal ini yang menjadi pemicu pertengkaran Deo dan kekasihnya. Perempuan dalam foto adalah Mirna ketika masih hidup.

“Ck, sekarang kamu boleh marah. Lagi butuh uang juga merengek lagi ke aku,” gumam Deo lalu meletakan kembali ponselnya ke atas nakas.

Baru saja tubuhnya merebah, dia terkejut mendengar suara dari pintu balkon. Deo menoleh, tidak ada bunyi lagi. Mendadak udara di kamar itu menjadi panas, padahal mesin pendingin udara masih berfungsi. Deo meraih remote yang diletakan tidak jauh dari ponselnya, menekan tombol berkali-kali.

“Perasaan belum lama diganti, kenapa rusak lagi,” gumamnya lalu melepaskan kaos yang dikenakan dan dilempar sembarangan dan kembali merebah.

Masih merasakan panas dan gerah, pria itu beranjak dari ranjang menuju pintu balkon. Membuka salah satu pintu dan membiarkan angin masuk.

“Lumayan, adem,” ujarnya lalu berbalik.

“Hiks ….” Terdengar suara tangisan dari luar, membuat langkah Deo terhenti. Ia memastikan telinganya mendengar sesuatu dan itu suara tangis perempuan. Tentu saja jantungnya berdebar mana kala suara itu semakin jelas.

Deo yakin suara itu dari luar, mungkin suara TV atau apalah itu. Dia berbalik dan menuju asal suara yang berasal dari balkon sebelah kiri. Berdiri di tengah pintu balkon, Deo menoleh ke samping kiri. Betapa terkejut kala melihat sosok Mirna berjongkok dengan wajah menunduk. Ia mengenali kalau itu adalah Mirna, dari pakaiannya.

“DEO, IKUT AKU PULANG!" teriak sosok tersebut setelah mengangkat wajahnya dan bertatapan dengan Deo. 

1
Arieee
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Fatimah Ziyadatul Khair
seru ceritanya. semoga segera nelurin cerita horor baru lagi. semangat kak othor
Vita Liana
cerita baru lagi dung kak hehe
Zuhril Witanto
🤣🤣🤣bukanya seneng tapi senep tiap hari liat hantu
Zuhril Witanto
astaghfirullah...
Zuhril Witanto
itu balasan untukmu Deo ..karna kamu gak mau mengakui dan gak bertanggung jawab
Zuhril Witanto
dan aaaaas.....
Zuhril Witanto
jelas2 Deo salah masih aja ngelak...biar aja di bawa
Zuhril Witanto
hantune ngeyelan
Zuhril Witanto
deg degan
Zuhril Witanto
motor Radit kan di pinjem Deo waktu itu
Zuhril Witanto
🤭🤭 ngarep
Zuhril Witanto
tuh hantu maksa banget
Zuhril Witanto
horor seru
Zuhril Witanto
ya ampun siapa yang nabrak
Zuhril Witanto
hantunya ikutan mandi
Zuhril Witanto
astaghfirullah...baca aja serasa ikutan lemes
Zuhril Witanto
spot jantung
Zuhril Witanto
serem banget
Zuhril Witanto
malah tambah serem lah di Kamboja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!