[Spin-off Tawanan Ceo Liar]
Ciara harus menerima kenyataan bahwa hidupnya kini berada dibawah pengaruh Davin alias pamannya, sejak kejadian di apartemen kala itu Ciara sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menuruti perkataan pamannya.
Davin memang berhasil menjebak Ciara, ia menikmati tubuh gadis itu dan merekam kegiatan panas mereka sehingga dirinya bisa mengancam Ciara.
Awalnya Ciara merasa marah dan emosi pada Davin, tapi lambat laun sentuhan yang diberikan Davin padanya berhasil membuat Ciara luluh. Hingga suatu hari Davin juga berhasil memiliki Ciara seutuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon patrickgansuwu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Let's play the game!
Sinta langsung melangkah menuju dapur meninggalkan Ciara, sedangkan Ciara sendiri kembali ke meja makan untuk menyantap sarapan yang sudah tersedia disana. Gadis itu memakan dengan lahap dan cepat, hari ini ia ingin lebih cepat sampai di sekolah karena suatu hal.
"Pagi Ciara ponakan om yang cantik jelita!" tiba-tiba suara Davin terdengar di telinga Ciara, sontak gadis itu menoleh dan menemukan pamannya disana.
"Hah om Davin??" Ciara terkejut dengan kedua mata terbelalak saat melihat kehadiran Davin di rumahnya.
"Hai cantik! Kamu kok makin cantik aja sih Ciara? Om jadi gak tahan deh buat ajak kamu ke apartemen om lagi," goda Davin.
Glek
Ciara menelan saliva nya dan reflek membuang muka, lalu Davin pun menarik kursi dan duduk di sebelah Ciara sambil mencolek pipinya bermaksud menggoda gadis itu.
"Cantik, jangan buang muka dong!" ujar Davin.
"Ish udah ah om jangan ganggu aku!" sentak Ciara langsung menepis tangan Davin.
Bukannya takut, Davin justru terkekeh melihat tingkah menggemaskan ponakannya itu. Ia kembali bergerak membelai rambut sang gadis dengan lembut, Ciara terus-terusan dibuat gelagapan oleh pamannya itu dan tak tahu harus berbuat apa untuk menghadapi keisengan Davin.
"Om, om ngapain sih pagi-pagi datang ke rumah aku? Terus pake segala berbuat mesum lagi sama aku, sebenarnya om mau apa?" tanya Ciara.
"Siapa yang berbuat mesum ke kamu? Om kan cuma usap-usap rambut kamu, emang itu termasuk tindakan mesum ya?" heran Davin.
"Sama aja, om ngelakuinnya kan atas dasar gairah. Aku yakin om pasti pengen ngajak aku begituan kan?" ujar Ciara.
"Ya ampun, pikiran kamu sekarang ngeres banget ya sayang? Siapa sih yang ngajarin kamu jadi mesum kayak gini?" ucap Davin sambil geleng-geleng.
"Kok jadi aku yang dibilang mesum sih? Orang om kok yang selalu mesum dan pikirannya kotor, dasar otak mesum!" cibir Ciara.
"Om mah gak gitu ya, kamu aja yang salah paham tuh! Masa cuma usap-usap rambut kayak gini dibilang mesum?" ucap Davin.
"Bukan yang ini, tapi tadi pas om bilang kalau om gak tahan mau bawa aku ke apartemen om. Aku yakin om pasti mau berbuat yang kayak kemarin lagi kan ke aku?" ucap Ciara.
"Ohh, kamu tahu darimana kalau om bakal begitu lagi? Kamu dukun ya? Padahal om aja gak ada niatan kayak gitu kok," elak Davin.
"Halah bohong aja om mah! Ngaku aja kali, aku tahu kok niat busuk om kayak gimana! Om itu kan selalu punya pikiran kotor!" sentak Ciara.
Davin tersenyum dan menegakkan posisi duduknya, pria itu terus menatap wajah Ciara yang sedang menikmati makanannya. Davin kembali menopang wajahnya dengan tangan di atas meja, sedangkan satu tangannya lagi ia simpan di bawah mengusap rudalnya yang sudah mengeras.
Ciara merasa risih karena terus-terusan ditatap seperti itu oleh pamannya, sontak Ciara pun menoleh ke arah pria itu dan bermaksud menegurnya. Namun, belum sempat Ciara berbicara tangan Davin sudah lebih dulu bergerak dan menempel di bibirnya.
"Sssttt Ciara, kamu diam aja jangan bicara dulu! Kamu habiskan makanan kamu, setelah itu kita berangkat ke sekolah sama-sama!" ucap Davin.
"Ih om apa sih?!" sentak Ciara sembari menyingkirkan tangan Davin dari mulutnya.
"Kamu gak boleh kasar begitu sama om, kamu harus hormat dong! Om ini sebentar lagi akan jadi pasangan kamu," ucap Davin.
Ciara membelalakkan matanya, hampir saja ia muntah setelah mendengar perkataan Davin.
•
•
Singkat cerita, Ciara sampai di sekolah bersama Davin yang mengantarnya. Gadis itu berniat langsung keluar dari mobil karena ia malas berlama-lama berduaan dengan paman mesumnya itu, tapi Davin justru menahannya sehingga Ciara tidak dapat membuka pintu.
"Eits, mau kemana cantik? Kamu pikir kamu bisa pergi gitu dari sini? Om belum selesai bicara sama kamu sayang," ujar Davin.
"Om mau apa sih? Lepasin aku ah! Aku tuh mau turun sekarang, aku pengen buru-buru ke sekolah terus belajar!" ucap Ciara.
"Sebentar dulu Ciara, kamu dengerin dulu kata-kata om dong!" pinta Davin.
"Kata-kata apa lagi om? Emang om gak bosan ya daritadi udah bicara terus sama aku berdua?" tanya Ciara agak kesal.
"Mana mungkin om bosan berduaan sama kamu sayang?" goda Davin sembari mengelus wajah cantik ponakannya.
"Om, udah lah biarin aku pergi! Aku gak mau lama-lama disini sama om!" pinta Ciara.
"Kenapa sih emang? Kamu takut kalau om bakal apa-apain kamu lagi?" tanya Davin.
"Iya itu salah satunya, tapi aku juga pengen masuk ke sekolah biar bisa ketemu sama teman-teman aku karena ada yang pengen aku bicarain," jawab Ciara.
"Tenang aja, nanti om juga bakal lepasin kamu kok. Om cuma minta waktu kamu sebentar aja," ucap Davin meyakinkan Ciara.
Akhirnya Ciara menurut dan mau mengikuti keinginan pamannya untuk tetap disana.
"Iya deh, emang om mau apa lagi?" tanya Ciara.
Davin tersenyum lebar, satu tangannya bergerak membelai rambut Ciara hingga leher mulus milik gadis itu terpampang jelas di matanya. Davin pun mendekat, lalu dengan santainya ia mengecup leher jenjang Ciara dan meninggalkan bekas disana.
"Akh om sakit!" rintih Ciara sembari mencengkeram bahu sang paman.
Davin pun menghentikan kegiatannya, ia kembali tersenyum melihat hasil karyanya di leher Ciara. Ia mengalihkan fokus ke bibir Ciara yang merah muda dan menggoda itu, tanpa basa-basi Davin langsung saja mengecup bibir itu singkat dan tak ada penolakan dari Ciara. Gadis itu malah memejamkan mata seolah menikmati perbuatan pamannya.
"Mmhhh om.." tanpa sadar Ciara mengeluarkan suara indah di sela-sela ciuman mereka, mungkin sebab tangan Davin yang sudah bermain-main di buah sintal miliknya.
"Yes baby, kamu menikmati ini kan? Kamu mau mengulangi itu lagi sayang?" goda Davin.
Entah setan darimana yang merasukinya, Ciara malah mengangguk saat Davin bertanya seperti itu. Tentu saja Davin semakin dibuat senang mendengar jawaban sang ponakan, ia menguatkan remasan pada buah sintal gadis itu yang menyebabkan sang empu semakin gelisah tak karuan. Apalagi bibir mereka masih beradu dengan sangat panas, meski Ciara belum bisa membalasnya.
Lalu, Davin melepas ciumannya dan membuat Ciara membuka matanya. Davin menangkup wajah gadis itu, ia beralih mendekati telinga Ciara yang merupakan bagian sensitif gadis itu. Davin mendekatkan mulutnya ke telinga Ciara dan membisikkan kata-kata yang sensual.
"Let's play the game baby! Om sudah tidak sabar ingin memiliki kamu seutuhnya sayang, mari kita nikmati semua itu!" bisik Davin.
Ciara hanya bisa diam, ia menelan saliva nya susah payah dan jantungnya juga sudah berdetak sangat kencang saat ini. Sedangkan pamannya itu mulai melahap daun telinganya, sehingga Ciara pun menutup mulutnya untuk menahan suara yang hendak keluar.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
tapi papa tirinya ini juga kok gitu ya😅😅