Andini Cinta Yang Memudar

Keesokan paginya, Rido tampak siap-siap untuk berangkat kerja. Andini yang melihat sang suami tengah bersiap-siap berangkat kerja, Segera mendekat ke arah suaminya itu untuk merapikan pakaian yang dikenakan sang suami.

"Mas, Baju kamu sepertinya kurang rapi! Biar aku rapikan bajunya!"

Andini tampak merapikan baju suaminya itu, Namun tangannya dengan segera disingkirkan oleh suaminya itu.

"Enggak perlu, Aku bisa sendiri!" Ucap Rido pada isterinya itu.

Setelah itu, Tanpa mengucap sepatah kata pun lagi, Rido pun langsung berangkat kerja. Sementara Andini yang melihat sikap suaminya itu semakin dingin dan cuek padanya menjadi sangat sedih.

Ketika Andini tampak hanyut dalam kesedihannya, Tiba-tiba tatapan Andini mengarah pada sebuah kemeja yang tergantung di di dekat tembok. Melihat kemeja yang tergantung itu, Andini pun segera berjalan mendekat ke arah kemeja yang tergantung itu. Kemudian, Andini mengambil kemeja yang tergantung itu.

Setelah mengambil kemeja itu, Betapa terkejutnya Andini melihat gambar bibir seorang wanita di kemeja itu. Andini yang melihat itu, Seketika duduk di lantai kemudian menangis dalam kondisi masih memegangi kemeja itu.

"Kamu jahat mas, Kamu benar-benar menghianatiku!" Ucap Andini seraya terus menangis.

Ketika Andini tampak menangis disana, Tiba-tiba terlihat Vita datang mendekat ke arahnya.

"Sayang, Kamu kenapa lagi!" Ucap sang mertua yang tampak simpati.

"Ma, Di kemeja ini ada gambar lipstik seorang wanita!" Andini tampak memperlihatkan itu pada mama mertuanya itu.

"Rido benar-benar keterlaluan! Nanti mama coba bicara sama Rido!" Ucap Vita yang berusaha menenangkan sang menantu.

"Ma, Aku mau ke kantor mas Rido sekarang! Aku perlu bicara dengannya!" Ucap Andini.

"Sebaiknya jangan dulu sayang, Mama takut itu hanya akan memperkeruh keadaan!"

"Terus aku harus bagaimana ma!"

"Kamu pura-pura saja untuk tidak mengetahui apa pun dulu!"

"Maksud mama aku harus akting begitu, Tapi untuk apa ma semua itu!"

"Iya sayang, Kamu enggak boleh gegabah! Kamu enggak mau kan kehilangan suami kamu!" Ucap Vita dengan pelan pada menantunya itu.

"Baiklah ma, Aku akan ikuti perintah mama!"

"Begitu dong sayang, Kamu tenang saja mama berada dipihakmu!"

Setelah itu, Vita tampak memeluk menantunya itu.

"Makasih ya, Mama selalu berikan aku kehangatan!" Ucap Andini yang masih di peluk sang mertua.

"Sayang, Mama menyayangi kamu sama halnya dengan mama sayang pada Rido!"

"Mama memang yang terbaik!"

"Kamu juga yang terbaik bagi mama, Enggak ada wanita yang boleh menggeser kedudukanmu sebagai menantu mama!" Ungkap Vita.

"Andini jadi terharu deh sama ucapan mama!"

"Makanya sayang, Dengarkan permintaan mama ya! Kita sedikit mengalah untuk menang!"

"Iya ma,"

Setelah itu, Vita memerintahkan pada menantunya itu untuk mengantarkan makanan ke perusahaan Rido. Selain itu, Vita juga memerintahkan pada menantunya itu untuk tidak gegabah dan sedikit bersabar untuk menghadapi sikap Rido yang tampak aneh belakangan-belakangan ini.

Andini pun tampak mengikuti perintah mama mertuanya itu, Wanita cantik itu yakin kalau mama mertuanya itu menginginkan yang terbaik untuk hubungan mereka.

Setelah menyiapkan makanan untuk Rido, Andini pun segera berangkat ke perusahaan suaminya itu untuk mengantarkan makanan tersebut bersama dengan kedua sahabatnya itu.

"Din, Ingat pesan mertua elu! Jangan pancing suami elu untuk berdebat!" Risti tampak mengingatkan sahabatnya itu.

"Iya gue ingat kok, Semoga gue bisa sedikit sabar ya menghadapi sikap mas Rido!" Ucap Andini.

"Kalau begini sih, Gue jadi ogah untuk menikah!" Celetuk Evi tiba-tiba.

"Eh cempreng.......Elu juga mau menikah sama siapa? Emang elu punya pasangan!" Goda Risti.

"Wah.....Elu kalau bicara disaring dikit dong!" Evi tampak memberengut.

"Lah.....Yang gue ucapkan ini benar kan!" Kata Risti.

"Wah......Elu pancing gue judes!"

"Pancing apaan, Kalau mancing tu di laut atau di kali! Kalau pancing elu, Gue dapat apa?" Gurau Risti.

"Jutek......Bisa enggak sih elu berhenti bicara!" Suara cempreng Evi pun terdengar.

Beberapa saat setelah itu, Mereka pun telah sampai di depan perusahaan milik Rido. Sesampainya disana, Ketiganya pun tampak berjalan masuk ke dalam perusahaan tersebut.

Setelah masuk ke dalam perusahaan itu, Andini tampak bersemangat dan tak sabar untuk menemui suaminya itu.

Ketika ketiganya tampak berjalan menuju ruangan Rido, Tiba-tiba terlihat seorang wanita dengan pakaian sexi mendekat ke arah mereka.

"Maaf, Kalian ini siapa? Terus mau kemana?" Tanya wanita muda yang berpenampilan sexi itu.

"Elu enggak tahu wanita ini siapa!" Ucap Risti dengan suara lantang.

"Kalian pasti mahasiswa yang mau magang disini kan!" Wanita itu tampak meremehkan mereka.

"Wah.....Elu cari perkara ya sama kita!" Celetuk Evi yang tampak emosi.

"Kalau kalian bukan anak magang, Lalu kalian siapa?"

"Elu tahu enggak, Andini ini adalah!" Risti hendak membungkam mulut wanita sombong itu, Tetapi sebelum selesai berbicara, Andini menghentikannya.

"Kita mau cari pak Rido mbak! Apa pak Rido ada?" Tanya Andini pada wanita sombong itu dengan pelan.

"Pak Rido enggak ada, Hari ini pak!"

Wanita sombong itu hendak berbicara namun, Bima tiba-tiba datang ke tempat itu kemudian menghentikan omongan wanita itu.

"Kamu boleh pergi, Biar mereka jadi urusan saya!" Ucap Bima pada wanit itu.

"Baik pak,"

Setelah itu, Wanita itu tampak pergi meninggalkan tempat tersebut. Sementara itu, Bima menjadi alat kemarahan Risti setelah wanita itu pergi.

"Mas Bima, Wanita sombong itu siapa sih!" Ucap Risti yang tampak kesal.

"Dia pegawai baru disini!"

"Pantasan dia enggak kenal sama kita!" Ucap Risti.

"Oh iya, kalian kesini ngapain!"

"Kita mau antar makanan untuk mas Rido!" Celetuk Andini.

"Oh begitu, Ya sudah makanannya biar aku saja yang berikan sama Rido nanti!"

"Emang mas Rido kemana?" Tanya Andini.

"Lagi meeting di luar, Jadi enggak bisa di ganggu sekarang!"

"Ya sudah deh mas Bima titip saja makanannya, Kalau begitu kita langsung balik saja!"Ucap Andini.

Setelah itu, Ketiganya pun balik untuk pulang. Ketika ketiganya tampak sedang berjalan untuk pulang, Tiba-tiba Evi mendadak menghentikan langkahnya.

"Eh cempreng.....Elu kenapa tiba-tiba berhenti!" Ucap Risti yang melihat sahabatnya itu berhenti.

"Gue hanya sedang sedikit berpikir!" Sahut Evi

"Berpikir apa? Tumben-tumbenan si cempreng mau berpikir!" Gurau Risti.

"Gue sedang berpikir tentang tingkah aneh Bima tadi!"

"Emangnya mas Bima kenapa?" Celetuk Andini.

"Gue melihat dari sorot matanya, Sepertinya dia sedang berbohong!" Ucap Evi.

"Cempreng......Elu lama-lama kayak peramal aja, Bisa baca arti tatapan seseorang!" Kata Risti.

"Gue serius bicara jutek, Emang kalian enggak perhatikan apa gerak-geriknya tadi!" Ucap Evi.

"Enggak, Kalau begitu bagaimana kalau kita memata-matai mas Bima!"Usul Risti.

"Gue setuju!" Kata Andini.

Ketika ketiganya tampak berbincang disana, Tiba-tiba terlihat Bima berjalan ke arah mereka. Risti yang menyadari akan hal itu, Langsung menarik tubuh kedua sahabatnya itu untuk segera bersembunyi.