NovelToon NovelToon
Mimpi Aqila

Mimpi Aqila

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Nikahmuda
Popularitas:303
Nilai: 5
Nama Author: Ai_va

" Aku akan membiayai sekolahmu sampai kamu lulus dan jadi sarjana. Tapi kamu harus mau menikah denganku. Dan mengasuh anak-anak ku. Bagaimana?

Aqila menggigit bibir bawahnya. Memikirkan tawaran yang akan diajukan kepadanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ai_va, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menginap

" Kak.... Kalau Qila nggak jenguk ibu, nanti ayah sama kak Alvi curiga nggak?"

" Gini Qila. Lebih baik Qila malam ini tidur di rumah kakak saja gimana?"

" Kenapa kak?"

" Kakak nggak tega ninggalin kamu sendirian. Sedangkan kalau kakak nginep disini terus tetangga kamu tahu pasti berpikiran yang nggak-nggak. Di rumah kakak ada banyak kamar. Kamu tenang aja. Kamu nggak akan tidur sama kakak sampai kita menikah kok. Di rumah kakak ada mama kakak dan asisten rumah tangga yang lainnya. Jadi kakak akan merasa aman ninggalin kamu."

" Qila malu kak kalau harus nginap di rumah kakak."

" Nggak apa-apa. Kedua orang tua kakak paham situasinya. Oke?"

Aqila hanya menganggukkan kepalanya. Dengan dibantu oleh Amanda, Abizam mengemasi pakaian Aqila yang akan digunakan selama menginap dirumah Abizam.

" Beres."

" Ayo kakak gendong ke mobil."

Abizam menggendong Aqila ala bridal style. Wajah Aqila memerah saat Abizam menggendongnya. Abizam mendudukkan Aqila di bangku depan mobil. Sedangkan Leon dibaringkan di bangku tengah.

" Kamu antar kan gadis ini pulang."

" Eh nggak usah om. Manda bisa pulang sendiri kok."

" Ini hampir jam 9 malam. Nggak baik anak cewek pulang sendiri jam segini."

" Kalau Manda sama Qila sih biasa pulang jam segini kok om."

" Udah ayo ikut aku aja."

Ryan menarik tangan Amanda dan membawanya masuk ke dalam mobil untuk diantarkan pulang.

" Kamu mau ketemu ayah sama kakak kamu?"

" Pengen sih kak. Tapi gimana bisa? Nanti mereka khawatir sama Qila."

" Setidaknya mereka harus tau. Jangan dibiasakan menyimpan semuanya sendirian Qila. Kamu harus terbiasa berbagi cerita. Entah itu cerita sedih atau cerita bahagia. Jadi kita bisa temukan solusinya. Oke?"

Aqila menganggukkan kepalanya. Abizam melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit. Dan memarkirkan mobilnya dekat dengan pintu masuk rumah sakit.

" Kamu tunggu sini. Kakak akan panggilkan ayah dan kakak mu."

Aqila menganggukkan kepalanya. Abizam pun masuk ke dalam rumah sakit. Cukup lama Aqila menunggu. Sampai dia hampir memejamkan matanya karena merasa bosan.

" Qila...."

" Ayah..."

" Kamu nggak apa-apa sayang?"

" Qila nggak apa-apa kok Yah."

Ayah Aqila melihat tangan Aqila yang memerah dan pahanya yang memerah juga.

" Semoga aja ini nggak melepuh besok."

" Kak Abi sudah bawa Aqila ke rumah sakit tadi Yah. Semoga saja besok bisa segera sembuh dan nggak melepuh."

" Maafkan ayah nggak bisa menemani kamu."

Mata ayah Aqila berkaca-kaca melihat keadaan Aqila.

" Ayah nggak perlu khawatir. Qila baik-baik saja kok. Ayah jaga ibu ya. Maaf untuk beberapa hari ke depan Qila mungkin nggak bisa jenguk ibu."

" Iya Qila. Ayah tahu. Nak Abi, saya serahkan Aqila kepada anda. Saya yakin Aqila sudah berada di tangan yang tepat."

" Iya ayah. Ayah tenang saja."

" Sudah. Ayah masuk aja. Qila mau pulang."

" Iya kamu hati-hati ya."

Aqila melihat ayahnya yang masuk ke dalam rumah sakit. Air mata Aqila tidak kuasa terbendung lagi. Berkali-kali dia menghapus air mata itu, berkali-kali juga butiran kristal bening mengalir dari pelupuk matanya. Abizam yang melihat itu membawa Aqila dalam pelukannya. Aqila menumpahkan tangisannya di dalam pelukan Abizam.

" Sudah. Jangan nangis. Nanti Qila pasti bisa kumpul lagi sama ayah dan ibu Qila. Oke?"

Aqila menganggukkan kepalanya. Abizam menghapus air mata Aqila yang mengalir di kedua pipi Aqila. Membuat suasana menjadi semakin canggung.

" Kak Aqila kenapa? Papi apain kak Aqila?"

Suara Leon memecahkan kecanggungan diantara keduanya.

" Papinya Leon nggak ngapa-ngapain kakak kok. Leon kenapa bangun?"

" Leon mau pipis."

" Ayo papi antarkan ke kamar mandi dulu. Kamu tunggu dulu disini nggak apa-apa kan?"

" Iya kak."

" Tunggu ya. Kakak bentar aja kok."

Abizam membawa masuk Leon ke dalam rumah sakit untuk menuju ke toilet. Aqila mengutak-atik handphone dan membalas pesan dari Amanda.

* Something happen *

* Kamu udah pulang *

* Udah. Udah sampai rumah. Bakal jadi masalah besar aku diantar sama Om Ryan *

* Ibu tiri kamu tahu? *

* Iya. Tapi untung ada Ayah. Jadi aku aman malam ini *

* Besok gimana? *

* Entahlah. Semoga besok ayah berangkat siang. Aku tidur dulu Qila. Kamu juga. *

* Oke *

Aqila mengakhiri percakapannya dengan Amanda melalui aplikasi hijau tepat saat Abizam dan Leon sudah keluar dari rumah sakit. Abizam melihat raut kecemasan di wajah Aqila. Sedangkan Leon langsung mengambil tempat di bangku belakang dan langsung terlelap lagi karena sangat ngantuk.

" Ada apa?"

" Nggak apa-apa kak."

" Cerita sama kakak."

Abizam mengusap kepala Aqila yang membuat Aqila selalu merasa nyaman.

" Tentang Amanda."

" Kenapa? Apa Ryan nggak nganter dia sampai rumah?"

" Justru karena Om Ryan antar Manda sampai rumah yang menjadi masalah."

" Kenapa?"

" Ibu Amanda udah lama meninggal. Dan ayah Amanda ini menikah lagi. Ibu tiri Amanda tidak menyukai Amanda. Dia hanya menyukai ayah Manda aja. Setiap hari ibu tiri Amanda selalu mencari-cari kesalahan Amanda."

" Apa dia punya saudara tiri?"

" Iya. Namanya Talita. Usianya lebih muda dari Amanda. Talita ini anaknya baik menurut Amanda. Pernah beberapa kali Amanda di hukum ibu tirinya dan nggak dapat makan malam, Talita juga yang memberikan makan malam kepada Amanda secara diam-diam."

" Ayahnya gimna?"

" Ayah Amanda nggak pernah tahu perlakuan ibu tiri Amanda kalau di depan ayahnya selalu baik."

" Nanti coba kita pikirkan gimana cara bantu Amanda ya."

" Iya."

Abizam melajukan mobilnya menuju ke rumahnya.

" Kamu tidur aja."

" Masih nggak ngantuk kak."

Abizam mengusap-usap kepala Aqila. Hal yang menjadi favoritnya saat bersama Aqila. Senyuman tak pernah lepas dari bibir Abizam.

" Jangan di usap-usap kepalanya Qila."

" Kenapa?" Raut kecewa sedikit tersirat dari wajah Abizam.

" Qila nya jadi ngantuk."

" Ya tidur kalau ngantuk."

" Nggak enak masuk rumah orang tidur."

Abizam terkekeh mendengar jawaban Aqila. Tidak berapa lama kemudian mereka sampai dirumah yang sangat megah. Halaman rumahnya sangat cantik. Karena penuh dengan berbagai macam bunga.

" Ini rumah kakak?"

" Iya dong. Bentar aku gendong Leon dulu."

Abizam menggendong Leon dan membawanya masuk ke dalam rumah. Cukup lama Aqila menunggu sampai akhirnya Abizam keluar dari dalam rumah bersama dengan mamanya.

" Aqila.... Kamu nggak apa-apa?"

" Nggak apa-apa Ma. Qila baik-baik saja kok."

Abizam menggendong Aqila dan membawanya masuk ke dalam rumah. Abizam membawa masuk Aqila kedalam kamar tamu dan merebahkan nya.

" Bisa ganti baju sendiri?"

" Bisa kak. Kakak istirahat saja."

" Sini biar mama yang bantu. Kamu mandi dulu sana."

" Iya ma."

Abizam meninggalkan mereka berdua. Mama Abizam membantu Aqila saat berganti baju. Wajah Aqila memerah menahan malu.

" Sudah."

" Terima kasih Ma. Maaf Qila merepotkan."

" Nggak repot kok. Maaf ya, karena mama bawakan sup jadinya kamu kena musibah seperti ini. Lain kali mama bawakan makanan yang nggak pakai kuah aja deh."

" Eh, jangan repot-repot Ma. Qila jadi nggak enak."

" Nggak apa-apa. Mama senang malahan. Sejak kecil Abizam itu anak yang nggak merepotkan. Apa-apa dia kerjakan sendiri. Mama jadi kayak kehilangan masa-masa kecilnya. Untungnya terbayarkan dengan kehadiran Leon.

" Kalau boleh Qila tahu, istri kak Abi dimana Ma?"

Mama Abizam terdiam dan kemudian menyunggingkan senyumnya.

" Nanti kamu tanya sama Abi sendiri ya. Hanya Abi yang berhak menjawabnya."

" I...ya Ma."

* tok..tok..tok..*

" Iya."

" Abi boleh masuk Ma?"

" Masuk aja. Qila udah ganti baju kok."

Abizam masuk ke dalam kamar. Mama Abizam beranjak dari duduknya dan meninggalkan mereka berdua.

" Ngobrol apa aja sama mama?"

" Ah nggak."

" Masa cuma ganti baju aja?"

" Itu ......"

" Apa?"

" Leon nggak bangun lagi kak?"

" Nggak. Leon itu kalau udah pipis, dia nggak akan bangun-bangun lagi. Biasanya juga pipis sendiri."

" Leon tidur di kamar sendiri?"

" Iya. Kadang tidur sama aku."

" Boleh Qila tahu dimana mamanya Leon?"

Abizam terdiam mendengar pertanyaan Aqila. Aqila merasa canggung dan tidak enak menanyakan hal yang mungkin membuat sedih.

" Kalau kakak nggak mau cerita nggak apa-apa kok."

" Kakak akan cerita. Dan kakak harap sikap mu nggak akan berubah."

Aqila menganggukkan kepalanya.

" Leon bukan anakku."

" Hmmmmm ??"

" Dulu saat masa sekolah, selain Ryan aku punya satu orang sahabat lagi. Namanya Ivan. Dia yang pertama menikah di antara kami bertiga. Pada saat dia dan istrinya akan ke rumah sakit, mereka kecelakaan. Saat itu Leon di titipkan di rumah ku. Istri Ivan meninggal di tempat. Sedangkan Ivan kritis. Pada akhirnya dia meninggal setelah beberapa waktu kritis. Sebelum meninggal, dia menitipkan Leon pada ku. Sejak saat itu Leon sudah jadi anakku. Hanya saat weekend dia akan menginap di rumah Ryan."

Air mata mengalir di pelupuk mata Aqila. Membayangkan bayi merah yang sudah tidak mempunyai orang tua. Abizam menghapus air mata yang mengalir di pipi Aqila.

" Jangan berubah terhadap Leon ya? Tolong perlakukan dia seperti anak kamu sendiri nantinya."

Aqila menganggukkan kepalanya.

" Banyak perempuan - perempuan yang mendekati aku, tetapi mereka tidak mau dekat dengan Leon. Bahkan yang seperti kamu lihat, Leon ditinggalkan di mini market beberapa waktu lalu."

" Iya. Leon anak yang menyenangkan. Sangat mudah bergaul dengan Leon."

" Dia akan jadi anak yang menyenangkan dengan orang yang dia suka. Kalau dia nggak suka, ya dia bisa jadi anak yang menyebalkan. mungkin Vira merasa jengkel dengan kenakalan Leon."

Aqila tertawa mendengar cerita Abizam.

" Qila..."

" Iya?"

Aqila menghentikan tawanya dan menatap Abizam dengan wajah serius.

" Kakak suka dengan tawa mu. Teruslah tertawa seperti ini saat kamu bersama kakak."

Aqila pun menyunggingkan senyumnya.

" Sekarang kamu tidur. Besok nggak usah masuk sekolah dulu ya."

Aqila menganggukkan kepalanya. Aqila pun merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Abizam menepuk-nepuk pundak Aqila seperti seorang ayah yang menidurkan anaknya. Lambat laun mata Aqila tertutup dan akhirnya dia terlelap. Abizam mengecup kening Aqila kemudian mematikan lampu kamarnya. Ada perasaan bahagia mengingat Aqila berada di rumahnya saat ini. Abizam pun naik ke kamarnya dan mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sangat lelah hari ini.

1
luisuriel azuara
Bagus banget, semoga mendapat banyak pujian dan dukungan!
Tri Wahyuni: makasih kak 🙏
total 1 replies
María Paula
Characternya bikin terikat! 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!