Menikah diam-diam dan harus merahasiakan hubungan tali kasih antara mereka. Bersandiwara seolah tidak saling kenal di hadapan publik.
Hubungan yang indah pada awalnya, namun harus berpisah karena keadaan.
Sang pria harus menikahi wanita pilihan orang tuanya tanpa bisa menolak.
"Cinta tidak harus memiliki, tapi cinta harus berkorban. Mungkin inilah saatnya, kamu harus korbankan cintamu, mas. Dan aku, cintaku tidak bisa memiliki dirimu."
Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti terus ya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon naya siswanto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Delisa berulah
Hana dan Sebastian saling bertukar pandang, mereka tidak mengerti arti dari kata beli adik yang dimaksud oleh putra mereka.
"Beli adik? Apa maksudnya?" tanya Sebastian.
"Galih diejek teman-teman karena tidak punya adik. Semua teman Galih punya adik," jawab Galih.
"Hemmm, kalian selesaikan masalah ini. Ibu mau ke pasar," kata Asri sambil beranjak dari duduknya.
Sebastian mengusap puncak kepala Galih dengan lembut.
"Sayang, adik itu bukan dibeli, tapi harus minta sama Tuhan. Kalau Galih mau punya adik, Galih harus berdoa." Ujar Sebastian.
"Benar begitu, Ma?" tanya Galih pada Hana.
"Iya, Sayang. Apa yang dikatakan papa benar," jawab Hana.
Galih turun dari kasur lalu pergi ke kamar mandi.
"Sepertinya Galih setuju jika mamanya punya kesibukan baru," kata Sebastian sambil menaik turunkan alisnya.
Hana melengos lalu ke luar dari kamar, dia kembali ke dapur untuk meneruskan pekerjaannya.
Tidak lama kemudian Sebastian dan Galih datang ke ruang makan lalu duduk di kursi masing-masing.
"Ma!" panggil Galih.
"Hemm," Hana mendehem saja.
"Boleh ya Galih minta adik?" bukan pertanyaan, tepatnya permintaan yang Hana tidak mungkin menolak.
"Apa Galih sudah yakin mau punya adik?" Tanya Hana dan Galih pun mengangguk.
"Ya sudah, sekarang Galih makan ya. Nanti mama pikirkan soal adik," kata Hana.
***
Delisa sedang duduk di sebuah kafe, di hadapannya ada dua orag yang sedang menunggu perintah darinya.
"Informasi apa yang kalian dapat tentang putraku?" tanya Delisa.
"Tidak ada, Bu. Putra anda tidak melakukan apapun yang mencurigakan. Dia bersikap dan berkegiatan seperti biasa. Pagi ke kantor dan sore pulang ke rumah." Jawab orang pertama.
"Tidak ada wanita yang sedang dekat dengannya. Bahkan putra anda menjaga jarak dengan semua perempuan. Karyawan yang bekerja di kantor dan di rumah saja yang bisa berurusan dengannya. Sedangkan, perempuan yang lain tidak bisa. Jangankan hendak merangkak ke ranjangnya seperti rencana kita, didekati saja tidak bisa." Tutur orang kedua.
Delisa nampak gusar, dia tidak menyangka jika putranya begitu sulit dia taklukan. Padahal gadis yang disewa untuk menjebak Sebastian sangatlah cantik dan seksi. Namun, rencananya gagal karena anak satu-satunya itu tidak tertarik sama sekali dan sulit untuk didekati.
"Aku akan cari cara lain, kalian tenang saja. Kali ini harus berhasil!" kata Delisa pada dua orang anak buahnya. Dia memberi kode pada kedua orang itu agar pergi dari hadapannya.
"Aku harus mencari cara yang lebih jitu lagi agar berhasil. Aku harus bisa menjebaknya dan dia harus menikah dengan gadis pilihanku. Walau bagaimana pun, harta Sebastian adalah hartaku juga." gumam Delisa.
Delisa beranjak dari duduknya lalu ke luar dari kafe. Dia berniat untuk pergi ke rumah Farhat, merayu Farhat agar mau kembali dengannya.
"Pa, maafkan mama! Mama mengaku salah karena dulu tidak merestui Sebastian dan istrinya. Mama turut berduka atas meninggalnya menantu kita." Delisa memulai sandiwaranya.
"Minta maaflah pada Ibas, jangan meminta maaf padaku. Hidup Ibas yang kamu hancurkan, bukan hidupku," ujar Farhat.
"Mama menyesal, Pa. Mama mau kita bersatu lagi seperti dulu, kita hidup bersama dan bahagia." Rayu Delisa.
"Kamu yang bahagia, bukan aku, Delisa. Bertahun-tahun aku bertahan, menghadapi sikapmu yang urakan. Aku bertahan bukan karena cinta, tapi karena menghormati dan menghargai orang tuamu." Ungkap Farhat.
"Dasar licik! Setelah kau kuasai seluruh harta keluargaku, sekarang kau campakan aku. Kamu tidak ubahnya seperti rubah. Dasar pengkhianat!" maki Delisa.
"Aku menguasai harta keluargamu? Ha-ha-ha! Apa tidak terbalik ucapanmu itu, Delisa? Bukankah kamu yang sudah mengambil harta orang tuaku secara diam-diam dan menjualnya? Dasar tidak tahu malu." Balas Farhat.
"Jika memang aku sejahat seperti yang kamu tuduhkan, tidak mungkin kedua orang tuamu lebih menyayangi aku dari pada kamu. Hingga saat ini kami masih berhubungan baik, malah kamu yang diusir dari rumah." Imbuh Farhat.
Wajah Delisa memerah karena marah, "Itu karena kamu yang telah meracuni otak kedua orang tuaku." Sungutnya.
Farhat beranjak dari duduknya lalu berjalan sedikit menjauh. Sejenak dia berdiri di tempatnya.
"Aku rasa kamu masih ingat jalan ke luar dari rumah ini, Delisa." Usirnya secara tidak langsung.
klu lom otw" bikin dr tepung 🤭🤭
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
harus baca dri awal lg ini mah