Dicerai saat jahitan bekas operasi sesar belum kering, Yunda juga mendapat penolakan dari keluarganya karena malu memiliki anak seorang janda.
Yunda pun pergi dari kotanya dan pindah ke kota besar. Berbekal ijasah S1, Yunda pun mencari pekerjaan di kota besar. Yunda pun bertemu dengan Gandhi, pria beristri yang ternyata adalah bos-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_Les, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DSDKDSO BAB 10
Kini Rio dan Yunda sedang dalam perjalanan ke rumah orangtua Yunda yang jarak tempuhnya memakan waktu hampir tiga jam.
Rumah orangtua Yunda masih berada di kota Solo hanya saja, rumah orangtua Yunda masuk lagi ke pedesaannya.
"Mas, kamu beneran mau bawa aku ke rumah orangtua aku?" tanya Yunda.
"Ya iyalah. Orang kita udah di jalan ini." jawab Rio.
"Kalau nyeri perut aku makin parah gimana Mas? Rumah orangtua aku kan jauh dari rumah sakit Mas, yang ada cuma puskesmas."
"Ya ke puskesmas lah, gitu aja kok pusing." jawab Rio.
"Mas, ini yang nyeri bekas jahitan operasi loh Mas, aku takut-"
"Ssst!! Gak usah berisik kamu! Aku lagi nyetir kamu ajak ngomong terus! Lagian soal jahitan kamu, itu urusan kamu, kan salah kamu sendiri kenapa gak bisa lahiran normal." potong Rio.
"Aku juga maunya lahiran normal Mas, tapi bayi kita kan posisinya terlilit tali pusat Mas makanya gak bisa lahir normal." balas Yunda.
"Itu bisa-bisaannya dokter aja bilang bayinya terlilit tali pusat. Biar bisa mereka operasi kamu, apalagi tau kamu gak pake asuransi kesehatan, mangsanya rumah sakit itu biar dapet pemasukan besar!" balas Rio.
"Buktinya ibu-ibu jaman dulu bisa kok lahiran normal. Gak ada tuh yang namanya bayi terlilit tali pusat lah, bayi sungsang lah, bayi ini lah, itu lah!" kata Rio lagi.
"Tapi jaman dulu tingkat kematian ibu dan anak sangat tinggi, Mas. Kalau sekarang setelah teknologi maju, tingkat kematian ibu dan anak saat lahiran berkurang." balas Yunda.
"Cih, tau apa kamu soal begituan!" balas Rio.
"Pokoknya nanti kalau kamu udah sembuh langsung pulang, gak usah manja minta di jemput-jemput. Dan satu lagi, gak usah sok-sokan berobat ke rumah sakit! Kalau kamu nekat mau berobat ke rumah sakit, bayar sendiri biayanya, aku gak mau bayar!" ucap Rio.
Yunda hanya menghela nafasnya kasar lalu mengalihkan pandangannya ke arah jalanan.
Mobil Rio pun sampai di depan rumah semi permanen milik orangtua Yunda. Rumah semi permanen itu rumah yang setengah dari batu dan setengahnya lagi dari kayu.
Tiiin... Tiiiin...
Rio membunyikan klakson mobilnya beberapa kali agar orang dirumah Yunda keluar.
Tak lama Pak Yoto (Bapak Yunda), Bu Ambar (Ibu Yunda) dan Arfan (adik laki-laki pertama Yunda) keluar dari dalam rumah dan berlari kecil mendekati mobil Rio.
Begitu orangtua dan adiknya mendekati mobil, Yunda pun membuka pintu mobil lalu turun dari dalam mobil sambil menggendong bayinya. Sedangkan Rio masih tetap berada di dalam mobil.
"Ya ampun Yunda, Nak Rio kenapa gak bilang-bilang mau dateng." ucap Bu Ambar dari samping pintu mobil disisi kanan tempat Rio duduk.
"Mendadak Bu, cuma mau nganter Yunda karena Yunda lagi sakit, kalau dia dirumah gak ada yang ngurus, makanya saya anter Yunda kesini." balas Rio.
Bu Ambar menoleh ke arah Yunda sebentar.
"Maaf yah Nak Rio, kalau Yunda jadi ngerepotin Nak Rio, Ibu sama Bapak juga belum sempat jenguk Yunda ke kota, habisnya disini kami lagi gotong royong panen." ucap Bu Ambar.
"Hemh..." Jawab Rio dengan wajah angkuhnya sambil menganggukkan kepalanya.
Selagi Bu Ambar bicara dengan Rio, Pak Yoto membantu Yunda mengambil dua tas jinjing yang berukuran besar yang berisi pakaian Yunda dan bayinya dari jok belakang mobil.
Melihat barang-barang Yunda sudah di keluarkan dari dalam mobil, tanpa keluar dari dalam mobil, Rio pamit pulang.
"Saya pulang dulu yah Bu, Pak." pamit Rio.
"Loh gak mau mampir dulu, Nak Rio?" tanya Bu Ambar.
"Gak usah Bu, perjalanannya lama soalnya kalau saya singgah lagi mau sampe rumah jam berapa lagi, sedangkan saya kejar waktu." jawab Rio.
"Oh... Kalau begitu hati-hati di jalan yah Nak Rio. Salam untuk Bu Marni dan keluarga Nak Rio di kota." balas Bu Ambar dan hanya di jawab dengan anggukkan kepala oleh Rio.
Setelah itu Rio menaikkan kaca mobilnya lalu melajukan mobilnya dari depan rumah orangtua Yunda.
Astaga Mas Rio, cara mu memperlakukan seperti supir yang menurunkan penumpangnya. Apa salahnya sih Mas kamu singgah sebentar di rumah?! Udah malah kamu gak bilang apa-apa sama aku. Gumam Yunda dalam hati setelah mobil Rio pergi dari depan rumah orangtuanya.
💋💋💋
Bersambung...
jadi oon terus...