CINTA Yang Tak DIRESTUI

Tak terasa satu bulan berlalu, Nabila berada dilingkungan yang sangat menyenangkan. Nabila merasa mendapatkan keluarga baru, setiap hari hanya kebahagiaan yang dia rasakan.

Nabila ingin selalu seperti sekarang ini, bercanda dengan teman-temannya, tidak ada iri dengki diantara mereka, yang ada hanya tingkah konyol yang seakan tidak ada habisnya.

"Nabila, tolong didepan ada yang baru datang, kamu layani dulu ya aku mau ke toilet," ucap Ani, sedangkan yang lainnya juga sibuk.

"Iya!" jawab Nabila. Lalu Nabila segera ke depan, dan betapa terkejutnya dia saat melihat Aditya bersama dengan Vina.

Nabila langsung berbalik badan sebelum Aditya melihatnya. Nabila segera berlari ke dapur dan mencari bantuan.

"Doris, tolong kamu layani tamu yang baru datang," pinta Nabila.

"Kenapa nggak kamu aja sih, aku juga lagi sibuk nih."

"Tolong Doris, aku tidak bisa keluar saat ini," ucap Nabila dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Nabila kamu kenapa?" tanya Doris yang terkejut karena baru melihat ke arah Nabila.

"Tolong Doris."

"Oke, oke, aku ke depan sekarang, kamu di sini aja ya," ucap Doris yang langsung mengerti dengan situasi yang terjadi.

Yudi dan Rani juga heran kenapa Nabila seperti ketakutan. Tak lama Ani datang setelah dari toilet.

"Loh, Nabila kamu kenapa?" tanya Ani khawatir.

"Tolong Ani, aku izin sebentar. Aku tidak bisa ke depan dulu," lalu Nabila memilih pergi ke toilet.

"Kenapa?" tanya Ani, lalu Rani memberi kode pada Ani, dan Ani pun mengerti kalau Nabila sedang tidak baik-baik saja.

"Ani, tolong antar pesanan ini ke meja nomor 3," ucap Rani.

"Oke."

Doris yang kembali dari depan segera mendekat pada Rani memberikan catatan pesanan sambil berbisik.

"Ran, orang yang pesan ini membicarakan Nabila, sepertinya mereka sedang mencari Nabila," ucap Doris.

"Siapa mereka? Dan untuk apa mereka mencari Nabila, dan Nabila sepertinya juga menghindari mereka," ucap Rani.

"Terus Nabila kemana sekarang?" tanya Doris.

"Kayaknya pergi ke toilet tadi!"

"Ya sudah, nanti saja kita tanya Nabila."

Lalu mereka melanjutkan pekerjaan masing-masing. Setelah jam makan siang, kafe sedikit lengang hanya ada beberapa pengunjung yang sedang bersantai di sana.

Setelah membereskan meja dan mencuci piring, Nabila bergabung dengan teman-temannya yang sedang istirahat sejenak mumpung sepi pengunjung.

Di saat itulah Doris memberanikan diri untuk bertanya.

"Nabila, sebenarnya siapa laki-laki dan perempuan tadi siang. Aku dengar mereka juga membicarakan Nabila yang aku pikir itu adalah kamu."

Nabila tertunduk, mungkin sudah waktunya dia menceritakan yang sebenarnya tentang dirinya.

"Laki-laki itu adalah mas Aditya, dia manager restoran tempat aku kerja, yang ternyata dia adalah anak dari pemilik restoran itu."

Nabila diam sejenak dan mengatur nafas karena dadanya terasa sesak saat mengingat Aditya.

Lalu Nabila menceritakan semua kisahnya dengan Aditya, walau sesekali harus terhenti karena ada pelanggan yang datang, tapi Nabila melanjutkan ceritanya hingga usai. Nabila berharap setelah ini bebannya akan berkurang.

Setelah Nabila selesai bercerita, Ani dan Lina yang duduk di sebelah Nabila segera memeluk Nabila untuk menguatkan gadis malang tersebut. Doris yang hatinya sangat lembut sampai meneteskan air matanya.

"Kalian kenapa pada nangis?" tanya Nuri yang baru datang dan mengagetkan mereka semua.

"Ih, Nuri, kamu merusak suasana tau nggak? Sebel deh," gerutu Doris.

"Lagian waktunya kerja malah asik ngumpul di sini, pake acar nangis-nangis segala? Kalian lagi ngomongin apa sih?"

"Sini aku ceritain, duduk yang benar disini." ucap Doris

Sementara yang lainnya sudah bubar untuk melayani pelanggan. Setelah Doris selesai bercerita ternyata Nuri juga menangis.

"Kenapa ceritanya sedih begitu?"

"Tuh kan, kamu nangis juga. Aku juga kasian sama Nabila, dia hanya sebatang kara di dunia ini. Makanya kami berjanji akan selalu ada untuk Nabila," tutur Doris.

Saat Nabila datang tiba-tiba Nuri langsung memeluk Nabila.

"Kamu kenapa?" tanya Nabila yang kebingungan.

"Nabila, kalau kamu butuh sesuatu kamu bilang aja sama aku ya. Kita sama-sama yatim piatu, tapi mungkin aku lebih beruntung dari kamu karena aku masih punya kakak dan Oma. Aku janji akan selalu membantu kamu saat kamu kesulitan," ucap Nuri yang membuat Nabila terharu.

"Terimakasih ya, kalian semua sudah baik sama aku! Semoga kebaikan kalian dibalas juga dengan kebaikan," ucap Nabila.

"Nuri, Nabila, kalian kenapa peluk-pelukan? Apa sudah setuju untuk jadi ipar?" tanya Meta yang membuat Nabila hanya melongo.

"What? Ipar? Sama cowok jutek itu? Aku nggak setuju. pokoknya TIDAK. Apa jadinya Nabila kalau dijodohin sama cowok jutek, mulut pedas level 100 itu?" ucap Doris sewot.

"Woi, itu kakak aku yang kamu cela dari tadi," ucap Nuri sambil memukul lengan Doris.

"Aww, kamu kok kdrt sih, jadi cewek itu yang kalem kayak aku gini," kata Doris.

"Hah, jadi cewek jadi-jadian kayak kamu? Ih najis," ucap Nuri.

"Tuh kan, nggak kakak nggak adek, mulutnya sama aja," gerutu Doris lalu pergi ke depan.

"Ya sudah aku tinggal dulu ya," pamit Nabila yang sedang melayani pelanggan.

"Nuri ada apa? Kenapa tadi kamu sama Nabila nangis?" tanya Meta.

"Ke ruangan kak Meta aja yuk, nanti aku ceritain semuanya," ucap Nuri.

"Ayo."

Setelah sampai di dalam ruangan Meta, Nuri Segeran menceritakan tentang kehidupan Nabila. Tak jauh berbeda, Meta pun ikut sedih setelah mendengar cerita Nuri, karena Meta juga seorang yatim piatu.

Flash back on,

Orang tua Meta meninggal karena kecelakaan saat Meta masih kecil. Lalu Meta di asuh oleh orang tua Nuri dan Aldi yang tak lain adalah adik dari mamanya Meta. Jadi mama Meta adalah kakak dari mamanya Nuri dan Aldi.

Meta, Nuri, dan Aldi tumbuh bersama seperti saudara kandung. Tapi kebahagian itu tidaklah lama, saat itu Meta yang baru memasuki bangku kuliah, sedangkan Aldi yang masih SMA dan Nuri SMP. Tiba tiba mereka di jemput oleh supir di sekolah masing-masing.

Saat sampai di rumah, mereka terkejut karena rumah mereka ada banyak orang. Banyak diantara mereka yang tertunduk sedih.

"Om Beni, ada apa?" tanya Aldi pada orang kepercayaan papanya.

"Aldi, kamu yang sabar ya."

"Kenapa? Ada apa om?" lalu Aldi segera berlari ke dalam rumah dan melihat dua orang yang terbujur kaku, sementara Omanya menangis meraung di sampingnya. Aldi hanya terdiam di depan pintu.

Sementara Nuri dan Meta yang baru saja datang langsung teriak histeris. Seketika itu dunia Mereka bertiga langsung runtuh, mereka tidak lagi mempunyai tempat untuk berlindung, dan mengadu. Bahkan Meta sampai jatuh pingsan karena lagi-lagi dia harus kehilangan sosok orang tua secara bersamaan.

flash back off,

Meta tersadar dari lamunan panjangnya setelah Nuri pergi. Dia tidak menyangka kalau Nabila juga mengalami hal yang sama dengan dirinya, bahkan hidup Nabila lebih menyedihkan karena tidak mempunyai keluarga lain, dan harus bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri.

Meta mempunyai ide untuk menyatukan Nabila dengan Aldi. Dia yakin kalau Aldi bisa membahagiakan Nabila, dan mereka bisa saling melengkapi.

Akhirnya Meta menghubungi Nuri untuk membicarakan ide nya ini, mungkin terdengar konyol tapi tidak ada salahnya kan kalau mencoba?

Akankah rencana Meta berhasil???