Kesucian yang di renggut secara paksa karena di anggap wanita bayaran, membuat Elnara hamil hingga ia terpaksa harus menikah dengan orang yang merenggut kesuciannya. Lalu bagaimana kalo ia dipaksa membuat perjanjian harus meninggalkan bayi nya setelah lahir? Sanggupkah ia bertahan hidup seatap dengan pria yang paling ia benci yang sudah menghancurkan masa depannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShiNe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anak kita
“ Apa dia hidup ?” tanya Aryan begitu saja meluncur dari bibirnya hingga membuat sang oma menahan napasnya barang sejenak.
Nara tetap saja membuang wajahnya tak ingin melihat dan mendengar apapun soal kehamilannya saat ini. Oma pun sedih melihat sikap Nara yang belum menginginkan calon anaknya.
“ Tentu , bapak. Dia calon buah cinta bapak dengan ibu. Dia akan tumbuh bersama cinta kedua orang tuanya di dalam rahim ibu. Selamat ya, Bapak dan Ibu Maheswara akan menjadi orang tua yang hebat !”
Jlebbb !
Seperti ada batu besar yang menghantam sanubari Aryan saat ini, hanya melihat sebuah tampilan tanpa gambar yang jelas bergerak seolah menari di depannya. Sesuatu yang tumbuh hidup begitu nyata dan akan memanggilnya ‘ Daddy’ suatu hari nanti.
Tiba-tiba Aryan membuang napasnya kasar. Bibirnya kini kelu. Entah siapa yang menggerakkan tangannya kini mencari sebuah genggaman untuk menghangatkan tangannya yang terasa dingin.
Aryan meraih jemari Nara tanpa melihatnya. pandangannya masih tertuju pada layar monitor meski penjelasan dokter sudah tak seberapa masuk di telinganya. Sesuatu yang begitu ajaib kini dilihatnya dengan seksama. Sesuatu yang tak sengaja ia buat namun bisa tumbuh dan akan menjadi anaknya kelak.
Merasakan ada sesuatu yang menggenggam jemarinya lumayan erat, Nara mendongak. Ternyata Aryan yang kini begitu tercengang tak sadar. Namun bukannya luluh, Nara malah menyeringai tak suka. Ia berusaha menarik tangannya, namun Aryan masih menahannya kuat. Aryan makin kuat meremas jemari Nara dan malah menautkan jari-jari mereka.
“ Itu… anak kita, El .”
...----------------...
“ Oma , boleh saya langsung masuk kamar?” Nara mengusap kedua lengan atasnya sendiri lantaran merasa entah kedinginan atau seperti meriang.
Oma Herlina mengangguk lalu mengecup pipi cucu menantunya itu. “ Jaga kesehatan dan tidak usah banyak bergerak. Makan yang rutin meski setelahnya dimuntahkan tidak apa.” pesan Oma singkat lalu Nara langsung menuju kamarnya.
Berada di kendaraan sungguh membuat perut Nara terguncang tak enak, rasanya tak karuan. Ia memilih menenggelamkan diri di balik selimut tebal.
“ Aryan mulai hari ini tolong kamu lebih banyak perhatikan istrimu. Ada banyak obat dan vitamin yang perlu rutin dia minum dan tidak boleh terlewat. Kamu yang bertugas mengingatkan , tidak usah ikut terpancing emosi saat Nara menolakmu. Ingat dia itu jadi seperti ini karena siapa?”
“ Kalau dia tidak ingin melihat Aryan bagaimana , oma?”
Oma Herlina mengulas senyum penuh jiwa keibuan.” Apa kamu pria yang pantang menyerah, Ar ? Sudah oma katakan bukan, wanita itu akan luluh jika pria terus memberikan sentuhan kasih sayang yang tulus. Oma pulang dulu, tidak usah diantar.”
Aryan membanting raganya di sofa ruang tamu saat Oma sudah menghilang dari pandangannya . Pikirannya seolah dipaksa melaksanakan sesuatu yang dirinya tidak akan bisa mencernanya.
Tiba-tiba menikah dan tiba-tiba pula akan memiliki seorang anak. Kehidupan apa yang akan dilakoni Aryan yang selama ini jauh dari dua bayangan itu. Pria itu seperti berada di tengah hutan belantara yang buta akan apapun.
“ Silahkan teh hijaunya , Tuan muda.”
Aryan yang memijat pelipisnya melirik bik Ina yang membawa baki dengan beberapa makanan .” Mau ke kamar El, bik?”
“ Iya , Tuan. Makan siang tuan muda sudah siap di meja makan.”
“ Tolong berikan ini sekalian, bik. " Aryan mengambil obat-obatan dan vitamin dari dalam tas kecilnya lalu membaca aturan minum dan mengambil masing-masing satu butir.” Berikan obat ini setelah El makan. Tolong pastikan dia meminum semuanya."
Bik Ina mengangguk lalu bergegas memasuki kamar Nara dan meletakkan makanan siang itu di atas meja kecil samping tempat tidur. Melihat Nara yang tertidur di balik selimutnya, bik Ina jadi tidak tega untuk membangunkannya. Ia paham betul bisa tertidur pulas adalah anugerah terbesar bagi ibu hamil yang sering sulit menemukan dunia mimpinya.
“ Maaf Tuan muda, Nyonya sedang tidur , bibi tidak tega membangunkannya."
“ Biarkan saja dulu .” jawab Aryan yang kini sedang lahap menikmati makan siangnya . Terlebih pagi tadi ia bahkan belum sempat sarapan.
Baru saja Aryan akan berganti pakaian rumah karena Oma melarangnya pergi kekantor tiba- tiba ponselnya berdering. “ Cckk! Apa lagi sih!” Aryan berdecak kesal karena sang oma tak membiarkannya tenang sedikit saja.
“ Apa lagi, Oma?”
“ Nara sudah makan dan minum obat ?”
“ Dia tidur, Omaaaaa.” jawab Aryan yang sengaja memanjangkan panggilannya di akhir kata. Pria itu sampai menarik kasar dasi yang masih ia kenakan untuk melampiaskan kekesalannya.
“ Dibangunkan Aryan. Nara tidak boleh telat makan dan minum vitaminnya. Nanti kalau sudah makan baru bisa tidur lagi. Bangunkan dia Aryan !” Aryan yang kesal sampai melempar ponselnya ke kasur dan membiarkan suara sang Oma mengoceh sendiri.
Berganti pakaian biasa, Aryan melirik panggilannya baru berakhir. Dihubunginya nomor Jonas yang tidak pernah jauh darinya meski saat ini tidak terlihat di depan matanya.
“ Halo, Jo. pekerjaan beberapa hari bawa ke sini saja. Saya kerja dari rumah dulu mulai hari ini. Beberapa pertemuan biar wakil presdir saja yang handle, saya pantau dari online meeting.”
Menjadi pemimpin tertinggi tidak hanya satu perusahaan membuat Aryan tidak bisa tenang menjalani harinya meski sedang berada di rumah. Bertahun- tahun merintis usaha, baru kali ini Aryan merasakan libur di siang hari.
Baru teringat ia memiliki tugas membangunkan Nara, ponsel Aryan berdering dari nomor yang entah sudah berapa lama tidak menghiasi layar ponselnya. Sebuah nama yang bahkan Aryan lupa kalau masih memilikinya di dunia ini. Pria itu sebenarnya ragu untuk menerima , namun biar bagaimana pun ada sebuah naluri yang mendorongnya untuk menggeser layarnya ke atas.
Tanpa bersuara apalagi menyapa, Aryan hanya menempelkan ponsel ke telinganya.
“ Halo , Aryan . Bagaimana kabar anak mama?”
Aryan menelan salivanya susah payah dengan benjolan di lehernya yang bergerak menurun dan urat leher yang tertarik kaku. “Ada apa ?” jawab Aryan datar begitu pula dengan pandangannya.
“ Kamu baik-baik saja kan, sayang? Mama baru saja mencarimu di rumah tapi tidak ada. Di perusahaan jejak mama sudah kamu hapus akses ke sana. Mama merindukanmu, Ar. Mama mau memperbaiki hubungan kita.”
“ Gak usah basa basi. Asal tau Aryan masih hidup, gak perlu bertanya apapun!” Aryan menutup panggilannya dengan kasar hingga membuat Ayana sang ibu menghela napas kasar. Wanita paruh baya itu tampak merenungi keadaannya.
Aryan memasuki kamar Nara yang masih meringkuk di tempat tidur menutupi tubuhnya sampai sebagian kepala. Dilihatnya makanan yang belum tersentuh dan sudah dingin. Ia memilih duduk di tepi tempat tidur , Aryan memandang intens wajah Nara yang pucat. Meski tak dipungkiri Nara memiliki wajah yang cantik meski ia tidak pernah merawat diri.
.
...****************...
Mohon dukungannya ya guys, jangan lupa subscribe dan rate bintang 5 kalo suka, jangan lupa juga di like tiap bab nya, komen, vote dan hadiah bunga nya kalo bisa. saranghae 🫰🫶
ingat ya, kalau hidupmu berantakan itu mungkin balasan dari tuhan atas kelakuanmu yang sudah mencuri karya saya.