Hidup untuk yang kedua kalinya Selena tak akan membiarkan kesempatannya sia-sia. ia akan membalas semua perlakuan buruk adik tirinya dan ibu tirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aulia indri yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 20
Suasana lebih hangat dan berbau kopi yang menenangkan.
Selena membawa Sofia ke kafe yang dekat dengan rumah sakit.
Udara menghangat dibandingkan diluar sana. orang-orang mengobrol ringan disekitar mereka dengan nyaman.
Tangan Sofia mengetuk lambat meja. Menatap kue dan kopi yang belum disentuhnya.
Sementara Selena bergerak dengan santai menikmati kue dan kopinya—sesekali melirik Sofia untuk mempertimbangkan tawarannya.
"Dengar Sofia." Selena memulai topik.
"Kenapa kau berteman dengan adik tiri ku?" tanyanya kemudian. Tangannya tertumpu di atas meja—mengamati dan menunggu Sofia berbicara.
Ia tak akan mendesak Sofia sekarang. Lagi pula Sofia sendiri setuju.
"Dia baik." Sofia memainkan gelas berisi kopi itu dengan gelisah, menghindari tatapan Selena.
"Baik? teman yang baik tak akan memanfaatkan temannya." itulah yang Selena pandang—karina menggunakan Sofia untuk mengerjai dirinya.
Sofia terdiam—bukan soal baik, pertemanan mereka sudah lama. Namun rasanya Selena benar, jika ia tak mengambil tawaran karina—ibunya tidak akan mendapatkan perawatan.
"Aku tidak mengerti.. Mengapa kau ingin membantuku?" suara Sofia bingung—mengalihkan pertanyaan Selena.
"Aku teman adik tirimu, kau membencinya. Mengapa kau tidak membenciku?" sambung Sofia tidak mengerti.
Selena hanya terkekeh, tersenyum tipis. "Kau tidak melakukan kesalahan apapun kepadaku. Untuk apa aku membencimu?"
Sofia menahan nafas, itu benar. Ia tak pernah melakukan kesalahan ataupun sebaliknya.
"Teman yang baik tidak menaruh mu ditempat yang sangat dirugikan Sofia.." Selena merenung membuat Sofia berfikir tentang kenyataan bahwa Karina tidak setulus itu dalam pertemanan.
Sofia tertunduk, merasa tidak percaya diri. Hanya memainkan sendoknya yang tenggelam di dalam gelas berisi kopinya—tenggelam, seperti dirinya yang tenggelam dalam ketidakpastian.
"Aku tidak memaksamu untuk melakukan drama itu Sofia." Selena kembali berbicara suaranya terukur—tidak bisa mendesak Sofia.
"Namun jika menjadi dirimu aku akan keluar dari lingkungan pertemanan itu." sambungnya, matanya mengamati sudut kafe mencoba mencari bujukan halus.
"Apa yang kau harapkan dari Karina?" pertanyaan itu membuat Sofia mendongak.
Karina ... Apa yang diharapkannya? Karina selalu memberi nya makanan—meski itu sisa—bekas Karina. Selalu meminjamkan uang kepada nya.
"Karina bisa diharapkan... Aku mungkin terlalu bergantungan dengannya. Dia selalu memberiku makanan dan uang pinjaman." Sofia mengaku—pipinya merah karena merasa seperti orang miskin dan rendah.
"Ah, itu masalahnya."
"Uang.. Makanan dan itu semuanya kau bisa mendapatkannya secara mudah dariku." tawar selena kemudian.
alis Sofia terangkat bingung, seperti diberi harapan. "Benarkah?"
Selena mengangguk sebelum ia menambahkan sesuatu. "Aku bisa membantumu mendapatkan kembali kepercayaan ketua dewan siswa, Ethan."
"Ethan?" suara Sofia gugup dan telapak tangannya basah.
"Ya, aku hanya ingin kau berbicara dengan Karina. Mendesaknya, itu saja." syaratnya tidak berbahaya dari pada Karina.
"Jika kau melakukannya.. aku bisa memberi fasilitas terbaik untuk ibumu, memberimu makanan, meminjamkan uang tanpa batas waktu.. Dan bisa membantumu kembali ke organisasi dewan siswa sekaligus mendapatkan kembali kepercayaan Ethan."
Tawaran yang banyak namun syarat yang tidak berbahaya.
Itu membuat Sofia kewalahan. Terlalu menggiurkan dan peluang besar—namun bagaimana pertemanannya dengan Karina?
"Bagaimana pertemananku dengan Karina?" tanya Sofia setengah ragu, meski pikirannya terfokus pada tawaran Selena.
Selena terkekeh kecil, matanya membulat tak percaya. "Oh, ayolah sofia. Kau pintar, jangan naif—tidak ada pertemanan seperti itu. jangan begitu rendah hati. Ingat bagaimana kau diperlakukan oleh karina—dia membuang mu setelah rencana gagal. Jangan naif, kau tahu tawaranku sangat menguntungkan mu. Lebih menguntungkan dibandingkan dengan Karina."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kelas sepi menyisahkan Karina. ruangan dipenuhi tawa lembut Karina yang sedang menikmati pesan dari Davin.
Ia hanya perlu sabar sampai Davin dan Selena bertunangan. Lalu, setelah itu Davin akan menjadi miliknya
"Tadi malam adalah malam terindah." desah Karina dengan penuh kebahagiaan.
Namun kebahagiannya tak lama. Sofia masuk kedalam kelas, berdiri didepan mejanya dengan wajah perhitungan dan rasa kecewa.
Karina mematikan ponselnya. Matanya menatap tajam sofia—pertemanan mereka menjadi tidak baik setelah rencana ketahuan gagal.
"Apa maumu?" tanya Sofia dengan kasar dengan wajah datar tanpa ekspresi.
"Aku ingin kau bertanggung jawab." suara Sofia tampak menuntut. membuat Karina bingung
Tak lama kemudian Karina terkekeh. "Ha? Apa? Tanggung jawab? Kau bahkan sudah menerima tawaran dan tantanganku, sialan. Kau gadis tidak tahu terimakasih ya?" cibir Karina dengan tajam.
Sofia hanya terkekeh sebelum memukul meja Karina, membuat Karina tersentak. Meski sedikit—mata Karina semakin tajam, ia berdiri. Tak terima Sofia begitu tidak tahu terimakasih dan berani padanya.
"Kau tidak tahu terimakasih!" Karina mendorong kasar dada Sofia menjauh darinya.
Sofia membalasnya dengan mendorong dada Karina—lebih tajam, sebelum mencengkram kuat pundak Karina. "Karena mu aku menjadi bahan pembicaraan para dewan siswa! Aku ditegur keras oleh guru hampir dikeluarkan!'
"Itu karena kau tidak becus melakukannya! Kau terlalu bodoh sampai tidak melihat cctv! Kau mengaku orang terpengaruh di dewan siswa namun kau payah melakukan hal sepele!" sahut Karina dengan tajam. Lubang hidungnya terbuka lebar mengambil nafas terengah-engah karena marah besar.
"Aku membayar mu bukan untuk kegagalan Sofia.. jika kau mengecewakanku setidaknya jangan menjadi wanita tidak tahu terimakasih." bisiknya kejam, matanya menyala-nyala dengan marah.
Mata Sofia berkaca-kaca. Ia tak pernah merasakan amukan Karina. Apalagi mendengar kata-katanya yang kejam dan tidak berperasaan.
Melihat Sofia menahan diri untuk menangis. Karina mencengkram dagu Sofia, untuk menatap matanya.
"Oh, kau menangis sayang?" suaranya tajam penuh dengan kekejaman.
"Kau wanita idiot, tidak tahu terimakasih dan sangat bodoh! Kau tidak pantas berteman denganku.. Orang-orang sepertimu yang lemah tidak bisa berteman denganku." ia melepaskan dagu Sofia, sebelum mendorong Sofia ke lantai.
"Ah!" rintih Sofia kesakitan. Sikunya mengalami sedikit memar dan lecet.
Karina tidak memberi Sofia bernafas sedikit. Ia menginjak punggung tangan Sofia dengan sepatunya yang mengkilap mahal—matanya berkilat penuh kebencian.
rasa sakit Sofia semakin terlihat—ia berusaha mengangkat kaki Karina dari tangannya. Namun semakin menekannya dengan kejam.
"Karina.. Sakit, lepaskan!"
Karina hanya terkekeh puas, sebelum sedikit memutar tumit sepatunya membuat Sofia semakin menangis menjadi-jadi.
"Ohh.. Sakit? Seharusnya kau tahu kau tidak boleh menantang ku." ia membungkuk, berbisik pada Sofia.
"Ku peringati Sofia, jangan beritahu siapapun bahwa akulah yang menyuruhmu menukar kertas ujian Selena." Suaranya semakin merendah—mengancam Sofia, ia tak main-main. "Jika rahasia ini bocor. Aku akan menghabisi mu dan tak hanya dirimu, aku akan membuat ibu mu yang di rawat dirumah sakit menderita!"
Ancaman itu terdengar jelas di udara. Penuh ketegangan dan menyesakkan. Karina menjauhkan kakinya dari tangan Sofia saat gadis itu hanya mengangguk pasrah.
"Gadis lemah, pikir dulu dengan otakmu yang kecil itu sebelum melawanku. Aku Karina Wiranata, gadis terkaya disekolah ini. Sementara kau hanya gadis yatim yang miskin.. Dan memiliki ibu yang sekarat. "
Karina pergi begitu saja dengan mudah. Meninggalkan Sofia dengan kekejamannya.
Tak ada yang berani melawannya kecuali ayah Wirya Wiranata dan lawannya yang sangat mustahil, yaitu Selena Wiranata.