Memang semua sudahlah takdir sang ilahi.
Azmia atau biasa di panggil Mia tanpa ada aba-aba tiba-tiba dia harus menggantikan pernikahan Kakaknya dengan terpaksa dia harus menjadi peran pengganti Kakaknya.
Akankah Azmia bahagia dengan pernikahannya dan bisa menjalankan perannya sebagai peran pengganti Kakaknya.
Jangan lupa untuk membaca kisah Azmia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon surya mafaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 23 Berkunjung
Kita memang tidak bisa memaksakan cinta, tapi kita juga harus pandai dalam memilih cinta dan bisa membedakan antara cinta dengan obsesi.
Kini sudah satu bulan usia pernikahan Azmia dan Alby. Akan tetapi belum ada kemajuan sedikitpun membuat Bunda Sofi akhirnya turun tangan.
Bukan Bunda Sofi ikut campur masalah rumah tangga putranya, tapi Bunda Sofi hanya ingin Alby sadar supaya tidak menyesal di kemudian hari. Alby adalah anak pertama harusnya bisa memberikan contoh yang baik untuk adiknya.
Hari ini Bunda Sofi sengaja datang ke rumah Alby tanpa memberi kabar pada anak dan menantunya.
"Terima kasih, Pak," ucap Bunda Sofi pada sopir yang sudah membukakan pintu mobil untuknya. Kini dia sudah berada di rumah Alby.
"Sama-sama, Nyonya," balas pak sopir pribadi Bunda Sofi.
"Assalamualaikum," ucap Bunda Sofi di depan pintu.
"Wa'alaikumussalam." Mbok Asih membukakan pintu.
"Silakan masuk, Nyonya!" Mbok Asih mempersilakan majikannya masuk ke dalam. Dulu sebelum bekerja di rumah Alby, Mbok Asih kerja di rumah utama.
"Terima kasih, Mbok. Bagaimana kabar Mbok Asih?" tanya Bunda Sofi.
"Alhamdulillah, baik, Nyonya," jawab Mbok Asih.
"Jam segini Alby dan Azmia belum pulang Mbok?" Bunda Sofi yang melihat rumah masih sepi tak ada penghuninya kecuali Mbok Asih dan Pak Satpam.
"Belum, Nya. Biasanya Aden nanti setelah magrib terkadang juga sampai malam. Sedangkan Non Azmia sekitar jam tujuh," balas Mbok Asih.
"Apa Alby dan Azmia sering bertengkar, Mbok?" Bunda Sofi mengintrogasi Mbok Asih.
"Tidak pernah, Nya." Mbok Asih selalu menjawab pertanyaan Bunda Sofi.
"Alhamdulillah kalau gitu." Kini mereka berdua sedang duduk di sofa sambil menikmati acara televisi di temani dengan teh hangat dan beberapa cemilan.
**
"Nin, saya pulang duluan ya," pamit Azmia.
"Iya, Mba. Hati-hati di jalan, Mba Mia," ucap Nina.
"Iya, Nin." Setelah berpamitan pada Nina. Azmia berjalan keluar kafe menuju parkiran motor miliknya. Azmia melajukan motornya menuju rumah.
Sebenarnya tadi Azmia bersama para sahabatnya, tapi mereka sudah pulang lebih dulu.
Satu jam perjalanan Azmia sampai di rumah.
"Assalamualaikum," ucap Azmia melangkah masuk ke dalam rumah.
"Wa'alaikumussalam," jawab wanita paruh baya yang sedang duduk di ruang tamu.
"Bunda." Azmia menyalami tangan mertuanya kemudian duduk di samping Bunda Sofi.
"Bunda kapan kesini? kenapa tidak bilang Azmia?" tanya Azmia.
"Tadi sore, karena Ayah tiba-tiba harus berangkat ke luar kota jadi Bunda kesini saja dari pada di rumah sendirian," jelas Bunda Sofi.
Azmia mengangguk tanda mengerti.
"Alby biasanya pulang jam berapa, Nak?" tanya Bunda Sofi.
"Nggak tentu, Bun. Biasanya jam segini sudah pulang terkadang juga hingga larut malam," jawab Azmia.
"Oh. Alby itu memang dari dulu seperti itu kalau kerja tidak ingat waktu," ucap Bunda. Alby itu sosok yang pekerja keras.
*
*
*
Tak lama kemudian orang yang di tunggu-tunggu datang tanpa permisi dia langsung masuk ke dalam rumah.
"Salam dulu kalau masuk ke dalam," ucap Bunda Sofi.
Alby menoleh ke sumber suara. "Bunda." Alby langsung menghampiri Bunda Sofi menyalami beliau.
"Jam segini kamu baru pulang, Al. Apa setiap hari kamu pulang malam terus?" selidik Bunda Sofi pasalnya ini sudah pukul delapan malam.
"Tadi lagi banyak kerjaan saja, Bun. Kasihan Daffa jika harus mengerjakannya sendiri," balas Alby.
"Iya, tapi tidak harus pulang malam begini kasihan kan istri kamu sendirian terus," ucap Bunda Sofi.
"Iya, Bun," balas Alby pasrah kalau sudah berhadapan dengan kanjeng ratu hanya bisa pasrah. Anak laki-laki surganya berada di bawah telapak kaki ibu.
**
Terima kasih.
love you all
Lha kq udah tamat