Suami terbangsat adalah suami yang berusaha menjadi pahlawan untuk perempuan lain namun menjadi penjahat untuk istrinya sendiri. Berusaha menjadi teman terbaik untuk perempuan lain, dan menjadi musuh untuk istrinya sendiri.
Selama dua tahun menikah, Amora Juliansany tidak pernah mendapatkan perhatian sedikitpun dari sang suami yang selalu bersikap dingin. Menjadi pengganti mempelai wanita yang merupakan adiknya sendiri, membuat hidup Amora berada dalam kekangan pernikahan.
Apalagi setelah adiknya yang telah ia gantikan sadar dari komanya. Kedekatan sang suami dan adiknya hari demi hari membuat Amora tersiksa. Mertuanya juga ingin agar Amora mengembalikan suaminya pada adiknya, dan menegaskan jika dia hanya seorang pengganti.
Setelah tekanan demi tekanan yang Amora alami, wanita itu mulai tak sanggup. Tubuhnya mulai sakit-sakitan karena tekanan batin yang bertubi-tubi. Amora menyerah dan memilih pergi meninggalkan kesakitan yang tiada akhir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri yang tak dihargai
Malam kian beranjak semakin larut. Hawa dingin di luar sana tak membuat Amora untuk masuk kedalam rumah. Ia lebih menyukai keindahan malam dengan kerlingan bintang, dari atas balkon kamar yang ia tempati. Sesekali ia menghapus air matanya sembari menghalau udara dingin diluar sana.
'Tugasmu menjadi pengganti sudah selesai, kamu bisa sesegera mungkin meninggalkan rumah ini!'
Amora kian tersedu mengingat ucapan ibu mertuanya itu. Dua tahun pengabdiannya tiada arti bagi mereka yang tak menginginkannya.
Kembali Amora menerawang jauh, mengingat kebersamaan nya dengan Megan. Bagaimana acuhnya pria itu, sikapnya dingin dan tak tersentuh.
Pada akhirnya seberapapun ia mengingat kebersamaan yang dijalaninya dengan Megan, tak sedikitpun dia menemukan kebahagiaan didalamnya.
Menjelang dini hari Amora memilih mengistirahatkan tubuh dan pikirannya.
Keesokan paginya....
"Bantu Sunny berpakaian, aku dan Mama akan mengajaknya pergi."
Suara Bariton berat dari Megan terdengar tegas pada Amora yang baru saja menuruni tangga.
Setelah semalam dia disalahkan, pagi harinya Megan kembali memintanya untuk membantu Sunny, padahal di rumah ini tidak kekurangan pelayan.
"Aku takut nanti dia menangis lagi dan aku kau salahkan." ujar Amora
Pria yang tampak gagah dengan balutan tuxedo hitam itu menjawab." Sunny sendiri yang ingin kamu membantunya!"
Amora terdiam sejenak, merasa kini hari-harinya menjadi sangat menekan. Selain dia dianggap bersalah karena sudah menjadi istri Megan, Amora mungkin akan semakin kesepian karena Megan juga akan sering menghabiskan waktu dengan Sunny.
"Megan, Mama sudah siap." suara Melinda mengalihkan perhatian Megan dari Amora yang menatapnya sendu.
Dengan wajah antusias Melinda menghampiri Sunny yang duduk di kursi roda dekat tangga. "Kamu belum siap sayang?" tanyanya penuh perhatian.
Perasaan Amora menjadi tak menentu saat melihat Sunny, tapi segera ditepisnya. Bagaimanapun, Sunny adalah adik kandungnya. Dan dia adalah cinta pertama suaminya. Amora tidak berhak menghalangi keduanya walau saat ini dia berstatus sebagai istri sah lelaki itu.
"Mama, aku mau Kak Mora membantuku bersiap, aku tidak nyaman jika di pegang-pegang oleh pelayan."
Megan langsung berjalan mendekati Sunny. Ia mengusap rambut panjang sunny yang terurai.
Ekspresi wajah Amora muram, merasa sedih melihat suaminya lebih memperhatikan Sunny dibanding dirinya.
"Kau tidak dengar apa yang Sunny katakan Mora? Apa kau iri karena Sunny kami ajak keluar? Picik sekali pikiranmu itu!"
"Bukan begitu, Ma... Tapi.."
"Apa kau keberatan Mora?" suara tegas Megan membuat Amora menoleh. Namun, ia kalah cepat dengan Sunny yang tegas mencekal lengan suaminya tersebut dengan wajah sedih.
"Nggak papa Megan jika Kak Mora menolak membantuku," ucap Sunny menangis. "Padahal aku hanya ingin dekat dengan Kak Mora, aku sangat merindukannya. Tapi kak Mora..." Sunny menangis menutup mulutnya. Sedangkan Amora menatapnya dengan kedua mata melebar, tidak menyangka Sunny akan membuat drama seperti ini.
"Amora.." desis Megan menatapnya tajam.
Gelengan kepala cepat Amora berikan.
"Bu-bukan begitu, Sunny! Aku tidak keberatan membantumu, aku hanya..."
"Sudahlah! Jelas-jelas kau keberatan membantu Sunny." Melinda tak membiarkan menantunya selesai bicara.
"Aku minta maaf Megan, jika kehadiranku membuat istrimu tak suka." ujar Sunny dengan air mata berderai.
Sandiwara yang Sunny lakukan membuat Amora terpojok. iris mata Megan berubah nyalang pada istrinya. Laki-laki itu menarik kasar lengan Amora dengan wajah marahnya yang jelas terlukis.
Amora menahan tangan sang suami. "Megan Sunny salah paham, aku tidak..."
"Berhenti bicara Amora!" desis Megan melepaskan tangan Amora dengan kasar.
"Tapi Megan..."
Ucapan Amora kembali tertelan saat sang suami memalingkan tatapan darinya, Megan berjalan cepat meninggalkannya dengan gesit menggendong Sunny dan membawanya masuk ke dalam kamar utama yang dulu adalah kamarnya bersama Amora. Meninggalkan Amora dan Melinda di ruang tengah.
Melinda lantas tersenyum miring dan menaikkan salah satu alisnya. "Amora sepertinya sebentar lagi posisimu akan tersingkirkan." bisik Melinda dengan pelan dan jelas.
"Lebih baik kau bersiap-siap karena Megan dan Sunny akan kembali bersama."
Amora terdiam dengan mata berkaca-kaca menatap ibu mertuanya.
"Sebaiknya kau sadar diri, Mora. Sampai kapanpun kau tidak akan pernah pantas bersanding dengan Putraku."
Usai mengatakan kalimat bernada tajam itu. Melinda pergi. Hal itu membuat Amora terduduk di sofa menyembunyikan wajahnya pada telapak tangannya. Wanita cantik itu menangis sedih dan pilu dengan situasi yang kini menyerangnya.
Amora menepuk dadanya yang sesak, saat akan berdiri sakit kepala hebat tiba-tiba menyerangnya.
"Bi...!" Pekik Amora, berusaha memanggil pelayan di rumahnya.
Pelayan yang sejak tadi memperhatikan istri tuannya itu muncul dari ruang tamu dengan kemoceng di tangganya. Wanita itu membantu Amora yang melangkah tertatih.
"Astaga nyonya Amora..."
kalau bisa up nya tiap hari ka...
sebelumnya makasih byk ka...