Penjara Cinta Tuan Malvyn

"Apa yang dikerjakan istriku hari ini?" tanya Malvyn berada di dalam ruang kerjanya bersama John dan Johan. Sementara Aisyah tengah berada di kamar sedang mengerjakan tugas.

"Seperti biasa. Nyonya muda selesai kuliah pasti akan ke kantin makan bekal yang tuan masak," sahut John.

Malvyn tersenyum tipis. "Apa istriku selalu menghabiskan masakan ku?" tanya nya sangat antusias.

'Seperti biasa, nyonya muda akan protes di awal tapi tetap makan masakan anda, tuan!"

Seketika wajah Malvyn memerah. Jhon dan Johan melihat itu menjadi saling pandang karena bingung dengan tuan mereka.

Aisyah tidak pernah tahu bila Malvyn selalu pulang sebelum waktu makan siang hanya untuk memasak bekal buat istrinya itu.

Tetapi rasa gengsi membuat Malvyn mengakui dan memilih mengatakan jika masakan itu adalah masakan pelayan mereka.

"Kalian boleh pergi," kata Malvyn.

John dan Johan sebenarnya ingin melaporkan kedekatan Aisyah dengan Gio. Tapi karena melihat sang tuan tampak senang, akhirnya mereka urungkan.

*

*

Di dalam kamar Aisyah baru saja selesai belajar. Ia merentangkan kedua tangan merenggangkan otot. "Aah?!! Kenapa jadi sakit," keluh nya merasakan sakit dileher.

"Kamu kenapa?" tanya Malvyn khawatir ketika baru saja masuk ke dalam kamar mendengar keluhan Aisyah.

Aisyah yang masih memegang lehernya menoleh ke belakang seraya ringisan. Baru kali pertama melihat mimik wajah Malvyn berubah khawatir, tidak seperti biasa yang hanya memasang wajah datar.

"Tadi aku renggangkan otot. Mungkin kekuatan hingga sakit begini," terang Aisyah.

Malvyn langsung mengambil minyak pijat di laci nakas, lalu menuntun Aisyah duduk di tepi tempat tidur.

"Aku akan memijatnya," kata Malvyn pelan.

Jantung Aisyah berdegup kencang mana kala Malvyn duduk di belakangnya, menyingkap rambutnya ke sisi lain.

Aisyah memejamkan mata ketika merasakan tangan Malvyn sedang membalur dan meratakan minyak pijat pada leher dan bahunya.

Sementara Malvyn harus menahan hasrat ketika melihat leher dan bahu Aisyah yang putih mulus. Tangan nya memang memijat leher Aisyah dengan benar karena sangat khawatir terjadi sesuatu kepada istrinya. Tetapi, di balik itu ada sesuatu mengusik adik kecilnya.

Aroma tubuh dan harum shampoo Aisyah membuatnya tenang dan ingin sekali memeluk nya.

"Apa sudah mendingan?" tanya Malvyn.

Aisyah mengangguk dan membiarkan Malvyn menutup bahunya kembali. "Makasih," ucapnya lirih.

Malvyn tak menjawab lebih memeluk dan mengecup kening Aisyah. Membuat sang empu heran namun tak dapat protes karena debar jantungnya berdetak kencang.

"Katakan. Kamu ingin apa?" tanya Malvyn, sepertinya hati pria itu sedang bahagia.

"Beneran, nih?!" tanya Aisyah meyakinkan.

"Iya. Malam ini kamu boleh minta apa saja," tutur Malvyn merasa senang melihat mata Aisyah yang berbinar.

"Apa saja?" tanya Aisyah belum seyakin itu.

Malvyn menghela nafas panjang. "Iya, Asiyah. Apa saja, asal jangan meminta kebebasan dariku," perjelas pria itu membuat Aisyah mencebik.

"Aku tahu posisiku, kok!" ucap Aisyah kemudian naik ke atas tempat tidur tanpa mengucapkan permintaan yang ditawarkan oleh Malvyn.

Rahang Malvyn mengeras mendengar ucapan Aisyah. Hatinya teriris mendengar hal itu. Akhirnya memilih ikut naik ke atas tempat tidur, masuk ke dalam selimut yang sama dengan Aisyah.

Dipeluk Aisyah dari belakang tetapi sesuai dugaan, istrinya itu akan memberontak. "Maaf, sayang."

DEG

Entah mengapa panggilan itu kembali membuat degub jantung Aisyah berdegup kencang. "Lepasin!" desis Aisyah.

"Gak akan sebelum kamu maafin aku," tutur Malvyn.

Aisyah menggigit bibir bawahnya. Entah mengapa merasa malam ini Malvyn sangat berbeda dari biasanya. "Baiklah," ucapnya mengalah dan benar saja, pelukan itu terlepas.

Malvyn membalikkan tubuh Aisyah menjadi kearahnya. Ia elus pipi gadis yang telah menjadi istrinya itu. "Gak akan ada yang bisa pisahin kita dan jangan pernah mencoba untuk pergi dari hidupku," gumamnya tetapi Aisyah hanya diam saja mencerna setiap kata yang keluar bibir Malvyn.

"Apa pernikahan ini seperti penjara cintamu, tuan Malvyn?"

Pertanyaan Aisyah justru membuat Malvyn terkekeh. Dan hal itu mampu membuat Aisyah terpukau. Bagaimana tidak? ini pertama kalinya melihat pria dingin itu terkekeh.

Malvyn mengecup bibir Aisyah kemudian menatap mata istri kecilnya itu. "Aku yakin saat kamu sudah mencintaiku, maka hubungan yang kamu katakan penjara cinta akan berubah menjadi anugrah cinta dari ku."

Aisyah hanya diam menikmati sisi hangat dari seorang Malvyn. Entah mengapa hatinya merasa senang diperlakukan seperti ini. Bahkan bila di ingat-ingat, Malvyn tidak pernah melakukan hal-hal yang menyakitinya.

"Sekarang, tidurlah. Ini sudah sangat malam," imbuh Malvyn kemudian memeluk, memposisikan kepala Aisyah berada di dadanya.

Aisyah menurut saja. Ia tersenyum dalam dekapan Malvyn yang begitu hangat dan menenangkan.

"Apa aku boleh tanya?" tanya Aisyah mendongakkan kepala menatap Malvyn.

Malvyn menunduk menatap Aisyah. Ia mengecup bibir gadis itu sebelum menjawab. "Tanya apa?"

Aisyah belum menjawab, tangan nya meraba dan menangkap sesuatu yang membuat Malvyn mendelik dengan wajah memerah.

"Ini apa? kok keras di balik celana bapak?"

Astaga, Istriku!!