Istri Rahasia
“Saya terima nikahnya dan kawinnya Hana binti Hasan dengan mas kawin yang tersebut, tunai.”
Dengan suara lantang dan satu tarikan nafas, Sebastian mengucapkan kata sakral dalam pernikahan.
"Bagaimana para saksi, sah?" tanya pak penghulu.
"Sah," jawab dua orang saksi dan beberapa orang yang hadir di acara ijab kabul tersebut.
Pak penghulu memimpin doa dan yang lainnya mengaminkan.
Setelah selesai acara ijab kabul, Sebastian langsung membawa Hana pergi.
Hana adalah salah satu karyawan di kantor Sebastian. Mereka acap bertemu dan akhirnya saling jatuh cinta.
Karena alasan restu, Sebastian menikahi Hana secara diam-diam dan merahasiakan pernikahan mereka dari lhalayak umum. Mereka bersikap seolah tidak saling kenal di depan publik.
Meski berpapasan pun, Hana hanya membungkuk dan semua orang tau itu adalah tanda hormat dari karyawan pada atasannya.
"Masuklah!" Sebastian membawa Hana ke apartemen yang baru saja dibelinya.
"Kenapa aku tidak tetap tinggal di rumah kontrakanku saja, Mas? Kalau aku tinggal di sini nanti banyak yang curiga." Tutur Hana.
"Kalau kamu tetap tinggal di rumah kontrakanmu, aku tidak bisa mengunjungimu sayang. Mata tetangga-tetanggamu itu semua jelalatan, jiwa gosipnya pasti meronta jika melihatku datang ke rumahmu." Pungkas Sebastian.
Sebastian menghempaskan tubuhnya ke sofa, tangannya menjulur ke arah Hana, meminta gadis itu untuk mendekat.
"Aku belum bisa mengumumkan pernikahan kita. Percaya padaku, cepat atau lambat hubungan kita akan resmi di mata publik." Ujar Sebastian.
Hana hanya diam, tidak tahu harus berkata apa. Benar atau salah keputusan besar yang baru diambilnya, diapun tidak tahu.
"Kita harus kembali ke kantor," kata Hana.
"Aku yang akan kembali ke kantor, bukan kamu." Kata Sebastian sambil menaik turunkan alisnya.
"Oh ayolah, Bas. Ini masih siang, masih banyak waktu untuk kita melakukannya. Aku harus menemani pak Geri meeting siang ini." Tutur Hana.
"Baiklah, sayang. Ayo!"
Sebastian dan Hana pun ke luar dari apartemennya dan langsung menuju ke kantor menggunakan kendaraan masing-masing. Hana naik taksi dan Sebastian mengikutinya dari belakang.
Sesampainya di kantor, Hana langsung menuju ruang kerjanya.
"Han, meetingnya diundur, anak pak Geri tiba-tiba sakit." Kata Ratna, teman satu ruangan dengan Hana.
"Oke," balas Hana.
Ratna mendatangi meja Hana, "Kamu tahu nggak, tadi pas jam istirahat ibunya si bos datang bersama cewek cantik dan seksi. Desas-desus yang aku dengar katanya cewek itu calon istrinya si bos." Kata Ratna.
Degh, jantung Hana seolah berhenti berdetak. "Kamu serius?" tanya Hana.
"Serius! Mana pernah aku bohong. Kalo nggak percaya kamu bisa tanya Dodi, dia juga tahu kok." Jawab Ratna.
Dodi menghampiri meja Hana lalu menaruh setumpukan kertas di sana. "Ni tugas dari pak Geri, cepet kerjakan, jangan gosip melulu." Sungut Dodi.
Ratna kembali ke mejanya, dia tidak mau mengganggu Hana. Apalagi melihat tumpukan kertas yang cukup banyak, dapat dipastikan jika Hana akan lembur lagi malam ini.
Tepat pukul lima sore, para karyawan yang sudah menyelesaikan pekerjaannya pun pulang. Sedangkan Hana masih duduk di kursinya, berhadapan dengan komputer dan setumpukan kertas.
"Ngerjain apaan si, Han? Butuh bantuan nggak?" tanya Ratna.
"Lihat sendiri tuh," tunjuk Hana ke layar komputernya.
"Dodi! Sini bantuin! Kasihan Hana," kata Ratna pada Dodi.
"Kalau kalian mau pulang, udah pulang aja. Aku nggak apa-apa kok lembur. Udah biasa juga kan," tolak Hana. Dia tidak mungkin merepotkan Ratna dan Dodi. Mereka berdua selalu membantunya saat kerjaan menumpuk.
"Udah, sini aku bantuin. Kebetulan aku nggak punya kegiatan kok," kata Dodi.
Hana, Ratna, dan Dodi kembali memasang mode serius.
"Kalian belum pulang?" tiba-tiba suara Sebastian mengejutkan mereka bertiga.
Hana langsung berdiri dengan kepala menunduk, begitu juga Ratna dan Dodi, mereka melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Hana.
"Belum pak," jawab Hana.
"Kalian lembur?" tanya Sebastian lagi.
"I-iya pak," jawab Hana gagap.
Sebastian melihat ketiga karyawannya secara bergantian, "Siapa yang bertanggung jawab atas tugas yang sedang kalian kerjakan?" tanyanya.
"Saya, Pak." Jawab Hana.
"Kalian berdua?" tanyanya lagi.
"Kami hanya membantu meringankan pekerjaan Hana, pak. Kasihan dia tiap malam harus lembur," jawab Dodi dengan jujur.
Sebastian membulatkan matanya dengan sempurna, dia baru tahu jika Hana sering lembur.
Sebastian mengambil setumpukkan kertas yang ada di meja Hana kemudian membuangnya ke lantai.
"Berikan padaku tugas yang ada pada kalian!" pinta Sebastian.
Ratna dan Dodi memberikan beberapa helai kertas yang ada pada mereka ke Sebastian.
"Apa ini? Kalian diam saja saat Geri memberi kalian kerjaan sampah?" Suara Sebastian terdengar meninggi.
"Kalian semua, pulang. Biar ini jadi urusan saya!" tegas Sebastian.
Ratna dan Dodi buru-buru mengambil tas masing-masing lalu pergi dari sana.
Sebastian mencondongkan tubuhnya dan menjadikan kedua tangannya yang bertumpu pada meja kerja Hana sebagai penopang tubuh.
"Geri sering melakukan ini padamu, kenapa kamu tidak pernah mengatakannya padaku? Cecar Sebastian.
"Karena itu sudah tugasku," jawab Hana dengan kepala yang tetap menunduk.
"Tugas kamu bilang? Tugas apa? Bahkan semua tulisan yang ada di semua kertas itu sudah kadaluarsa. Itu adalah laporan kerja beberapa bulan yang lalu, sayang." kata Sebastian.
"Ayo pulang!" ajak Sebastian.
Hana mengemasi barang pribadi miliknya, memasukkannya ke tas kecil lalu mengikuti Sebastian keluar dari gedung itu.
Hana berdiri di depan gedung, menunggu taksi online pesanannya datang.
"Hati-hati di jalan," kata Sebastian sambil melewati Hana tanpa menoleh sedikit pun ke arah gadis itu.
Sebastian masuk ke mobilnya lalu pergi.
"Mbak Hana lembur lagi?" tanya pak satpam.
"Iya pak," jawab Hana.
"Kok mbak Hana seeing disuruh lembur ya? Karyawan yang lain jarang, bahkan nggak pernah. Jangan-jangan pak Geri naksir sama mbak Hana," kelakar Pak Satpam.
"Nggak mungkin lah pak, pak Geri kan sudah punya istri dan anak." Ujar Hana.
Pak satpam mengerutkan keningnya, "Siapa yang bilang mbak? Setahu saja beliau masih bujang." Perkataan pak satpam membuat Hana melongo.
"Bujang?"
Hana nggak habis pikir, lalu alasan yang selama ini Pak Geri pakai ketika dia tidak datang ke kantor anak siapa? Pak Geri selalu beralasan jika anaknya mendadak sakit.
Taksi yang dipesan oleh Hana pun datang, dia langsung masuk dan memberikan alamat ke supir taksinya.
"Pindah ya mbak?" tanya supir.
"Iya mas, biar lebih dekat." Jarak menjadi alasan sebagai jawaban dari pertanyaan sopir untuknya.
Tapi, itulah alasan yang masuk akal. Jarak rumah kontrakannya memang cukup jauh, dua kali lipat dari jarak apartemen ke kantor.
Sesampainya di apartemen, Hana langsung masuk. Sebastian tidak ada di sana, mungkin dia langsung pulang ke rumah pribadinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Al-rayan Sandi Syahreza
q mampir Mak 🤭🤭🤭🤭
2023-10-04
0
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
2023-09-30
0
Taufan Kamilah
yuk..baca juga Terikat Mumtaz atau Kamu Yang Aku Mau..
2022-11-22
1