NovelToon NovelToon
Dia Suamiku

Dia Suamiku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Badboy / Patahhati
Popularitas:6.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Yutantia 10

Sejatinya, pernikahan adalah suatu ibadah dan kebahagiaan yang harus dikabarkan. Tapi tidak bagi Mila dan Elgar. Pernikahan siri mereka hanya diketahui oleh mereka berdua dan orang tua Mila dikampung.



"Ingat, pernikahan kita atas dasar saling membutuhkan. Aku membutuhkan kepuasan, dan kamu membutuhkan uang. Jadi jika salah satu diantara kita sudah merasa tidak butuh, kita berakhir." Itulah kata kata yang selalu Elgar ucapkan.

"Lebih dari uang yang aku butuhkan, aku butuh cintamu." Kata kata yang hanya mampu Mila ucapkan dalam hati, tapi tak pernah bisa dia lafalkan.

Saat berdua, mereka adalah suami istri. Tapi saat ada orang lain, mareka adalah dua orang asing.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KEJUTAN

Mila keluar dari ruangan Elgar dengan hati berbunga bunga. Semburat kebahagiaan terpancar jelas diwajahnya. Meskipus Elgar menyangkal jika dia cemburu, tapi Mila yakin, jika suaminya itu cemburu. Dan itu artinya.....astaga, rasanya Mila ingin teriak saking senangnya. Elgar jatuh cinta padanya, Elgar menyukainya.

Mila singgah kedalam toilet untuk buang air kecil. Dia melihat seorang wanita cantik sedang telepon di pojokan sambil menyandarkan punggungnya di dinding.

Mila mengangguk sambil tersenyum pada wanita itu lalu masuk kedalam bilik toilet. Saat itu, toilet sedang sepi, hanya ada mereka berdua disana.

Dari dalam bilik, Mila bisa mendengar wanita itu berbicara ditelepon dalam bahasa inggris. Dari logatnya, terdengar sangat fasih. Beberapa saat kemudian hening, tak terdengar suara apapun. Sepertinya wanita itu sudah keluar, batin Mila.

Ternyata dugaan Mila salah. Saat dia keluar dari bilik, ternyata wanita tadi masih ada, hanya saja sudah berpindah tempat.

Saat ini, wanita cantik itu sedang touch up didepan cermin wastafel.

Mila berdiri tepat disamping wanita itu. Dia merapikan rambut serta bajunya. Tatapannya seketika terhenti saat melihat bibirnya dicermin. Disentuhnya bibir yang baru dicium Elgar itu. Entah sudah berapa puluh kali mereka berciuman, tapi rasanya masih seperti ciuman pertama. Jantung Mila masih selalu berdegup kencang saat mereka berciuman.

"Bibir kamu warnanya bagus. Pakai lipstik apa?" Tanya wanita disebelah Mila yang ternyata memperhatikan Mila dari pantulan cermin.

"Saya jarang pakai lipstik. Paling pakai liptint aja."

"Berarti merah alami dong. Terlihat lembab juga. Sering perawatan bibir?"

"Suka pakai madu saja." Jawab Mila sambil menoleh dan tersenyum. "Mbak juga bagus bibirnya. Cantik banget lagi." Puji Mila. Dia tak pernah melihat wanita itu dikantor. Tapi wajahnya tampak familiar. Mila berfikir fikir, dimanakah dia pernah melihat wanita cantik ini? Apakah mungkin dia dari divisi lain, atau mungkin tamu perusahaan?

Wanita itu tersenyum mendengar pujian Mila. Dia memang cantik, tapi bagian tubuh yang paling membuatnya tidak percaya diri adalah bibir. Bibirnya sedikit hitam karena dia perokok aktif. Lisptik jadi barang yang tak pernah absen didalam tasnya. Jadi saat melihat wanita yang memiliki bibir merah alami, rasanya dia iri sekali.

"Saya permisi dulu ya." Pamit Mila. Dia bukanlah jenis orang yang suka berlama lama ditoilet saat jam kerja.

...*****...

Elgar duduk sambil menyandarkan punggungnya di kursi. Akhirnya dia bisa bernafas lega setelah meetingnya selesai dan membuahkan kata deal. Kebuah pencapaian besar yang akan membuat kariernya makin cemerlang. Dia sudah tak sabar ingin menjadi CEO menggantikan papanya.

Elgar merasa jika meeting kali ini sangat lancar tanpa kendala berarti apapun. Bahkan bisa dibilang, terlalu mudah. Karena kliennya tak banyak menuntut. Tiba tiba Elgar teringat Mila. Teringat saat tadi pagi wanita itu mencium tangannya seraya berkata, "Aku selalu mendoakanmu El."

Apakah kemudahan ini karena doa Mila? Elgar buru buru menggelng. Tidak, ini bukan karena Mila. Ini karena kerja kerasanya dan kepandaiannya dalam berbisnis.

Tari sedang membereskan laptop dan berkas berkas lainnya sambil mencuri curi pandang ke arah Elgar. Bosnya itu tampak baik baik saja, bahkan sangat bersemangat saat meeting tadi. Apakah tak terjadi pertengkaran antara dia dan Mila. Atau jangan jangan, memang mereka tak ada hubungan? Tari jadi pusing sendiri.

Elgar melihat jam. Sebentar lagi jam makan siang. Dia teringat pada Mila yang menjanjikannya bekal makan siang.

Elgar mengambil ponsel lalu mengirim chat pada Mila.

"Gue tunggu makan siangnya."

Melihat Tari yang sudah selesai membereskan semuanya, Elgar mengajak wanita itu kembali ke ruangannya.

"SURPRISE!"

Elgar yang baru membuka pintu kaget melihat Salsa ada diruangannya. Sedangkan Salsa, wanita itu langsung berjalan cepat dan menghambur dalam pelukan Elgar.

"I Miss you so bad Beb." Ujar Salsa sambil menenggelamkan wajahnya di dada Elgar dan memeluk pria itu erat.

Elgar masih terkejut. Baru kemarin Salsa bilang akan pulang minggu depan. H-1 pertunangan mereka sekaligus aniversary perusahaan. Tapi siang ini, wanita itu tiba tiba sudah muncul dihadapannya.

"Kapan kamu datang? Bukankah kamu bilang minggu depan baru pulang?"

Salsa melepaskan pelukannya lalu bersedekap dengan wajah cemberut. Dia kesal karena Elgar tak menjawab I Miss u too.

"Kamu gak rindu sama aku?" Sewot Salsa.

"Astaga." Elgar segera merengkuh Salsa kedalam pelukannya. "I Miss you too Beb. I Miss u so much." Ujarnya lalu mencium bibir Salsa. Salsapun segera menyambut bibir Elgar. Keduanya saling melumatt dan saling membelit lidah.

"Congrats Beb." Ujar Salsa selepas mereka berciuman.

"Untuk?" Elgar mengernyit bingung.

"Kesepakatan besar hari ini."

"Kamu tahu?"

"Yes, I know." Salsa mengangguk sambil tersenyum. Dia lalu menarik lengan Elgar menuju sofa agar lebih nyaman mengobrol.

"Om Salman sahabat papaku. Saat tahu kamu mau jalin kerjasama dengan perusahaannya. Aku langsung calling papa, biar semua cepet beres."

Astaga, Elgar tersenyum sambil geleng geleng. Dia pikir semua ini berkat kemampuannya serta doa dari Mila. Ternyata Salsa ada dibalik semua ini.

"You are my best, Honey." Ujar Elgar sambil mengecup bibir Salsa. Keduanya lalu kembali berpelukan untuk melepaskan rindu karena sudah berbulan bulan tak bertemu.

"Mama sama papa lagi ada di Singapura. Mereka ingin kita kesana besok, karena papa harus terbang ke Milan lusa. Aku juga sudah memesan gaun serta jas untuk pertunangan kita nanti. Temanku adalah seorang designer hebat di Singapura. Aku ingin yang terbaik untuk acara tunanga kita. Jadi besok kita ketemu papa sekalian fitting."

Elgar menghela nafas sambil menyandarkan punggung di sofa. Pekerjaannya sangat banyak. Sehari di Singapura akan membuat pekerjaannya kian menumpuk.

"Why?"

"I'm very busy honey."

"Semua bisa diatur. Please....jangan kecewain papa. Kamu tahu, dia menaruh harapan yang sangat besar padamu. Dia ingin kamu membantu aku menghandle perusahaan setelah kita menikah nanti."

"Kerajaan bisnis papa akan jatuh ke tanganku. Dan kamu tahukan, aku gak suka bisnis, aku suka melukis El. Dan 6 tahun ini aku sangat tersiksa karena harus belajar bisnis. Aku ingin bebas El. Aku ingin ada diduniaku, bukan dunia yang diminta orang tuaku. Dan kamu satu satunya harapanku untuk meneruskan bisnis papa." Ujar Salsa sambil bergelayut mesra di lengan Elgar.

Salsa merasa tertekan selama ini. Dia anak tunggal dan dipaksa untuk meneruskan bisnis papanya. Sayangnya dia sama sekali tak tertarik. Jiwanya lebih condong ke seni. Dia mencintai melukis sejak kecil.

"Ok, besok kita ke Singapura."

"Thank u beb." Salsa langsung menghujani Elgar dengan ciuman diseluruh wajahnya dan berakhir di bibir.

...****...

Wajah Mila seketika berseri melihat pesan dari Elgar. Dia yang saat ini sedang membantu Gisel beres beres ruangan jadi makin semangat biar cepat kelar. Hari ini terakhir Gisel kerja, wanita itu resign karena anaknya sakit sakitan.

"Kapan kapan, main kerumah mbak ya Mil. Gak jauh kok dari sini. Entar mbak kenalin sama adik mbak. Dia sebentar lagi lulus kuliah. Kasihan, baru ditinggal pacarnya dia." Ujar Gisel disela sela mengepak barang.

"Anak kuliahan mana mau sama saya mbak. Saya ini cuma office girl, lulusan SMA. Gak selevel sama yang kuliahan."

"Heleh kamu mah. Jangan jangan kamunya aja yang gak mau sama adik saya. Atau jangan jangan..."

"Jangan jangan apa mbak?"

"Gosip tentang kamu sama Pak Devan bener ya?" Gisel tampak terkejut.

"Enggaklah mbak. Itu mah gosip ngawur. Ya mana mau Pak Devan sama saya. Yang cantik dan kariernya bagus aja, pada ngantri buat Pak Devan. Lha saya ini apa? Gak selevel sama dia."

"Cinta gak mandang level Mil."

Mila makin heran. Cepat sekali gosip tentang dia dan Devan menyebar. Gisel yang pendiam dan tak suka ghibah saja tahu. Apalagi yang lain, yang jiwa keponya tinggi.

Mila melihat jam. Sudah masuk jam makan siang. Dia tak mau Elgar marah marah karena terlalu lama menunggu.

"Mbak Gisel, saya tinggal gak papa ya. Nanti kalau belum selesai, habis makan siang saya bantu lagi. Saya disuruh bikin minuman sama Pak Elgar."

"Ok ok, silakan. Ngomong ngomong makasih banyak loh Mil udah bantuin."

"Sama sama mbak." Mila segera keluar dari ruangan Gisel. Dia ke pantry untuk mengambil makan siang Elgar lalu bergegas keruangan pria itu. Sengaja kotak makanan dia taruh dipaper bag sebuah restoran mahal. Biar dikira, itu makanan pesanan Elgar.

Melihat meja Tari kosong, Mika kian bersemangat. Dia pikir, bisa lebih lama didalam karena Tari tak akan kepo dengan apa yang mereka lakukan.

Mila mengetuk beberapa kali pintu ruangan Elgar. Tapi tak ada sahutan dari dalam. Karena tadi Elgar sendiri yang minta dia datang. Mila berani langsung membuka pintunya.

Bug

Mila menjatuhkan paper bag yang dia pegang. Baru juga pintu terbuka setengah, dia sudah melihat pemandangan paling menyesakkan. Dua orang berbeda jenis sedang berciuman panas di sofa.

Dada Mila seperti dihantam sesuatu yang sangat berat. Rasanya dia tak bisa bernafas saking sesaknya. Perlahan tapi pasti, air matanya meleleh.

Akhirnya dia ingat. Wanita yang ditoilet tadi, dia adalah Salsa. Pantas saja seperti tak asing, Mila beberapa kali melihat foto wanita itu diponsel Elgar.

1
Hatiyatul Aini
Luar biasa
Hatiyatul Aini
Lumayan
ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢
baca untuk kedua kalinya dan entah kenapa ngerasa kayak kisahnya FF & RK, pisah karena dipaksa keadaan selalu ga pernah mudah, sedih bgt 🥺😭
fujichen
ingat Mila yg sebelah berani pintar
fujichen
cerei ajh
ᥫ᭡fa: kak coba baca cerita ku yuk "Introspeksi" dan menurut kk gimana ceritanya yuk yuk ditunggu ya
total 1 replies
hafizzul iqrom
nyesek bgt😭😭😭
Novia Azzam Laqif
agak kecewa sama Elgar, tidak bisa menghargai perasaan mila 🥲
Syahrini Cacha
Luar biasa
fujichen
baru kali ini ada calon CEO kere
Fazira Aisyah: awalnya mahu mampir, klo dah ada komenan kyk gini, jadi wurung
yutantia 10: Kenapa sih, pada salfok sama cerita ini. Udah disebutkan jika Elgar itu anak CEO, bukan CEO. Dan dia sedang berusaha untuk mendapatkan jabatan sebagai CEO
total 2 replies
Runik Runma
/Sob//Sob//Sob/
Runik Runma
kasihan
Obby Satrio
Luar biasa
Yus Anwar
/Grin//Grin//Grin/ sigap sekali si Reni
Nora Jay
terbaik. congratz author. /Smile/
Titin Pangestuti
cerita jahat banget Thor 😭AQ nangis sampe kejer😭😭😭
Titin Pangestuti
Luar biasa
Mei Saroha
ngga ada yg rela Mila dg Elgar 😆😄
Qillah julyan
otw thor
Qillah julyan
whattt..????knp tdk bisa cerita el...apa km kira mila itu batu??
Qillah julyan
pasti itu si pak bas
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!