One Night Stand With Mr. Z

Tiket sudah dibeli, pop corn dan cola juga sudah dibeli, tinggal menunggu giliran mereka masuk untuk menonton filmnya karena masih lima belas menit lagi diputar.

“Kau tak salah kan ingin menonton film ini?” tanya Zayn yang bingung dengan pilihan istrinya itu, pasalnya bukan film horor, avatar atau film harry potter yang disukai wanitanya itu, Scarlett malah memilih film yang dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra dalam serial kisah drama cinta Ada Apa Dengan Cinta yang kini tengah tayang di bioskop.

Scarlett sangat penasaran sekali karena sahabatnya selalu saja mengatakan film yang diperankan oleh idolanya Violet itu sungguh sangat bagus hingga sahabatnya itu terus saja mengatakannya kalau ia harus menontonnya, agar kisah cintanya dengan sang suami tak datar seperti air kolam yang tenang kala tak ada yang mencemplunginya.

“Tak, Violet terus saja memintaku menontonnya agar kisah cintaku lebih berwarna sedikit katanya. Dia ingin aku melihat betapa tampannya artis favoritnya itu. Karena aku penasaran, jadi aku ingin menontonnya, meski ingin sekali aku menonton film Harry Potter yang kedua,” sahut Scarlett yang merelakan tak menonton film kesayangannya demi menonton film yang selalu direkomendasikan oleh sahabatnya, Zayn tentu saja sangat setuju dengan apa yang disarankan oleh Violet.

“Baiklah, mari kita masuk, filmnya akan segera dimulai,” ajak Zayn karena sudah waktunya mereka masuk.

Scarlett dan Zayn berjalan masuk ke dalam studio yang akan memutar film, ia duduk di barisan kursi yang berada di tengah. Tak lama lampu dimatikan dan film pun dimulai.

Awal cerita Scarlett berharap filmnya tak membuatnya kecewa, karena ia yang tak menyukai film dengan genre romantis terpaksa harus rela menontonnya. Zayn menatap ke arah wanitanya itu yang menonton film dengan ekspresi datar, ia sungguh bingung, apakah wanitanya itu tak ada perasaan apa pun pada film yang sedang ditontonnya, atau memang filmnya yang tak menarik bagi Scarlett.

Hingga film menuju selesai, Scarlett masih saja asyik dengan camilannya tanpa menunjukkan ekspresi baper atau lebai karena adegan sweet dalam film tersebut.

“Huh, film yang membosankan,” ucapnya menghela napas, sepanjang film ditayangkan Scarlett memang tak menemukan adegan yang membuatnya berdegup atau terhanyut dalam ceritanya, mungkin karena ia tak menyukai film romantis makanya ia merasa bosan menontonnya.

“Lagian kamu, sudah tahu tak suka tapi masih saja tetap menonton. Andai tadi kamu mengikuti kata hatimu, dijamin sekarang kau akan puas.” Zayn hanya bisa terkekeh melihat ekspresi wanitanya yang merasa tak puas dengan film yang ditontonnya.

“Sudahlah, aku lapar, mending kita makan saja.” Scarlett berjalan menuju salah satu Cafe tempat makanan cepat saji tersedia di dalam mall tersebut, bernuansa jepang tapi sederhana tak membuat Scarlett minder.

Zayn tak masalah dengan tempat makan pilihan istrinya itu selagi ia bersama dengan wanita yang ia cintainya itu.

“Kau ingin makan sama apa?” tanya Scarlett melihat daftar menunya.

“Samakan saja dengan apa yang kau makan,” sahut Zayn.

“Baiklah, aku akan pesan dulu.” Scarlett bangkit dan menuju meja kasir untuk memesan makanan yang ingin dimakannya, setelah membayarnya makanan pun siap, ia membawanya menuju meja di mana suami dadakannya itu berada.

“Kuharap kau tak protes dengan makanan yang kupesan,” ucap Scarlett, Zayn tersenyum melihat menu yang dibawa oleh istrinya, nasi bento dengan daging sapi teriyaki saus lada hitam dan juga es lemontea.

“Ini sudah lebih dari cukup, asal bersama dengan istriku, di mana pun tempatnya dan apa pun menunya bisa kumakan.” Zayn menyuapkan makanannya ke dalam mulut, ia makan perlahan hingga akhirnya habis tak tersisa.

Setelah makan, Zayn menemani wanitanya itu jalan-jalan hingga malam menjelang. Hari itu Zayn benar-benar memenuhi ucapannya untuk menemani wanitanya seharian. Setelah lelah mereka pulang.

Sampainya di kediaman Zayn, Scarlett terlelap. Zayn yang tak ingin mengganggu tidur lelap istrinya, memutuskan untuk menggendongnya masuk ke dalam. Zayn meletakkan tubuh Scarlett perlahan di atas tempat tidur agar tak mengganggunya, setelahnya Zayn membersihkan tubuhnya dan ia pun ikut terlelap di samping Scarlett.

*

Pagi menjelang, Scarlett membuka matanya perlahan, ia merasa perutnya tertekan karena Zayn memeluknya erat. Perlahan Scarlett mencoba melepaskannya karena ia ingin bangun, tapi ternyata usahanya sia-sia, Zayn malah semakin erat memeluknya.

“Kau mau ke mana? Tidur saja lagi, kita akan ke kantor Papahmu jam delapan atau jam sembilanan,” tanya Zayn.

“Apakah kau tak ingin sarapan? Aku ingin masak untuk kita sarapan.” Scarlett balik bertanya.

“Di meja makan selalu ada roti dan selai, aku cukup makan itu saja untuk sarapan. Sekarang tidur lagi temani aku,” sahut Zayn, ia sebenarnya bukan tipe pria yang neko-neko dalam hal makanan selagi Scarlett yang menyediakannya.

“Baiklah, aku akan menurutimu karna kau Bosnya,” akhirnya Scarlett menuruti perkataan suaminya untuk kembali tidur meski matanya tak bisa ia pejamkan kembali.

“Dan kau Nyonyanya,” balas Zayn.

*

“Maaf, aku hanya bisa membuat ini karena kau memintaku untuk tidur kembali.” Scarlett menyuguhkan roti bakar dengan isian sayuran dan telur mata sapi yang ditemani oleh secangkir jus jambu.

Semenjak menikah, Zayn jadi terbiasa sarapan rutin dan minum jus juga setiap pagi. Tadinya ia akan makan saat makan siang saja dikantor meski asisten rumah tangganya sudah menyiapkan sarapan. Namun, semenjak ada Scarlett, pekerjaan asisten rumah tangganya kini hanya membereskan rumah dan masak adalah menjadi tugas Scarlett.

Bukan karena Zayn yang menyuruhnya, tapi karena Scarlett sendiri yang ingin melakukannya. Ia sudah terbiasa apa-apa serba dikerjakan sendiri, jadi baginya tak masalah.

“Aku tak pilih-pilih makanan selagi kau yang membuatnya, jadi tak perlu meminta maaf. Aku malah bersemangat memakannya meski hanya roti bakar dan segelas jus saja. Rasanya sangat nikmat karena buatan istri mesum tercinta,” goda Zayn dengan mengedipkan sebelah matanya, Wajah Scarlett memerah bak kepiting rebus, rasanya sungguh panas sekali.

Usai sarapan, keduanya bersiap untuk menuju Mutiara Group guna meminta kepastian dari Sebastian. Zayn berharap, jawaban dan keputusan Sebastian tak membuatnya murka karena ia juga menawarkan sesuatu yang menguntungkan sebagai gantinya.

“Aku sungguh tak sabar ingin mendengar keputusan dari Papah. Apa yang akan ia lakukan, apakah ia bersedia memberikan jabatan yang kau minta itu, atau ia akan memilih perusahaannya bangkrut,” seru Scarlett yang penasaran akan keputusan Sebastian.

“Papahmu akan mengambil keputusan yang menguntungkan baginya dan perusahaannya, percayalah padaku, dia akan menyerahkan kursi itu padamu nanti,” ucap Zayn dengan penuh keyakinannya.

Apa yang dipikirkan Zayn memang benar, Sebastian akan menerima tawaran tersebut demi dana yang menggiurkan, tapi di samping itu Sebastian juga ingin membuat perusahaannya lebih berkembang lagi agar bisa bersanding dengan perusahaan milik menantunya.

“Yang kau katakan memang benar. Oh iya, bagaimana dengan salonku? Apakah sudah mulai pembangunannya?” tanya Scarlett yang tiba-tiba saja ingat akan nasib salonnya.