Harusnya, Ziva menghabiskan malam pertamanya itu dengan sang suami. Namun, saking mabuknya, ia malah masuk ke kamar mertuanya dan membuatnya tidur di ranjang yang salah.
Apa yang akan terjadi pada Ziva dan mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurma_98, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu kembali
Tap..
Tap..
Tap..
"Duh.. Dimana aku simpan mobilku..? Kenapa kebiasaan buruk ini muncul juga saat aku berada di indonesia." Gumamnya, sembari menatap sekeliling.
Seseorang tersebut yang tak lain adalah Mara. Ia berpergian sendiri karena merindukan negara tempat ia di lahirkan. Wanita itu mencoba berkeliling sambil menghirup udara segar di indonesia.
Kebiasaan buruknya yang sering lupa menyimpan sesuatu, semua itu bukan tanpa alasan, Mara dulu mengalami kecelakaan hebat yang membuat dirinya hilang ingatan 25 tahun yang lalu. Beberapa serpihan ingatan mulai muncul kembali sekitar 5 tahun yang lalu, ia teringat akan suami dan juga puteranya yang sudah lama tak berjumpa sejak kejadian tersebut.
"Arrrgggh, di mana mobilku!!"
Tinnn.. Tinnn.....
Saking tak fokusnya, tanpa sadar Mara pun menyeberang tanpa menengok ke arah sekitar.
"KYAAAAAAA!!"
Ckitttt
BRAKH
Mara langsung berjongkok dan menutupi matanya dengan kedua telapak tangannya. Tubuhnya bergetar hebat, rasa panik pun bahkan mulai muncul menyelimuti dirinya.
Saking terkejutnya, Mara mencoba mengatur nafasnya karena merasa sesak di bagian dadanya. Ia teringat di mana dirinya dulu pernah mengalami kecelakaan hebat saat menyetir mobilnya sendiri.
Tap..
Tap..
Tap..
"Permisi, apa anda baik-baik saja nyonya? Ayo berdiri, jangan berjongkok di sini."
Ada seseorang yang tiba-tiba menghampiri Mara yang sedang berjongkok ketakutan. Mara seketika mematung saat mendengar suara tersebut.
"Suara ini, kenapa seperti tak asing..."
Saat itu juga Mara mendongak dan menatap tangan pria yang sedang mengulurkan tangannya mencoba membantu dirinya berdiri.
Degh
Terjadilah kontak mata antara Mara dan seorang pria yang sedang mengulurkan tangan padanya. Pupil matanya bergetar saat menatap pria tersebut. Lalu tanpa sadar, air matanya tiba-tiba berjatuhan.
"Eh, kenapa anda menangis? Apa anda terluka?"
Ya, seperti yang kalian tahu, pria tersebut yang tak lain adalah Heri. Lalu, kenapa ekspesi Mara seperti itu?
"Ah, m-maaf.." Ucap Mara, sembari menerima uluran tangan Heri.
Ekspresi Heri berbeda dengan Mara, pria itu bahkan terlihat santai dan tak menunjukan reaksi apapun. Apa yang terjadi? Kenapa hanya Mara yang bereaksi seperti itu?
"Nyonya, jika ada yang sakit, sebaiknya kita ke rumah sakit saja. Saya khawatir." Ujar Heri.
Mara menggeleng pelan. "Tidak perlu, saya tidak papa. Maafkan saya, tuan. Saya akan bertanggung jawab dan mengganti rugi atas kerusakan mobil anda.
Tatapan Mara berubah sendu, ia bahkan mengalihkan pandangannya karena enggan menatap Heri terlalu lama.
Mereka berdua dulu adalah sepasang suami isteri. Setelah kecelakaan yang menimpa Mara, semuanya nampak berubah. Mara melakukan operasi plastik karena luka yang di sebabkan oleh kecelakaan tersebut. Oleh sebab itu, Heri maupun Victor, tidak mengenali wajah Mara yang sekarang.
"Aku ingin sekali berkata jika aku ini adalah isterimu mas. Namun aku tidak bisa melakukan itu, aku takut kamu tidak percaya. Selama ini aku meninggalkan kalian, aku melupakanmu dan juga anak kita Victor. Maafkan aku mas Heri, maafkan aku."
"Tidak perlu mengganti rugi, yang penting anda baik-baik saja." Ucap Heri, tersenyum ramah. "Mari saya antar, anda tidak perlu takut, saya tidak akan macam-macam dengan anda."
Mara menghela nafasnya sejenak sebelum mengiyakan ajakan Heri. Entah sampai kapan dirinya akan menyembunyikan identitas sebenarnya, saat ini, Mara hanya bisa pasrah dan menunggu waktu yang tepat.
*
*
Di tempat lain...
"A-apa? H-hamil?"