30 Tahun belum menikah!
Apakah itu merupakan dosa dan aib besar, siapa juga yang tidak menginginkan untuk menikah.
Nafisha gadis berusia 30 tahun yang sangat beruntung dalam karir, tetapi percintaannya tidak seberuntung karirnya. Usianya yang sudah matang membuat keluarganya khawatir dan kerap kali menjodohkannya. Seperti dikejar usia dan tidak peduli bagaimana perasaan Nafisha yang terkadang orang-orang yang dikenalkan keluarganya kepadanya tidak sesuai dengan apa yang dia mau.
Nafisha harus menjalani hari-harinya dalam tekanan keluarga yang membuatnya tidak nyaman di rumah yang seharusnya menjadi tempat pulangnya setelah kesibukannya di kantor. Belum lagi Nafisha juga mendapat guntingan dari saudara-saudara sepupunya.
Bagaimana Nafisha menjalani semua ini? apakah dia harus menyerah dan menerima perjodohan dari orang tuanya walau laki-laki itu tidak sesuai dengan kriterianya?"
Atau tetap percaya pada sang pencipta bahwa dia akan menemukan jodohnya secepatnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22 Jebakan.
Nadine mengikuti rapat malam-malam seperti itu sangat lega jika temannya seperti biasa memang sangat profesional dalam pekerjaannya dan dia berusaha memberikan laporan dengan sangat lincah walau hanya dengan Vc.
Arthur biasanya hanya menunduk fokus pada tabletnya ketika ada orang yang berbicara dalam rapat dan sekarang matanya tidak lepas dari layar monitor itu yang terus melihat Nafisha.
"Hanya itu yang bisa saya sampaikan dan laporan yang sudah saya siapkan sebelumnya, saya meminta maaf jika banyak kekurangan," ucap Nafisha merasa lega ketika tugasnya selesai dengan baik.
Semua mata tertuju pada Arthur yang memang biasanya Arthur akan memberikan respon.
"Baiklah, lain kali datang ke kantor untuk mengikuti rapat laporan di awal bulan dan besok data-datanya antar ke ruangan saya," ucap Arthur memberi respon sedikit pada karyawannya tersebut.
"Baik. Pak," sahut Nafisha.
"Kita lanjutkan dan tutup saja," ucap Arthur memerintahkan kepada karyawannya. Sebelum video call itu ditutup ternyata Arthur masih melihat Nafisha sampai layar monitor tersebut berubah menjadi putih.
Nafisha membuang nafasnya perlahan ke depan dengan memegang dadanya benar-benar sangat bersyukur.
"Tidak seburuk itu Nafisha, jika sampai kamu tidak menyampaikan dengan baik dan aku tidak tahu berapa banyak masalah yang kamu ciptakan dengan atasan dan yang adanya kamu benar-benar akan ditendang dari Perusahaan tanpa ada toleransi apapun," batin Nafisha dengan memejamkan mata.
Nafisha langsung menjatuhkan dirinya di tempat tidur dengan terlentang yang melihat langit-langit kamar.
"Orang pikir bekerja di Perusahaan itu enak, mereka tidak tahu saja jika di manapun waktunya harus tetap memberi laporan dan atasan tidak pernah mau tahu, tetapi semua itu merupakan tanggung jawab yang harus dikerjakan," batin Nafisha berusaha ikhlas menerima konsekuensi dalam pekerjaannya.
****
Nafisha, Denny dan Nadien berada di kantin perusahaan dengan keduanya melihat lembaran beberapa bukti-bukti perselingkuhan Agam.
"Sangat menjijikan sekali laki-laki seperti ini bisa hidup lebih lama," ucap Nadien dengan wajahnya begitu sangat kesal.
"1 Minggu lagi Nafisha kau akan menikah dengannya dan sebaiknya tunjukkan semua bukti-bukti ini kepada Abi kamu," ucap Denny memberi saran.
"Aku pasti akan menunjukkannya. Aku berterima kasih kepada kalian berdua yang benar-benar sudah membantuku," ucap Nafisha membuat mereka mengangguk.
"Tetapi Nafisha, kamu harus ingat untuk bersikap baik pada laki-laki itu sebelum semua bukti ini diserahkan. Kamu harus ingat laki-laki seperti itu sangat pintar memanipulatif keadaan," ucap Nadien mengingatkan temannya itu.
"Itu pasti, aku harus menahan diri dan tidak mungkin gegabah yang bisa-bisa semua rencana kita berantakan," ucap Nafisha.
"Ya sudah kalau begitu aku mau ke ruangan Pak Arthur dulu, mau menyerahkan semua dokumen ini dan setelah itu aku harus menemuinya," ucap Nafisha.
"Ya sudah good luck," ucap Nadien membuat Nafisha mengganggukan kepala yang berdiri dari tempat duduk.
****
Taxi yang ditumpangi Nafisha berhenti di depan hotel mewah. Nafisha keluar dari taxi tersebut memastikan alamat hotel tersebut sama dengan apa yang baru saja dia kirim.
"Jadi ini gedung pernikahan yang dia pesan. Bagaimana tidak mencapai 2 M. Tempatnya semewah ini, giliran pernikahan mau dibatalkan aja, minta ganti rugi," oceh Nafisha memang ada pertemuan dengan calon suaminya.
Nafisha sebenarnya sudah memberi alasan begitu banyak, tetapi agama orang yang tidak ingin pernah dibantah dan lagi pula Nafisha harus berbaik-baik dulu kepada laki-laki tersebut sebelum diserang. Nafisha mencoba untuk mengendalikan dirinya dan tenang akhirnya memasuki hotel tersebut.
Salah satu pelayan hotel ternyata sudah menunggunya dan mengajaknya masuk ke dalam salah satu kamar hotel. Nafisha mengerutkan dahinya dengan penuh kebingungan.
"Saya ingin diantarkan ke tempat resepsi pernikahannya, bukan malah, ke kamar hotel,"protes Nafisha pada karyawan wanita tersebut.
"Nona tunggu sebentar di sini, saya akan memanggilkan teman saya untuk mengantarkan Nona," ucap pelayan itu dengan menundukkan kepala dan kemudian meninggalkan Nafisha.
"Dia cukup memberitahu tempatnya di mana Dan aku juga bisa jalan sendiri. Apa harus membawa bawa-bawa semua orang yang bekerja di sini," oceh Nafisha melihat layar ponselnya.
"Anak ini lagi, entah dimana? mengajak bertemu di sini dan lihatlah batang hidungnya tidak kelihatan sampai saat ini, apalagi yang dia lakukan jika bukan sibuk berselingkuh," batin Nafisha semakin kesal dengan Agam.
Tetapi di tengah kekesalannya itu, tiba-tiba saja dia kaget saat tubuhnya dipeluk dari belakang dan membuatnya langsung menoleh dan ternyata itu Agam.
"Agam, kamu apaan sih!" Nafisha jelas memberontak karena hal tersebut sangat tidak pantas.
"Sayang jangan jual mahal seperti itu, kita sebentar lagi akan menikah, jadi tidak ada salahnya kalau kita lakukan lebih awal, agar kita semakin semangat untuk menikah karena memiliki gairah lebih tinggi nanti saat menikah," ucap Agam.
"Kau gila!" pekik Nafisha langsung membalikkan tubuhnya dengan mata melotot.
"Jangan kurang ajar kepadaku!" tegas Nafisha.
"Nafisha, ini yang membuat kamu tidak laku, kauu terlalu sok jual mahal. Kau itu sok suci, kau jangan kolot, pasangan yang akan menikah sudah biasa melakukan hubungan seperti ini dan itu suatu rutinitas, ayolah pernikahan kita seminggu lagi dan kita bisa bersenang-senang," ucap Agam dengan tersenyum miring mendekati Nafisha.
Nafisha berusaha mundur yang pasti menjaga kehormatan dirinya dari laki-laki di hadapannya itu.
"Agam, aku benar-benar tidak percaya jika kau berani melakukan semua ini. Kau jangan kurang ajar kepadaku!" tegas Nafisha mengangkat jarinya menunjuk tepat di wajah Agam.
"Aku tidak kurang ajar Nafisha. Aku sayang padamu, ayolah sayang," Agam memegang kedua bahunya dan bahkan memiringkan kepalanya ingin mencium bibir Nafisha.
"Dasar sange!" Nafisha mendorong Agam dengan sekuat tenaganya.
"Nafisha, kamu kenapa jadi wanita terus saja menolak, ayolah. Kita juga akan menikah dan hal ini juga akan sering kita lakukan, aku tidak akan membatalkan pernikahan kita dan aku juga yang rugi uangku banyak keluar, jangan takut setelah kita melakukannya aku tidak akan meninggalkanmu," ucap Agam dengan beribu janjinya.
Dia benar-benar sudah dipenuhi dengan gairah yang tidak sabaran ingin meniduri Nafisha. Tetapi Nafisha berusaha mempertahankan harga dirinya dan bahkan sampai menendang kemaluan Agam.
"Auhhh!" Agam langsung memegang menggunakan kedua tangan yang pasti sangat kesakitan.
"Dasar kurang ajar!" umpat Nafisha langsung mengambil kesempatan untuk pergi.
"Nafisha tunggu kau mau kemana?"
"Nafisha!" panggil Agam ternyata mengejar calon istrinya itu.
Nafisha buru-buru membuka pintu kamar dan langkahnya berhenti bukan karena ditarik Agam tetapi tiba-tiba saja Arthur lewat dari depan kamarnya.
Arthur mengurutkan dahinya melihat Nafisha ketakutan dengan nafasnya naik turun.
"Nafisha!" Arthur lebih kaget lagi saat ada pria dari dalam memanggil namanya dan Nafisha langsung buru-buru mendekati Arthur dan ternyata kepada siapa dia harus meminta tolong yang tiba-tiba saja bersembunyi di belakang Arthur.
Arthur sekarang berhadapan dengan Agam yang masih tangannya memegang kemaluannya yang berdiri di depan pintu.
"Sial!" umpat Agam.
Rencananya sepertinya berantakan karena mengetahui lelaki yang berdiri di depan calon istrinya itu adalah atasan sang istri.
Arthur tidak berbicara satu patah katapun dan melangkahkan kakinya meninggalkan depan kamar tersebut dan ternyata Nafisha mengikuti yang lebih baik berjalan seperti orang bodoh daripada selesai di tangan Agam.
Bersambung.....
tapi aku kok agak takut Agam bakalan balas dendam yaa...dia kan aslinya laki2 begajulan
wanita sholekhah jodohnya pria yg sholeh.nafish gadis yg baik kasihan banget dapet laki2 keong racun hia huaa