Melodi Asmara di kota Sakura
Rina Tamaki murid baru di sekolah SMU Negeri Sakura, menemui tunangannya Mitsuru Mugita, dengan membawa tugas dari keluarga, untuk menguak suatu misteri.
Namun, pertemuannya dengan tetangga depan rumah yaitu Taiga Yuki, di hari pertama, membuatnya terkesan.
Lalu, seperti apa kisah asmara yang di penuhi oleh gula? yuk ikuti kisahnya di kota Sakura yang penuh dengan misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitray Uni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bermain Air Bersama Caesar
Rina memeriksa kamar di mana Caesar beristirahat. Dingin dan pengap, jendela di tutup rapat, hanya menggunakan penerangan dari lampu dinding saja.
Rina melangkah menuju jendela, dan membukanya lebar-lebar sehingga udara segar pagi masuk beserta cahaya Matahari.
Caesar membuka matanya sedikit, dan kembali menutup matanya setelah beberapa saat.
"Kamar harus bersih dan hangat Om, nggak boleh dingin seperti ini," kata Rina.
Hitohisa mengangguk setuju, dan memperhatikan wajah Caesar yang tertimpa sinar matahari pagi.
"Dayang Arisa datang," servan di luar kembali bersuara.
Arisa masuk dengan sesuatu di tangan nya, ia meletakkan di dekat Caesar.
Rina kembali duduk dan memeriksa apa yang di bawa oleh dayang Arisa.
"Ayo yang mulia, bangun, kita sarapan sekarang," Rina membantu Caesar untuk duduk dan bersandar pada bantal.
Rina mulai menyendokkan sup hangat yang masih mengepulkan asap. Caesar makan tanpa penolakan. Daging yang empuk dan taburan bawang goreng menguarkan aroma segar dan nikmat. Caesar menghabiskan sarapannya dengan lahap.
"Terimakasih, ini sangat lezat," ucap Caesar setelah makanannya habis.
"Terimakasih, yang mulia menghabiskan sarapan," Rina membungkuk dan tersenyum senang.
Hitohisa ikut tersenyum, sudah cukup lama ia tidak melihat senyuman sang Caesar. Matanya beralih pada sarapan awal yang masih di tempatnya.
"Nona Rina, bagaimana dengan makanan ini?" tanya Hitohisa.
"Oh ya, kita bisa memanggil seseorang yang umurnya sama dengan yang mulia untuk menghabiskan makanan ini, seminggu saja om, biar kita tahu bagaimana reaksi pada tubuh orang itu," kata Rina lagi.
Hitohisa menatap servan yang dari tadi berdiri menjaga pintu dari dalam. Memanggilnya dan menyuruh duduk untuk menghabiskan sarapan yang sudah terhidang.
Servan itu tampak bahagia, dan menikmati makanan itu dengan cepat.
"Om, yang mulia harus keluar berolahraga agar tubuhnya hangat," ujar Rina lagi.
"Baiklah, yang mulia kita bisa ke lantai atas, di sana yang mulia bisa menikmati sinar matahari pagi," ujar Hitohisa dan membantu Caesar bangkit dari duduknya.
Caesar berjalan tertatih di bimbing oleh Hitohisa keluar dari ruangan. Dayang yang berada di luar terlihat kaget, dengan wajah yang tidak senang.
"Yang mulia, harusnya tetap di dalam beristirahat," kata dayang itu membungkuk kan badannya.
"Yang mulia akan mencari udara segar, tolong bereskan ruangan," Hitohisa tidak menghiraukan ucapan dayang itu.
Rina dan Arisa beserta ke dua servan mengikuti langkah Caesar yang pelan.
Rina melirik dayang yang di tugaskan untuk membersihkan ruangan Caesar, ia bisa melihat aura gelap menyelimuti tubuh dayang yang sudah dewasa itu.
Salah satu servan melangkah terlebih dahulu, memeriksa ruangan atas tempat Caesar berolahraga.
Rina melangkah di lantai tertinggi Castle itu, aroma belerang menguar. Rina mencari dari mana asalnya, ternyata di kiri dan kanan adalah kolam pemandian air hangat.
Mereka melangkah terus dan di seberang sana merupakan teras yang cukup luas, untuk Caesar berolahraga ringan.
"Waw, ini pemandangan yang luar biasa," celetuk Rina berjalan mengelilingi teras yang hanya sebagian dari gedung itu. Namun, cukup luas untuk sekedar bersantai, menikmati secangkir teh di pagi atau sore hari.
Dayang Arisa juga sangat surprise, sudah sekian lama ia bekerja di Castle, tetapi baru kali ini ia bisa berada di tempat indah ini.
"Lama sekali rasanya saya tidak mampir ke sini," ucap Caesar tersenyum menatap indahnya pemandangan pagi ini.
"Yang mulia, sering-seringlah ke sini, biar suasana hati yang mulia menjadi lebih senang," ucap Rina sopan.
Caesar mengangguk dan tersenyum, wajahnya perlahan mulai memerah, terkena siraman matahari pagi.
"Om, bantu membuka pakaian yang mulia, seluruh tubuh harus tersiram cahaya mentari pagi dengan sempurna," kata Rina lagi.
"Maaf yang mulia," ucap Hitohisa dan mulai membuka pakaian Caesar, hingga Caesar bertelanjang dada.
Rina menatap tubuh Caesar, dan memperhatikan benjolan merah yang menyebar di bagian dada dan punggung.
"Yang mulia suka melakukan olahraga apa?" tanya Rina sopan.
"Berburu, memanah, hm apalagi, berlatih pedang," Caesar berpikir sejenak, apa yang dari dulu ia lakukan semenjak usianya masih muda.
"Itu semua sangat menyenangkan, ajak saya jika yang mulia sudah sehat nanti," kata Rina tersenyum.
Caesar menatap Rina dan senyumnya semakin hangat.
"Kamu masih sangat muda, tetapi, sudah menjadi dukun," ujar Caesar pada Rina.
"Anda juga muda-muda, tetapi sudah menjadi Caesar," puji Rina lucu.
"Hahahaha, kau ini, apa yang menjadi Caesar itu harus selalu tua?" Caesar tertawa merasa lucu dengan ucapan gadis berambut coklat gold itu.
Suasana di teras itu, tampak sangat hangat dan ceria. Ke dua servan begitu bersemangat melihat tuan mereka kembali gembira seperti sedia kala. Hitohisa juga merasa bersyukur, bisa bertemu dengan gadis kecil yang ia kira tidak memiliki kemampuan apa-apa.
Hampir dua jam, mereka semua berjemur di pagi itu. Wajah mereka sudah memerah, dengan lelehan keringat yang membanjiri tubuh mereka.
"Ayo tuan, kita bersantai di kolam pemandian air hangat," ucap Rina menuntun Caesar yang sudah mandi keringat itu.
Caesar mengikuti langkah Rina, ia tersenyum menatap gadis muda yang menuntunnya dengan hati-hati.
Rina melangkah perlahan masuk ke dalam kolam air hangat, merasakan sensasi yang nikmat pada kakinya yang terendam.
Caesar mendinginkan tubuhnya sebelum ia melangkah masuk, dan duduk santai di tengah kolam berair jernih itu.
Hitohisa ikut berendam di sebelah Caesar, menemani dan bercerita ringan dengan Caesar yang seakan baru terbangun dari mimpi panjang yang melelahkan.
"Nona, sebentar lagi, para dayang akan kembali membawakan cemilan untuk yang mulia," kata dayang Arisa pelan berdiri di pinggir kolam dekat dengan Rina.
Rina terdiam sejenak, memikirkan apa yang harus ia lakukan. Ia mendekati dayang muda itu, dan membisikkan sesuatu. Arisa mundur perlahan dan menghilang dari pandangan.
Rina mendekati Caesar dan menyiramkan air hangat itu ke tubuh orang nomor satu itu, hingga mengenai wajah dan rambut.
"Ayo yang mulia, kita main air!" teriak Rina dan terus menggerakkan air ke arah wajah Caesar.
"Wah, kau menyerang tuanku?" kata Hitohisa bangkit dari duduknya dan mengambil air dengan kedua tangannya serta menyiramkan ke wajah Rina sekuat tenaga.
"Ya, aku juga menyerangmu wahai Om tua," celetuk Rina mengubah arah pada orang kepercayaan Caesar.
"Hahaha, kau memanggilnya apa? Om tua, hahaha," Caesar tertawa lucu menatap dua orang yang bukan anak kecil bermain siram-siraman air.
"Benar yang mulia, gadis kecil ini dari awal bertemu sudah memanggil saya dengan sebutan itu, entah apa yang ada di benaknya," ujar Hitohisa tertawa dan bersemangat melihat tuannya tak berhenti tertawa.
"Dia sudah tua yang mulia, pantas menjadi om-om yang sibuk dengan masa tuanya," ujar Rina terus menyiramkan air dengan tangannya.
"Hei, bahkan aku belum menikah, tua dari mana," balas Hitohisa berlari menjauh karena gadis muda itu menyiramnya tiada henti.
"Hahaha, sudah-sudah saya sudah lelah tertawa melihat tingkah kalian berdua," ucap Caesar memegang perutnya yang terasa kencang.
"Dayang datang membawa cemilan!" teriak servan yang berjaga di dinding bagian luar.
Bersambung...
Hai gaes, mohon votenya dong, biar Rina tambah semangat.
Terimakasih 🥰🥰🥰
semangat terus
ijin follow yaaa dan jangan lupa follback /Smile/