Bintang, harus pasrah saat dipaksa menggantikan adiknya, yaitu Azkia. Untuk menikah dengan seorang pria yang mempunyai kepribadian langka.
"Kenapa kamu mengorbankan Kakak? Dia kan di Jodohkannya dengan kamu, bukan aku."
"Aku tidak sudi, menikah dengan Pria yang Alergi pada wanita. Gimana mau bahagia," jawab Azkia dengan ketus.
Emillio Ferdinand, pria yang mempunyai kepribadian langka, harus menerima jika dia di jodohkan orang tuanya dengan Azkia. Dan apakah reaksi Emil, saat mengetahui jika pengantinnya di ganti?
Apakah rumah tangga Bintang dan Emil, akan bertahan? Dengan keadaan Emil yang Alergi jika di sentuh wanita. Atau, mampukah Bintang menyembuhkan penyakit Emil?
Simak yuk kisahnya hanya di Novel ini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisyah az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kalian harus Honeymoon
Happy reading.....
Selama perjalanan ke Bogor, Bintang tidak banyak bicara. Sebab hatinya masih kesal kepada Nayla. Dia tidak habis pikir dengan gadis itu, kenapa terus saja mengejar Emil. Padahal suaminya sudah menolak mentah-mentah, tapi jika sudah dasarnya kembaran ikan ****** maka akan terus nyosor.
''Kamu kenapa cemberut aja? Masih kesel sama Nayla?'' tanya Emil sambil memainkan laptopnya di atas pangkuan.
Bintang melengos ke arah samping. ''Ya iyalah, gimana nggak kesel coba. Lagian tuh cewek kenapa ngebet banget sih ngejar kamu? Aneh aku tuh, bisa dipegang juga enggak, tapi kenapa dia macam kucing yang dicocokin ikan asin ya?''
Emil dan juga Leon menahan tawanya saat mendengar ucapan Bintang. Bagaimana mereka tidak merasa lucu? Sebab Bintang jika berbicara selalu nyeplos tanpa di saring dulu.
'Nona Bintang memang lucu. Bahkan, banyak yang berubah dari Emil saat wanita itu datang. Hidup Emil seperti berwarna.'batin Leon sambil menahan tawanya.
Sebagai seorang sahabat, tentu saja dia sangat senang. Sebab, dengan kehadiran Bintang di dalam hidup sahabatnya, membuat Emil tidak kaku dan dingin lagi.
Apalagi Leon juga berharap, dengan kehadiran Bintang di sisi Emil. Mampu menyembuhkan perasaan takut dan trauma Emil. Dan harapan itu tentu saja sangatlah besar.
*********
Jam menunjukkan pukul 08.00 malam, Bintang dan juga Emil baru saja sampai di rumah. Lalu Bintang langsung masuk ke dalam kamar disusul oleh Emil. Setelah itu mereka sama-sama membersihkan diri dan turun kembali ke bawah untuk makan malam, karena kebetulan Bintang dan juga Emil sama sekali belum makan.
''Kenapa kalian pulang telat?'' tanya Mama Ria kepada Bintang dan Emil yang sedang memakan makan malamnya.
Emil dan Bintang yang sudah selesai makan pun menengok ke arah Mama Ria. ''Tadi aku sama Emil ke Bogor dulu, Ma. Ada meeting disana,'' jawab Bintang sambil mengelap mulutnya.
"Baiklah, Mama tunggu kalian d ruang keluarga. ada yang mau Mama bicarakan,'' ujar Mama Ria sebelum meninggalkan meja makan.
Emil menatap ke arah Bintang, sedangkan yang di tatap hanya mengangkat kedua bahunya. Tanda jika dia tidak taunMama Ria akan membicarakan apa.
Selesai makan, mereka berdua pun menuju Ruang keluarga, dimana Mama Ria dan Papa Ezra sudah menunggu. Mereka duduk dengan wajah bingung, sambil menatap Mama Ria dan Papa Ezra bergantian.
"Ada apa, Ma tanya?'' tanya Emil.
Mama Ria tersenyum, lalu dia memberikan sebuah tiket kepada Emil. Pria itu langsung mengambil tiket tersebut dengan dahi mengkerut.
''Tiket? Ini tiket untuk apa, Ma?'' tanya Emil penasaran.
Bintang pun menatap Mama Ria dengan wajah bingung. 'Kenapa Mama memberikan tiket pada Emil?' batin Bintang dengan penasaran.
Kemudian Mama Ria duduk di samping Bintang, sedangkan Papa Ezra duduk di samping Emil. Melihat tingkah kedua orang tuanya, Emil merasakan sesuatu yang aneh.
Lalu Papa Ezra pun berkata, ''Mil, Papa tahu jika kamu masih suka sesak napas jika berada di samping wanita. Seperti yang Papa pernah katakan, kamu harus bangkit dan mencobanya. Papa dan Mama sudah berdiskusi untuk kesembuhan kamu,'' ujar Papa Ezra, membuat Emil mengerutkan dahinya.
''Diskusi? Maksud Papa?'' bingung Emil sambil menatap sang Papa dengan tatapan menyipit.
''Begini Mil, Mama dan Papa sudah menyiapkan tiket bulan madu untuk kalian ke Prancis. Jadi, kalian harus berangkat besok.'' Mama Ria berucap dengan wajah berbinar bahagia.
''Apa! Honeymoon?'' ucap Bintang dan Emil bersamaan. Kemudian mereka saling melirik satu sama lain.
Emil dan Bintang tentu saja sangat kaget, saat Mama Ria mengatakan, jika mereka harus pergi ke Prancis besok, untuk bulan madu.
Emil kemudian menatap Bintang, lalu bergantian menatap orang tuanya. ''Ma, Pa. Apa kalian serius? Tapi, aku dan Bintang tidak--''
''Tidak apa, hah! Kamu mau sembuh 'kan? Kalau kamu mau sembuh, maka kamu harus bisa melawan rasa trauma itu Mil. Kamu harus bertekad. Mama dan Papa juga ingin menimang cucu. Jika kalian tidak mau, Mama akan kecewa. Dan apa kamu mau, melihat Mama meninggal dulu?'' tanya Mama Ria memotong ucapan Emil dengan wajah sedih.
Emil benar-benar tidak suka saat sang Mama mengucapkan. hal seperti itu. ''Mama bicara apa sih? Jangan ngawur Ma. Ok, aku dan Bintang akan pergi besok.'' jawab Emil sambil menghela nafas nya.
Sedangkan Bintang yang mendengar penuturan Emil, hanya menatap pria itu dengan tajam. Bukan dia tidak suka untuk pergi Honeymoon. Hanya saja, Bintang bingung.
Bagaimana mereka akan melakukan enak-enak selayaknya pasangan pengantin. Sedangkan Emil saja di pegang langsung bengek. Bintang gak yakin jika bulan madu itu akan berhasil.
'Apakah bisa si Eskocokan piring itu melakukan tugasnya sebagai suami? Jangan-jangan ... seblum menyentuh ku, si pedang Jaka Tarubnya langsung meleyot, kayak balon gak di tiup?' batin Bintang dengan ragu.
bersambung......
aku ajah lihat baju gitu ingin tak bakal menggelikan 😅😅
apa enak nya sihh ikut mertua aku sajahhh jadi bintang ogahhh sumpekkk 😂😂😂😂🤣🤣🤣,,
sulit gerak nafas tinggal seperempat 😀
jarang ada wanita menerima apalagi tanpa cinta
biasanya wanita akan lebih egois apalagi tanpa cinta
bener gak Thor 🤭
pernah kehilangan seorang ayah diwaktu masih SMK tapi tetap sakit meskipun hanya 1 tahun sekali
kurang kasih sayang seorang ayah tau² pergi merasa gak percaya gitu 🤧