NovelToon NovelToon
Pengantin Dunia Lain

Pengantin Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Horor / Hantu
Popularitas:770
Nilai: 5
Nama Author: BI STORY

Bu Ninda merasakan keanehan dengan istri putranya, Reno yang menikahi asistennya bernama Lilis. Lilis tampak pucat, dingin, dan bikin merinding. Setelah anaknya menikahi gadis misterius itu, mansion mereka yang awalnya hangat berubah menjadi dingin dan mencekam. Siapakah sosok Lilis yang sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BI STORY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rumah Yang Menyeramkan

3 Hari Kemudian

Tiga hari kemudian. Senja mulai berganti malam.

​Reno membawa motor, perasaannya campur aduk antara lega Lilis pulang dan perasaan tidak nyaman.

​Lilis duduk di boncengan, tubuhnya terasa ringan dan dingin di punggung Reno.

Reno mengendarai motor gedenya, membonceng Lilis. Lilis sudah dibolehkan keluar dari rumah sakit, hanya mengenakan pakaian yang dibawa Reno, kaus dan jaket hitam yang agak kebesaran. Udara semakin dingin.

Reno berteriak sedikit karena suara angin,

"Udah agak jauh, Lis! Kamu yakin jalannya benar? Kita udah belok berkali-kali!"

​Lilis bersuara pelan di dekat telinga Reno,

"Dikit lagi, Reno. Lurus aja sampai pertigaan itu, lalu ambil yang paling kiri."

​Mereka berbelok. Suasana jalanan berubah drastis.

​Reno bergumam pelan,

"Hah?"

​Motor Reno mulai melambat. Di sisi kiri dan kanan jalan, terbentang luas area pemakaman lama. Nisan-nisan batu menjulang di antara pepohonan besar yang rimbun dan gelap. Aroma tanah basah dan bunga kamboja yang menyengat mulai tercium.

​Reno menoleh sedikit,

"Lis, ini... ini area makam, kan? Jalan pulang ke rumahmu sering melewati pemakaman?"

​Lilis nada suaranya tenang, tanpa emosi,

"Iya. Sudah biasa. Rumah kontrakan itu memang agak terpencil."

​Mereka melewati gerbang pemakaman, lalu jalanan berubah lagi menjadi jalur sempit yang diapit oleh kebun-kebun yang sangat rimbun dan gelap.

Dahan-dahan pohon saling berjalin di atas.

​Reno menggigil sedikit, entah karena angin atau perasaannya,

"Ini kebun apa, Lis? Rimbun sekali. Rasanya seperti... kita jauh sekali dari kota. Aku mulai nggak enak."

Lilis bersandar sedikit pada punggung Reno,

"Ini kebun milik warga lama. Udah lama gak terawat. Sabar sebentar, kita udah sampai."

​Motor Reno berhenti di depan sebuah gang kecil yang gelap gulita. Tidak ada lampu jalan, hanya cahaya rembulan tipis. Gang itu hanya cukup untuk dilewati satu motor, diapit oleh tembok lumutan yang tinggi.

"Ini gangnya? Kosong banget, Lis."

"Iya. Ayo masuk."

​Reno mematikan mesin, mendorong motor perlahan ke dalam gang yang terasa sangat mencekam. Suara gesekan ban di kerikil adalah satu-satunya suara, selain suara jangkrik yang sahut-sahutan.

Tiba-tiba, Lilis turun dari motor. Kaki Reno terasa jauh lebih hangat setelah Lilis turun.

Lilis berkata,

"Itu dia."

​Reno mengangkat kepalanya, menatap ke ujung gang. Di sana, berdiri sebuah rumah kecil, terbuat dari kayu tua yang catnya sudah mengelupas parah.

Atapnya tampak miring, dan hampir seluruh jendela ditutupi oleh terali besi berkarat. Dikelilingi oleh semak-semak liar yang menjulang tinggi.

​Rumah itu tidak memiliki penerangan sama sekali. Kesunyiannya terasa berat. Itu adalah rumah yang benar-benar seram.

​Reno menelan ludah, nadanya penuh ketidakpercayaan.

"Lis... ini... ini rumah kontrakanmu? Kenapa... kenapa terlihat seperti udah gak dihuni bertahun-tahun? Gak kalah seram dari jalanan yang kita lewati tadi."

​Lilis berjalan pelan menuju pintu kayu yang rapuh,

"Aku udah bilang, Reno. Aku gak punya apa-apa. Ini tempatku tinggal. Dan sekarang, aku udah pulang."

​Lilis berhenti di depan pintu, memunggungi Reno. Tiba-tiba, Reno melihat bayangan Lilis di tanah yang terpapar cahaya motornya. Bayangan itu sangat tipis, nyaris tidak terlihat, dan terlihat sedikit memanjang dan tidak proporsional.

​Reno mulai berdebar kencang. Ia turun dari motor, merasa takut namun penasaran.

"Lis, tunggu. Aku harus pastikan kamu masuk dengan aman. Kamu butuh kunci?"

​Lilis memutar kepala perlahan, menatap Reno dengan tatapan yang sangat dalam dan sedih.

"Tidak perlu, Reno. Aku udah memegang kuncinya."

​Lilis mengangkat tangan kirinya ke depan. Di telapak tangannya, tidak ada kunci. Hanya ada sedikit debu, dan sehelai rambut yang sangat panjang dan hitam. Sebelum Reno bisa berbicara, Lilis menyentuh pintu kayu itu. Pintu itu terbuka tanpa suara, seolah tidak pernah terkunci.

​Lilis suaranya sangat pelan, hampir menghilang berkata,

"Terima kasih udah mengantarku, Reno. Kamu adalah teman terakhir yang datang ke sini."

​Lilis melangkah masuk. Begitu kakinya melewati ambang pintu, Reno merasakan hawa dingin yang sangat menusuk, lebih dingin dari udara malam di pemakaman tadi.

Tiba-tiba, lampu motor Reno mati. Kegelapan total menyelimuti gang.

​Reno panik,

"Lis! Tunggu! Lampunya mati! Lis!"

​Tidak ada jawaban. Reno menyalakan senter ponselnya dan mengarahkannya ke depan. Pintu rumah kontrakan itu sudah tertutup rapat. Ketika ia mendekat, ia melihat gembok besar dan berkarat tergantung di pintu.

Seolah-olah rumah itu sudah lama sekali tidak dibuka. Dan di salah satu sudut rumah, ia melihat sesuatu yang membuatnya lemas.

​Ada sebuah plakat kecil yang tertempel samar di dinding yang lumutan.

​Di plakat tertulis dengan cat yang pudar,

"Rumah Kontrakan ini Terbengkalai Sejak Tahun 1995"

"Masa Lilis tinggal di sini? Apa sebaiknya aku tawari dia pekerjaan, biar dia bisa tinggal di tempat yang lebih layak?" batin Reno.

"Lis, aku balik dulu ya?"

Tidak ada sahutan dari dalam.

Pagi harinya, kabut masih menyelimuti gang sempit tempat kontrakan Lilis. Reno kembali dengan motornya, tubuhnya masih lemas setelah malam yang penuh ketakutan.

Ia menemukan cara untuk menyalakan kembali motornya dan berhasil pulang, tapi ia tidak bisa tidur.

Reno berdiri di depan pintu kontrakan Lilis yang terkunci gembok berkarat. Ia berbicara ke udara, ke pintu yang seolah kosong.

"Lilis! Aku tahu kamu di dalam!"

​Tidak ada jawaban. Reno menarik napas dalam-dalam, mengambil keputusan.

​"Kamu tidak bisa tinggal di sini! Tempat ini... kamu pantas mendapatkan tempat yang layak. Dengarkan aku! Aku CEO di perusahaan ayahku, sebentar lagi. Aku akan memberimu pekerjaan!"

Reno berbalik badan membelakangi pintu depan. ​Setelah keheningan. Tiba-tiba, terdengar suara gesekan dari dalam rumah. Pintu tidak terbuka, tetapi Lilis muncul begitu saja, melayang sedikit di udara, seolah ia melewati pintu tanpa membukanya. Ekspresinya datar.

​Lilis dengan suara dingin, tanpa intonasi,

"Pekerjaan?"

​Reno terkejut, tetapi berusaha keras mempertahankan ketenangan.

"Ya! Asisten pribadiku! Aku butuh seseorang yang bisa mengurus jadwalku, mencatat, dan... ya, menemaniku. Aku akan memberimu kamar kosong di apartemenku. Kamu bisa mulai dua hari lagi."

​Lilis meenatap Reno dengan tatapan kosong selama beberapa saat. Lalu, ia mengangguk sekali.

"Baiklah. Aku setuju. Aku akan datang ke kantormu."

​Reno menghela napas lega yang konyol.

"Bagus! Sampai ketemu, Lis! Aku akan kirim alamatnya!"

​Reno berbalik dengan cepat, naik motornya, dan bergegas pergi. Lilis hanya berdiri di sana, memandangi asap knalpot yang mengepul. Setelah Reno menghilang, Lilis tersenyum tipis, senyum yang sangat menakutkan. Senyum penyamaran seorang hantu wanita yang sedang bermisi balas dendam.

Bersambung

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!