Setiap perempuan yang berstatus seorang istri pasti menginginkan dan mendambakan memiliki seorang keturunan itu hal yang wajar dan masuk akal.
Mereka pasti bahagia dan antusias menantikan kelahirannya, tetapi bagaimana jadinya kalau seorang anak remaja yang berusia 19 tahun yang statusnya masih seorang gadis perawan hamil tanpa suami??
Fanya Nadira Azzahrah dihadapkan pada situasi yang sangat sulit. Dia harus memilih antara masa depannya ataukah kehidupan dan keselamatan kedua saudaranya.
Apakah Caca bersedia hamil anak pewaris Imran Yazid Khan ataukah harus melihat kakaknya mendekam dalam penjara dan adiknya meninggal dunia karena tidak segera dioperasi??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 16
Sejak perbincangan mereka siang hari itu, Caca menjaga jarak dari Emir dan selalu mencari cara untuk menghindar pertemuan dengan pria itu.
“Serasa ada yang hilang dalam hidupku selama nggak bertemu dengan kak Emir, tapi aku nggak boleh terlalu dekat dengannya,” gumamnya Caca yang terlihat sendu.
Caca sedih karena tidak ada lagi orang yang selalu perhatian padanya dan bercanda bersamanya. Memang banyak orang yang selalu bersamanya melewati hari-harinya di rumah itu.
Caca menghela nafasnya dengan perlahan, “Hemph! Aku harus terbiasa hidup seperti ini karena kedepannya kami akan berpisah takutnya, aku nggak bisa hidup tanpa kehadirannya karena sudah terlanjur nyaman.”
Tetapi, tetap saja berbeda karena Emir melakukannya karena cinta dan kasih sayang sebagai perempuan dan laki-laki dewasa kepada lawan jenisnya.
Selina sudah di Singapura, tapi dia sangat kesal karena tidak bisa bebas berbelanja, jalan-jalan, healing tipis-tipis dan bersantai seperti yang sudah dibayangkan nya selama ini.
Sebelum keberangkatannya ke negeri yang terkenal dengan julukan singa itu, Selina sudah menyusun berbagai rencana, tetapi nyatanya semuanya tinggal rencana yang berakhir dengan kenyataan tak seindah impian.
Hal tersebut dikarenakan Bu Maryam mertuanya meminta Selina untuk tinggal bersama dengan adik iparnya yang bernama Bu Aminah.
“Arghh!! Brengsek! Gue sudah planning banyak hal tapi gara-gara nenek tua bangka itu jadi semua rencanaku berantakan dan gagal total!” Teriak histeris Selina di dalam kamarnya.
Selina sudah mengadu dan melaporkan kejadian itu kepada suaminya, tetapi Imran tidak bisa berbuat apa-apa dan tak berdaya karena tidak mungkin menentang keputusan mamanya.
“Mas Imran juga kenapa jadi anak terlalu menuruti kemauan mamanya! Kenapa mertuaku belum mati! Kalau meninggoy pasti kehidupanku akan lebih bebas dari sekarang!” ketusnya Selina.
Bisa-bisa Imran didesak untuk menceraikan istrinya Selina yang tidak bisa memberikan dia keturunan.
Mau tidak mau Selina hanya bisa pasrah dan harus tetap ber akting dan berpura-pura hamil di depan orang lain.
‘Kalau aku memaksa Mas Imran takutnya nenek peot itu memaksa kami bercerai, aku nggak mau lah jadi miskin dan melarat seperti dulu-dulu,” cicitnya Selina yang bergidik ngeri ketika membayangkan dirinya kembali miskin dan harus hidup dari pemberian kekasihku yang tidak seberapa itu.
Jakarta, minggu 27 April 2020
Di Jakarta, tepatnya di dalam sebuah mobil mewah seorang wanita paruh baya tersenyum puas ketika mendapat informasi dari anak buahnya kalau menantu pertamanya marah-marah di dalam kamarnya karena keputusannya.
“Hahaha! Dia pikir saya tidak mengetahui kelicikannya. Andaikan saya bisa memisahkan kalian berdua sudah lama karena bagiku tidak sudi dan rela perempuan mandul itu menikmati kekayaan kami,” ucap Bu Maryam.
Sang supir pribadi yang merangkap menjadi bodyguardnya menatapnya melalui kaca spion mobil yang dikendarainya dengan tetap fokus.
“Nyonya apakah kita akan ke rumahnya Tuan Muda Imran?” Tanyanya sang supir pribadi.
“David! Kita akan bertemu dengan perempuan yang menjadi surrogate mother calon penerus cucuku. Dia hamil anak kembar dan ini untuk pertama kalinya terjadi di dalam keluarga besar kami akan terlahir cucu kembar,” ujar Bu Maryam yang tersenyum sumringah membayangkan akan menimang cucu kembarnya.
“Apa sebaiknya kita singgah beli oleh-oleh untuk calon cucu Nyonya Besar?” Tanyanya David lagi.
Bu Maryam tersenyum simpul mendengar usulan dari David,” itu ide yang sangat bagus. Kamu memang selalu bisa diandalkan. Kita mampir ke toko bunga, bakery langganan kita selama ini, supermarket beli susu khusus bumil, sama butik beliin baju khusus bumil juga untuk Fanya karena pasti tubuhnya semakin gemoy mengandung cucu-cucuku. Dia harus mendapatkan pelayanan dan perhatian yang lebih baik dari Selina.”
“Baik nyonya besar perintah dilaksanakan!” Ucapnya David.
Berselang beberapa jam kemudian…
Mobil yang ditumpangi oleh mereka sudah terparkir di depan pintu masuk rumahnya Imran. Kedatangannya disambut hangat oleh beberapa art.
“Selamat datang Nyonya Besar Maryam,” ucapnya Pak Acok sambil membuka pintu mobil untuk ibu dari majikannya.
“Makasih banyak Daeng Acok, gimana kabarnya baik, anak-anak dan istrimu di kampung mereka juga baik kan?” Tanyanya dengan ramah.
“Alhamdulillah baji-bajiji Nyonya,” balasnya Pak Acok sembari tersenyum lebar.
“Syukurlah kalau mereka baik-baik saja, yang semangat kerjanya yah Pak Acok,” ucap tulus Bu Maryam.
“Oh tentumi itu Nyonya Besar,” balas Pak Acok.
Sifat keramahan inilah yang selalu membuat semua asisten rumah tangga yang bekerja di sana betah berlama-lama mengabdi karena kebaikan Bu Maryam dan pak Yazid Khairy Khan yang sangat jauh berbeda dengan anak menantunya yang bernama Selina Wijayanto.
“Pak Ado! Tolong bantu Pak Acok untuk mengangkat semua barang-barang yang ada di dalam bagasi dan antar ke belakang ke kamarnya Fanya!” Perintahnya Bu Maryam.
Pak Ado dan pak Aco menganga lebar seraya melongo keheranan mendengar perintah dari majikannya tersebut.
Alis mereka saling bertautan karena kebingungan, “Kamarnya Fanya, Nyonya?” Tanyanya keduanya berbarengan.
“Siapa yang dibilang Fanya, Nyonya Besar? Nggak ada yang dibilang Fanya disini,” tuturnya Pak Acok dengan polosnya.
“Iya, di dalam kamarnya Fanya Nadira Azzahra Fahmi perempuan yang tinggal di dalam salah satu kamar yang ada di paviliun belakang adik bungsunya Rendy Saputra! Apa masih kurang jelas ucapan ku!?” ucap Bu Maryam penuh penekan di setiap kata-katanya yang diucapkannya.
“Oh kamarnya Caca toh. Kalau itu sih kami tahu Nyonya Besar, kalau Fanya kami kagak mudeng,” ucap Pak Ado sambil terkekeh.
Bu Maryam geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua asisten rumah tangga putranya yang paling setia karena sebelum Imran menikah mereka sudah bekerja di rumah itu.
Kedua tukang kebun dan security itu berjalan ke arah belakang sambil memegangi beberapa barang bawaan yang cukup banyak sampai-sampai mereka sedikit kerepotan dan kewalahan membawanya.
Bu Maryam berjalan mengikuti pak Ado, dan betapa terkejutnya ketika melihat anak bungsunya bersama dengan Caca.
Tubuhnya mematung seketika memperhatikan apa yang diperbuat oleh putranya.
Emir menyuapi makanan untuk Caca padahal Caca sudah berjuang keras dan mati-matian untuk menghindar dan tidak ingin bertemu dengan Emir. Akan tetapi, memang dasarnya Emir pria yang keras kepala, egois dan pantang mundur itu teguh pada pendiriannya.
“Aku sudah bilang berhenti untuk menemuiku karena aku sudah hamil anak pria lain!” Tegasnya Caca sambil mengatupkan rapat-rapat bibirnya karena tidak mau disuapin oleh Emir.
“Aku tidak peduli dengan semua hal itu. Bagiku sampai kapanpun aku akan terus tetap melakukan apapun yang aku inginkan dan tidak akan pernah berhenti melakukannya meskipun kedua orang tuaku melarang,seisi dunia menolak dan dunia menentang hubungan kita!” Tegas Emir yang masih saja ngeyel.
“Kak Emir itu anak orang kaya sedangkan aku hanya adik seorang bodyguard kita itu nggak pantas bersahabat kasta kita berbeda jauh. Bagaikan langit dan bumi!” Ujarnya Caca mengingatkan status mereka yang sebenarnya.
“Aku tak peduli dengan semua itu! aku katakan kalau kamu adalah segalanya bagiku dan kamu tetap wanita yang aku cintai dan tak akan pernah tergantikan. Aku terlalu effort padamu Fanya Nadira Azzahrah!” putusnya Emir sambil memaksa Caca untuk makan dessert yang dibelinya khusus untuk bumil paling istimewa itu.
“Astaga dragon! Kakak masih waras dan normal kan nggak gila!? Gue nggak habis pikir ada yah lelaki yang mencintai istri orang lain dan berharap bersamanya padahal sudah jelas-jelas ditolak dan hubungan mereka nggak mungkin bersatu,” ujarnya Caca sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Emir hanya tersenyum tipis mendengarnya,” Emir Yazid Khan selamanya dan dari awal hingga mati pun hanya satu perempuan yang aku cintai yaitu gadis yang cantik dan seksi yang ada di depanku yang sedang menikmati kue kesukaannya.”
“Kakak sudah stres nggak tertolong lagi! Di luar sana banyak banget perempuan yang lebih cantik, lebih seksi dan lebih apapun segala-galanya dibandingin dengan diriku ini. Gue sudah kismin, jelek, Nggak seksi malah kayak ikan buntal, gue nggak berpendidikan tinggi sedangkan kakak itu pewaris kedua dari Tuan Besar Yazid jadi stop berharap kepadaku!” ucap Caca yang sedikit kesal.
“Aku sama sekali tidak peduli! Aku sudah memutuskan kalau aku hanya mencintaimu. Aku nggak peduli kalau aku jadi pebinor pelakor sekalian nggak pusing,” kekeh Emir.
“Terserah kakak saja, gue capek ngomong karena nggak ada juga gunanya. Intinya lakukan saja apa yang kakak sukai, tapi jangan pernah sekali-kali mengusik ketenangan dan kedamaianku di rumah ini,” Caca sudah kehilangan cara dan kata-kata untuk membuat pria berusia 32 tahun itu menyerah mengejar cintanya.
Caca akhirnya pasrah saja sembari menghabiskan beberapa dessert yang paling terlezat yang pernah dinikmatinya selama ini.
Rendy hanya menatap apa keduanya lakukan,” ya Allah kalau seperti ini terus bisa-bisa hubungan mereka bakal rumit.”
“Emir, kenapa kamu menyukai gadis cantik itu Nak? Gimana kalau kamu mengetahui kalau Caca adalah surrogate mother calon keponakannya kamu apakah kamu masih bersedia menikah dan masih mencintainya. Mama takut kamu patah hati untuk pertama kalinya karena cintamu bertepuk sebelah tangan,” gumam Bu Maryam.
Bu Maryam berjalan ke arah keduanya dan kedatangannya disambut hangat oleh Rendy yang sedari tadi standby mengawasi kedekatan keduanya.
Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang memperhatikan mereka dari atas lantai dua tepat dari balkon kamarnya.
“Apa sih istimewanya Caca, kenapa Emir begitu tergila-gila kepadanya? Kayak nggak ada perempuan lain saja di dunia ini! Benar-benar sudah nggak normal, matanya sudah rabun sehingga cewek miskin dicintainya,”
siapa yaa???
🤔🤔🤔🤔🤔