Setelah melewati masa pacaran yang lama dan melewati masa suka maupun duka dalam waktu yang tidak sebentar, Tiffany dan Sean pada akhirnya memutuskan untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius, memutuskan menikah dan melepas masa lajang mereka.
Tapi belum akad nikah terlaksana Tiffany dikejutkan atas ucapan saudara angkat yang sudah dianggap oleh Tiffany seperti saudara sendiri.
"Aku hamil"
Senyum bahagia yang masih mengembang dibalik wajah Tiffany seketika berubah.
"Maksud kamu, Jes?"
"Aku hamil anak Sean"
Bagaikan petir di siang bolong, Tiffany seketika terkejut bersamaan datang nya Kay dalam kepanikan nya.
"Sean, aku pikir aku mendengar sesuatu yang salah"
Dia mencoba untuk bertanya, menahan gemuruh di dada nya.
Kemudian dunia terasa hancur, pernikahan seharusnya menjadi pernikahan nya menjadi pernikahan Jessica dan Sean.
Tiffany hancur, sehancur-hancur nya.
pada akhirnya karena malu keluarga Tiffany berencana menggantikan pernikahan putri mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nila KingShop Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membiarkan dia memutuskan nya
Bola mata Tiffany terus menatap ke arah handphone nya, terus gelisah dengan keadaan apakah dia harus mengangkat atau mengabaikan nya. Di angkat apakah itu baik? dia terlalu merasa sakit hati dengan keadaan, masih terlalu sakit hati dengan pengkhianat Sean, jadi dia pikir mana mungkin dia siap untuk bicara dengan Sean.
Tapi jika tidak di angkat, bohong jika tidak terselip sedikit saja kerinduan didalam hati nya, kebersamaan mereka selama ini jelas tidak sebentar, sejak sekolah, kuliah hingga saat ini bukan hal sebentar, terlalu banyak kenangan di antara mereka yang terus menghiasi hari-hari Tiffany.
Jadi sangat tidak mudah untuk melupakan semuanya dan menggantikan posisi Sean pada orang lain dengan cara yang mudah dan cepat.
Dia hanya manusia biasa, hanya gadis biasa yang mencintai seorang laki-laki dengan cara nya, layak nya seperti kebanyakan gadis lainnya yang mencintai satu sosok laki-laki yang mereka harap menjadi imam terbaik dalam kehidupan mereka, dia memiliki impian yang sama layak nya seperti gadis pada umumnya, bahkan dia menyimpan mimpi demi mimpi tentang masa depan yang ingin di rajut bersama.
Di tengah keraguan dan kebingungan Tiffany tiba-tiba saja Dru kembali menyuruh masuk ke dalam kamar tersebut, kini laki-laki itu telah menggunakan pakaiannya dengan rapi tidak lagi menggunakan handuk mandi, dia bergerak mendekati Tiffany dengan ekspresi yang sebenarnya tidak Tifani pahami.
Laki-laki itu sejak dulu hingga sekarang selalu bersikap sama, ekspresi yang dikeluarkannya begitu datar dan membuat siapapun melihatnya tidak bisa menebak apa yang dilakukan dan apa yang akan dipikirkan oleh perusahaan ini karena itu terkadang bagi kita ini pengertian sekali baginya untuk membaca karakter dari laki-laki telah berada di hadapan yang itu.
"kamu tidak mengangkat panggilan nya Tiff?"
Tiba-tiba suara drum mengejutkan dirinya membuat Tiffany langsung kembali melirik ke arah handphonenya.
Dia hampir lupa Sean melakukan panggilan untuk nya.
"Cukup malam menghubungi seseorang di jam seperti ini, apakah itu Mommy? jika iya angkatlah mungkin mommy ingin tahu tentang keadaanmu malam ini"
Laki-laki tersebut bicara sambil mengembangkan senyumanmu sehingga membuat Tiffany sejenak tidak tahu harus bicara apa, karena realitanya yang menghubunginya adalah bukan ataupun orang lain.
Sejenak bola mata gadis tersebut terus menatap ke arah Dru untuk beberapa waktu sembari dia berpikir dengan keras apa yang harus dia lakukan, Dru terlihat berusaha untuk melangkah menjauhinya laki-laki itu mengambil sebuah bantal dan bersiap untuk tidur di atas kursi sofa di kamar tersebut.
Mereka lagi-lagi akan tidur terpisah, setidaknya Tiffany cukup tersentuh dengan cara Dru, laki-laki tersebut menghargai nya dan memilih tidak menuntut ego nya, membiarkan Tiffany untuk menata hati dan perlahan membuka diri tanpa harus bergerak tergesa-gesa.
"itu adalah Sean"
pada akhirnya Tiffany menjawab dengan cepat.
Hal tersebut seketika membuat Dru langsung menghentikan langkahnya dia yang berniat untuk bergerak menuju ke kursi sofa seketika terdiam namun tidak memutuskan untuk berbalik karena posisinya saat ini jelas memunggungi Tiffany.
Keheningan sejenak terjadi di antara mereka di mana handphone Tiffany kini tidak lagi mengeluarkan deringnya dia pikir sehat mungkin mematikannya karena tidak mengangkat panggilannya namun selang beberapa waktu kemudian tiba-tiba handphone gadis tersebut kembali berdering.
Dru membalikkan tubuh secara perlahan, dia kemudian menatap kearah Tiffany untuk beberapa waktu, netra mereka kini bertemu.
"Semua aku serahkan kepada mu, kamu bebas memutuskan apa yang kamu ingin kan saat ini Tiff"
Dan Dru berkata seperti itu sambil menatap dalam bola mata gadis tersebut.
atau emang udah ada bukunya...?
kelamaan hiatus aku sampe lupa alur novel mu?